Resesi Jepang Lebih Buruk dari Proyeksi
A
A
A
TOKYO - Penyusutan ekonomi Jepang melebihi proyeksi awal pada kuartal III/2014, menurut data produk domestik bruto (PDB) hasil revisi.
Ekonomi menyusut hingga 1,9% pada kuartal III/2014 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan data awal yaitu penyusutan sebesar 1,6%.
“Ekonomi juga melemah 0,5% dibandingkan kuartal sebelumnya, dibandingkan proyeksi awal 0,4%,” ungkap data yang dirilis pemerintah Jepang, dikutip kantor berita AFP. Penurunan besar dalam belanja bisnis menyeret perekonomian ke resesi yang lebih dalam.
Data revisi yang keluar hanya beberapa hari sebelum pemilihan umum nasional Jepang itu menunjukkan, belanja bisnis melemah 0,4% dari kuartal sebelumnya, jauh di atas proyeksi penyusutan 0,2% pada perkiraan awal. Ekonomi terbesar ketiga dunia itu secara mengejutkan mengalami resesi setelah melemah selama dua kuartal berturut- turut pada kuartal II/2014 dan kuartal III/2014.
Ekonomi menyusut 7,3% pada kuartal II/2014, terbesar sejak bencana alam gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011. Penaikan pajak penjualan pada April lalu, dari 5% menjadi 8%, telah menekan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2014 dan masih memiliki dampak pada perekonomian.
Buruknya data tersebut membuat Perdana Menteri(PM) Jepang Shinzo Abe menyerukan percepatan pemilu pada bulan lalu, untuk meminta mandat penundaan penaikan pajak penjualan menjadi 10% pada 2015. Peningkatan pajak penjualan itu disahkan oleh pemerintahan sebelumnya pada 2012 untuk memangkas utang publik Jepang yang sangat besar. Saat ini tingkat utang publik Jepang merupakan yang tertinggi di antara negara-negara maju lainnya di dunia.
Bersamaan dengan penurunan data itu, jajak pendapat Reuters kemarin menunjukkan, kepercayaan manufaktur Jepang turun pada Desember dan diperkirakan terus memburuk. Indeks sentimen Tankan oleh Reuters untuk manufaktur turun menjadi 10 pada Desember dari 13 pada November. Produsen automotif merupakan salah satu yang paling mendapat tekanan.
Manufaktur diperkirakan terus turun menjadi 7 pada Maret. Bulan lalu Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mempertahankan pendapatnya bahwa ekonomi sedang mengalami pemulihan, meskipun data PDB menunjukkan Negeri Sakura terjerumus dalam resesi. Setelah menutup rapat kebijakan, BoJ tetap tidak mengubah kebijakannya. Sebelumnya BoJ telah memperluas paket stimulus skala besar.
Pasar ingin melihat apa yang akan dikatakan Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda terkait keputusan pemerintah menunda penaikan pajak penjualan tahun depan. Kuroda yang dipilih oleh PM Jepang Shinzo Abe berulang kali meminta pemerintah menaikkan pajak penjualan yang bertujuan memperoleh pendapatan baru untuk membayar utang nasional Jepang.
“Sesuai dengan outlook , ekonomi Jepang diperkirakan terus mengalami tren pemulihan moderat, dan dampak seperti penurunan pemintaan setelah mengalami peningkatan sebelum penerapan penaikan kebijakan diperkirakan akan segera diantisipasi,” papar pernyataan BoJ, dikutip kantor berita AFP . Kendati mempertahankan pendapatnya tentang kondisi ekonomi, BoJ lebih mengkhawatirkan proyeksi inflasi.
“Untuk harga mendatang, peningkatan indeks harga konsumen per tahun sekitar 1,0%, tanpa memasukkan dampak langsung penerapan pajak penjualan. Inflasi diperkirakan naik secara keseluruhan dari perspektif jangka pajang,” ungkap pernyataan BoJ. Bulan lalu BoJ mengejutkan pasar dengan meningkatkan program moneter dana murah, sambil memangkat proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga setengah, serta mengurangi proyeksi harga, hingga target inflasi 2,0% tampak semakin di luar jangkauan.
