Sejarah Baru Inflasi Jabar Pasca Kenaikan BBM

Selasa, 02 Desember 2014 - 16:57 WIB
Sejarah Baru Inflasi Jabar Pasca Kenaikan BBM
Sejarah Baru Inflasi Jabar Pasca Kenaikan BBM
A A A
BANDUNG - Tekanan cukup tinggi terlihat pada laju inflasi di Jawa Barat (Jabar) pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 18 November 2014.

Realisasi inflasi bulanan Jabar pada November 2014 sebesar 1,59% (mtm), atau sejalan dengan arah perkiraan Bank Indonesia (BI) yang cenderung bias ke atas.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulanan nasional yang tercatat sebesar 1,50%.

Namun, Deputi Kepala Perwakilan Kantor Perwakilan BI Wilayah VI Nita Yosita mengatakan, inflasi Jabar secara tahunan pada November 2014 masih lebih rendah dari realisasi inflasi nasional.

Realisasi inflasi Jabar secara tahunan tercatat sebesar 5,54% (yoy), sedangkan nasional tercatat sebesar 6,23% (yoy).

"Dalam sejarah pasca kenaikan BBM bersubsidi sejak 2005 hingga sekarang, baru pada saat ini inflasi Jabar berada di bawah inflasi nasional," ungkap dia dalam rilisnya, Selasa (2/12/2014).

Menurutnya, inflasi Jabar sebenarnya telah mencapai kondisi yang jauh lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sejak Juli 2014, dan terus berlanjut hingga saat ini.

Kondisi tersebut mencerminkan pengendalian inflasi di Jabar sepanjang 2014 lebih efektif.

Padahal berbagai tekanan administered prices seperti kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga elpiji 12 kg, dan kenaikan harga BBM bersubsidi.

Selain itu, meksipun terjadi gejolak harga pada beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan beras.

"Namun secara umum, perubahan harga komoditas pangan strategis di Jabar masih cukup terkendali dibandingkan tahun sebelumnya," jelasnya.

Realisasi inflasi bulanan Jabar sejalan dengan arah perkiraan BI yang cenderung bias ke atas. Sebab, kenaikan harga BBM bersubsidi bersamaan waktunya dengan kenaikan harga cabai merah, cabai rawit dan cabai hijau yang cukup tinggi pada bulan ini.

"Kenaikan inflasi juga sejalan dengan ekspektasi harga oleh sebagian besar konsumen di Jabar sebagaimana hasil Survei Konsumen BI," imbuh dia.

BI memperkirakan, tekanan inflasi pada akhir tahun masih cenderung meningkat. Pasalnya, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi pada November 2014 baru sekitar 35% dari total dampak yang diperkirakan akan terjadi.

Meski demikian, BI masih optimis inflasi pada akhir tahun diperkirakan akan terkendali sesuai perkiraan.

Menghadapi hal tersebut, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemprov Jabar dan Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jabar yang secara langsung melakukan program-program pengendalian inflasi yang telah dicanangkan.

"Dengan begitu, inflasi Jabar hingga akhir 2014 diperkirakan mencapai pada kisaran 7,5+ 0,5%. Sementara inflasi pada 2015 diperkirakan lebih terkendali dan kembali ke sasarannya yaitu 4+1%," pungkas Nita.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7099 seconds (0.1#10.140)