Susi: Nelayan Indonesia Tak Bisa Buat Rumpon
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan, bahwa nelayan Indonesia tidak bisa membuat rumpon seperti yang dilakukan para illegal fishing dalam menangkap ikan.
Menurutnya, di saat kapal-kapal ilegal dengan nelayannya menggunakan rumpon untuk menangkap ikan, maka nelayan Indonesia hanya bisa menunggu di pesisir.
"Nelayan kita itu tidak mampu bikin rumpon, jadi mereka tunggu di pesisir saja. Menunggu keajaiban ikan datang," ujarnya di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Susi mengungkapkan, dewasa ini negara Australia dan Jepang tengah melakukan pengembangan terhadap ikan tuna serta juvenil tuna.
"Dan ini hanya Indonesia yang punya. Kalau untuk wilayah lain ada but it's very small quantity dan kualitasnya enggak kaya punya kita. Itu hasil kajian yang sudah diakui dunia," papar dia.
Dari fakta tersebut, Susi mencoba untuk membuka mata publik bahwa dewasa ini teknologi di perikanan semakin canggih.
"Teknologi di perikanan makin lama makin canggih. Karena makin lama semakin susah tangkap ikan yang almost catch anything. Salah satunya dengan menggunakan rumpon itu dan nelayan kita enggak bisa bikin," ungkapnya prihatin.
Sekedar informasi, rumpon merupakan salah satu alat bantu penangkapan ikan yang telah lama dikenal masyarakat pesisir. Rumpon mempunyai konstruksi menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam pada kedalaman tertentu.
Fungsi rumpon sendiri sebagai tempat berlindung, mencari makan serta berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan di laut agar penangkapan ikan lebih efisien.
Selain itu, rumpon sendiri berperan sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan untuk berkumpul di suatu tempat.
(Baca: Susi Ungkap Praktik Curang Pelaku Illegal Fishing)
Menurutnya, di saat kapal-kapal ilegal dengan nelayannya menggunakan rumpon untuk menangkap ikan, maka nelayan Indonesia hanya bisa menunggu di pesisir.
"Nelayan kita itu tidak mampu bikin rumpon, jadi mereka tunggu di pesisir saja. Menunggu keajaiban ikan datang," ujarnya di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Susi mengungkapkan, dewasa ini negara Australia dan Jepang tengah melakukan pengembangan terhadap ikan tuna serta juvenil tuna.
"Dan ini hanya Indonesia yang punya. Kalau untuk wilayah lain ada but it's very small quantity dan kualitasnya enggak kaya punya kita. Itu hasil kajian yang sudah diakui dunia," papar dia.
Dari fakta tersebut, Susi mencoba untuk membuka mata publik bahwa dewasa ini teknologi di perikanan semakin canggih.
"Teknologi di perikanan makin lama makin canggih. Karena makin lama semakin susah tangkap ikan yang almost catch anything. Salah satunya dengan menggunakan rumpon itu dan nelayan kita enggak bisa bikin," ungkapnya prihatin.
Sekedar informasi, rumpon merupakan salah satu alat bantu penangkapan ikan yang telah lama dikenal masyarakat pesisir. Rumpon mempunyai konstruksi menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam pada kedalaman tertentu.
Fungsi rumpon sendiri sebagai tempat berlindung, mencari makan serta berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan di laut agar penangkapan ikan lebih efisien.
Selain itu, rumpon sendiri berperan sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan untuk berkumpul di suatu tempat.
(Baca: Susi Ungkap Praktik Curang Pelaku Illegal Fishing)
(izz)