Kenaikan BBM Dorong Kredit Macet Nasabah Mikro
A
A
A
DENPASAR - Dampak kenaikan BBM diperkirakan akan segera berdampak pada peningkatan kredit macet segmen mikro. Perbankan Indonesia diprediksi akan memasuki masa stagnasi yang disulut kenaikan inflasi.
Pengamat ekonomi Eko B Supriyanto mengatakan, terdapat potensi kredit bermasalah (non performing loan /NPL) yang naik di sektor mikro. Angsuran kartu kredit bahkan turut terkena dalam segmen masyarakat pendapatan tetap. “Masyarakat kelas bawah akan melakukan efisiensi dengan menahan angsuran kreditnya. Terbukti beberapa bank menutup bisnis mikro karena tidak cukup pengalaman. Hanya BTPN yang cukup bertahan dalam segmen ini,” sebutnya saat diskusi “Mengenal Sumber Pendanaan Perbankan” di Denpasar, Bali, kemarin.
Dia mengatakan, ini diperkirakan akibat kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dan peningkatan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Dalam jangka pendek, kredit perbankan khususnya kredit usaha menengah kecil akan mendapatkan tekanan. Jadi bank harus mengantisipasi penurunan ekonomi, jangan sampai terjebak kredit macet,” katanya.
Menurutnya, perbankan harus bersiap merasakan akibat kenaikan harga BBM dan inflasi karena Bank Indonesia langsung turut menaikkan BI Rate untuk meredam inflasi yang diprediksi mencapai 7,6%. Kenaikan BI Rate, kata Eko, akan mendorong kenaikan suku bunga simpanan maupun pinjaman bank. Itu akan memengaruhi sektor riil yang akhirnya akan berimbas ke kinerja sektor perbankan.
“Industri perbankan juga menghadapi risiko stagnasi dari sisi pertumbuhan kredit empat tahun ke depan,” ujarnya. Eko menilai keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi di tengah harga minyak dunia yang turun masih mendapatkan penentangan dari sejumlah kalangan.
Dia mengatakan, jika hal tersebut tidak dilakukan, akan menyebabkan kerusakan seluruh elemen terutama inflasi yang tinggi dan nilai tukar rupiah cenderung lemah.”Kalau tidak dinaikkan, yang terjadi adalah kerusakan seluruh elemen. Inflasi dan nilai tukar rupiah bakal turun jauh,” katanya.
Menurutnya, setelah Juni tahun depan akan terlihat hasil positif dari kenaikan harga BBM bersubsidi. “Setelah Juni kita akan menikmati hasil dari kenaikan BBM. APBN akan terserap ke sektor yang lebih produktif ,” ucapnya.
Hafid fuad
Pengamat ekonomi Eko B Supriyanto mengatakan, terdapat potensi kredit bermasalah (non performing loan /NPL) yang naik di sektor mikro. Angsuran kartu kredit bahkan turut terkena dalam segmen masyarakat pendapatan tetap. “Masyarakat kelas bawah akan melakukan efisiensi dengan menahan angsuran kreditnya. Terbukti beberapa bank menutup bisnis mikro karena tidak cukup pengalaman. Hanya BTPN yang cukup bertahan dalam segmen ini,” sebutnya saat diskusi “Mengenal Sumber Pendanaan Perbankan” di Denpasar, Bali, kemarin.
Dia mengatakan, ini diperkirakan akibat kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dan peningkatan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Dalam jangka pendek, kredit perbankan khususnya kredit usaha menengah kecil akan mendapatkan tekanan. Jadi bank harus mengantisipasi penurunan ekonomi, jangan sampai terjebak kredit macet,” katanya.
Menurutnya, perbankan harus bersiap merasakan akibat kenaikan harga BBM dan inflasi karena Bank Indonesia langsung turut menaikkan BI Rate untuk meredam inflasi yang diprediksi mencapai 7,6%. Kenaikan BI Rate, kata Eko, akan mendorong kenaikan suku bunga simpanan maupun pinjaman bank. Itu akan memengaruhi sektor riil yang akhirnya akan berimbas ke kinerja sektor perbankan.
“Industri perbankan juga menghadapi risiko stagnasi dari sisi pertumbuhan kredit empat tahun ke depan,” ujarnya. Eko menilai keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi di tengah harga minyak dunia yang turun masih mendapatkan penentangan dari sejumlah kalangan.
Dia mengatakan, jika hal tersebut tidak dilakukan, akan menyebabkan kerusakan seluruh elemen terutama inflasi yang tinggi dan nilai tukar rupiah cenderung lemah.”Kalau tidak dinaikkan, yang terjadi adalah kerusakan seluruh elemen. Inflasi dan nilai tukar rupiah bakal turun jauh,” katanya.
Menurutnya, setelah Juni tahun depan akan terlihat hasil positif dari kenaikan harga BBM bersubsidi. “Setelah Juni kita akan menikmati hasil dari kenaikan BBM. APBN akan terserap ke sektor yang lebih produktif ,” ucapnya.
Hafid fuad
(bbg)