PGN Dorong Peningkatan Konsumsi Gas Rumah Tangga
A
A
A
BANDUNG - PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) akan berupaya mendorong peningkatan konsumsi gas dalam rumah tangga.
Hal itu dilakukan dengan cara meningkatkan konsumsi gas rumah tangga dengan mengaplikasikan gas bumi untuk bahan bakar genset, pemanas air, dan air conditioner (AC). Vice President Corporate Communication Perusahaan Gas Negara (PGN) Ridha Ababil mengatakan, saat ini konsumsi rumah tangga masih kurang dari 2% volume yang terjual ke seluruh pelanggan.
“Karena, konsumsi saat ini masih terbatas dengan konsumsi kebutuhan dapur, dan belum berkembang ke kebutuhan lainnya,” jelasnya saat sarasehan wartawan pasar modal di Bandung akhir pekan lalu. Dia melanjutkan, total biaya rumah tangga tersebut sebesar Rp30.000 dibandingkan dengan harga liquefied petroleum gas (LPG) 12 kilogram yang Rp10.000 per kilogram.
”Harga yang kami tawarkan hanya Rp300 per kilogram LPG,” imbuhnya. Menurutnya, rumah tangga menjadi sasaran perseroan untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, agar kegiatan usaha PGN bisa mendapatkan dukungan dari masyarakat. “Kami sadari bahwa perseroan kurang dalam pendekatan masyarakat. Karena, kami terlalu fokus ke industri,” katanya.
Namun, terdapat kendala lain dalam mengembangkan jaringan distribusi tersebut karena keterbatasan pasokan gas dan dalam pengembangan jaringan pipa. Perseroan membutuhkan jaminan pasokan yang mumpuni untuk membiayai pembangunan infrastruktur pipa tersebut.
“Paling jauh yang perseroan alihkan adalah gas dari Sumatera Selatan (Sumsel) kita bawa ke Jawa Barat (Jabar). Tentunya, di sepanjang jalan kita juga memberikan manfaat energi baik bagi masyarakat di wilayah tersebut,” imbuhnya. Selain itu, perseroan mendistribusikan gas dari Gersik ke Singapura dan Gersik ke Kediri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengatakan, harga BBM yang semakin meningkat dan ketersediaan yang semakin menipis harus diantisipasi dengan program dikonversi BBM ke gas. “ini merupakan upaya dalam pencarian alternatif untuk menguntungkan masyarakat, karena melakukan penghematan dari program tersebut,” katanya.
Dia melanjutkan, Indonesia harus memiliki ketahanan energi. Banyak cadangan energi yang sudah dirampas oleh negara lain.
Arsy ani s
Hal itu dilakukan dengan cara meningkatkan konsumsi gas rumah tangga dengan mengaplikasikan gas bumi untuk bahan bakar genset, pemanas air, dan air conditioner (AC). Vice President Corporate Communication Perusahaan Gas Negara (PGN) Ridha Ababil mengatakan, saat ini konsumsi rumah tangga masih kurang dari 2% volume yang terjual ke seluruh pelanggan.
“Karena, konsumsi saat ini masih terbatas dengan konsumsi kebutuhan dapur, dan belum berkembang ke kebutuhan lainnya,” jelasnya saat sarasehan wartawan pasar modal di Bandung akhir pekan lalu. Dia melanjutkan, total biaya rumah tangga tersebut sebesar Rp30.000 dibandingkan dengan harga liquefied petroleum gas (LPG) 12 kilogram yang Rp10.000 per kilogram.
”Harga yang kami tawarkan hanya Rp300 per kilogram LPG,” imbuhnya. Menurutnya, rumah tangga menjadi sasaran perseroan untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, agar kegiatan usaha PGN bisa mendapatkan dukungan dari masyarakat. “Kami sadari bahwa perseroan kurang dalam pendekatan masyarakat. Karena, kami terlalu fokus ke industri,” katanya.
Namun, terdapat kendala lain dalam mengembangkan jaringan distribusi tersebut karena keterbatasan pasokan gas dan dalam pengembangan jaringan pipa. Perseroan membutuhkan jaminan pasokan yang mumpuni untuk membiayai pembangunan infrastruktur pipa tersebut.
“Paling jauh yang perseroan alihkan adalah gas dari Sumatera Selatan (Sumsel) kita bawa ke Jawa Barat (Jabar). Tentunya, di sepanjang jalan kita juga memberikan manfaat energi baik bagi masyarakat di wilayah tersebut,” imbuhnya. Selain itu, perseroan mendistribusikan gas dari Gersik ke Singapura dan Gersik ke Kediri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengatakan, harga BBM yang semakin meningkat dan ketersediaan yang semakin menipis harus diantisipasi dengan program dikonversi BBM ke gas. “ini merupakan upaya dalam pencarian alternatif untuk menguntungkan masyarakat, karena melakukan penghematan dari program tersebut,” katanya.
Dia melanjutkan, Indonesia harus memiliki ketahanan energi. Banyak cadangan energi yang sudah dirampas oleh negara lain.
Arsy ani s
(ars)