Rusia akan Mengalami Resesi pada 2015

Kamis, 04 Desember 2014 - 11:07 WIB
Rusia akan Mengalami...
Rusia akan Mengalami Resesi pada 2015
A A A
MOSKOW - Kementerian Ekonomi (Kemenko) Rusia memangkas proyeksi ekonomi untuk 2015 dengan mengumumkan penyusutan 0,8% akibat berbagai sanksi Barat dan penurunan harga minyak.

Kemenko memangkas outlook sebelumnya pertumbuhan 1,2%, sebesar 2% poin, merujuk pada memburuknya berbagai indikator ekonomi dan asumsi lebih konservatif bahwa sanksi Barat akan tetap berlaku pada 2015. “Penurunan harga minyak juga memicu revisi tersebut, dengan melemahnya mata uang rubel dan naiknya inflasi mengurangi belanja konsumen,” papar pernyataan Kementerian Ekonomi Australia, dikutip kantor berita AFP.

Dalam outlook untuk resesi, Deputi Menteri Ekonomi Rusia Alexei Vedev menjelaskan, “Ekonomi mungkin datar atau sedikit melemah pada kuartal IV/2014, yang dapat mendorong Rusia mengalami resesi hingga akhir kuartal I/2015.” Definisi teknis resesi ialah penyusutan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Kemenko sebelumnya mengasumsikan sanksi Barat akan dicabut pada 2015, dengan Rusia mengakhiri embargo pangan sebagai tindakan balasan. “Proyeksi saat ini untuk 2015 ialah, berkebalikan, berdasarkan berlanjutnya berbagai risiko geopolitik,” ungkap pernyataan Kemenko Rusia.

“Ketidakpastian dan kurangnya kepercayaan ekonomi menyebabkan kondisi geopolitik yang berat memicu lemahnya investasi dan perginya modal,” papar pernyataan Kemenko dalam laporan yang diunggah di website. Modal yang keluar dari Rusia diperkirakan mencapai USD125 miliar pada 2014, naik dari proyeksi sebelumnya USD100 miliar.

Ekonomi Rusia tertekan akibat turunnya harga minyak yang mencapai level terendah dalam lima tahun pada awal pekan ini. Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate, pada Selasa (2/12) untuk pengiriman Januari sebesar USD67,91 per barel, adapun minyak mentah Brent untuk Januari sebesar USD71,71 per barel. Harga minyak yang terus turun sangat memengaruhi perekonomian Rusia yang sangat tergantung pada ekspor energi.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6871 seconds (0.1#10.140)