PM Abe menyerukan mempercepat pemilu dan menunda penaikan pajak penjualan kedua tahun depan setelah data PDB yang buruk yang dipublikasikan awal pekan ini. Ekonomi Jepang menyusut 0,4%, atau 1,6% per tahun, menunjukkan bagaimana penaikan pajak penjualan pada April lalu mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ini menjadi pukulan berat bagi upaya PM Abe untuk mendorong pertumbuhan. Data itu masih di bawah proyeksi pasar untuk pertumbuhan 0,5% dan terjadi setelah Jepang mengalami penyusutan ekonomi 1,9% pada kuartal April-Juni atau 7,3% pada level tahunan.
Syarifudin
Ekonomi menyusut hingga 1,9% pada kuartal III/2014 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan data awal yaitu penyusutan sebesar 1,6%.
“Ekonomi juga melemah 0,5% dibandingkan kuartal sebelumnya, dibandingkan proyeksi awal 0,4%,” ungkap data yang dirilis pemerintah Jepang, dikutip kantor berita AFP. Penurunan besar dalam belanja bisnis menyeret perekonomian ke resesi yang lebih dalam.
Data revisi yang keluar hanya beberapa hari sebelum pemilihan umum nasional Jepang itu menunjukkan, belanja bisnis melemah 0,4% dari kuartal sebelumnya, jauh di atas proyeksi penyusutan 0,2% pada perkiraan awal. Ekonomi terbesar ketiga dunia itu secara mengejutkan mengalami resesi setelah melemah selama dua kuartal berturut- turut pada kuartal II/2014 dan kuartal III/2014.
Ekonomi menyusut 7,3% pada kuartal II/2014, terbesar sejak bencana alam gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011. Penaikan pajak penjualan pada April lalu, dari 5% menjadi 8%, telah menekan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2014 dan masih memiliki dampak pada perekonomian.
Buruknya data tersebut membuat Perdana Menteri(PM) Jepang Shinzo Abe menyerukan percepatan pemilu pada bulan lalu, untuk meminta mandat penundaan penaikan pajak penjualan menjadi 10% pada 2015. Peningkatan pajak penjualan itu disahkan oleh pemerintahan sebelumnya pada 2012 untuk memangkas utang publik Jepang yang sangat besar. Saat ini tingkat utang publik Jepang merupakan yang tertinggi di antara negara-negara maju lainnya di dunia.
Bersamaan dengan penurunan data itu, jajak pendapat Reuters kemarin menunjukkan, kepercayaan manufaktur Jepang turun pada Desember dan diperkirakan terus memburuk. Indeks sentimen Tankan oleh Reuters untuk manufaktur turun menjadi 10 pada Desember dari 13 pada November. Produsen automotif merupakan salah satu yang paling mendapat tekanan.
Manufaktur diperkirakan terus turun menjadi 7 pada Maret. Bulan lalu Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mempertahankan pendapatnya bahwa ekonomi sedang mengalami pemulihan, meskipun data PDB menunjukkan Negeri Sakura terjerumus dalam resesi. Setelah menutup rapat kebijakan, BoJ tetap tidak mengubah kebijakannya. Sebelumnya BoJ telah memperluas paket stimulus skala besar.
Pasar ingin melihat apa yang akan dikatakan Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda terkait keputusan pemerintah menunda penaikan pajak penjualan tahun depan. Kuroda yang dipilih oleh PM Jepang Shinzo Abe berulang kali meminta pemerintah menaikkan pajak penjualan yang bertujuan memperoleh pendapatan baru untuk membayar utang nasional Jepang.
“Sesuai dengan outlook , ekonomi Jepang diperkirakan terus mengalami tren pemulihan moderat, dan dampak seperti penurunan pemintaan setelah mengalami peningkatan sebelum penerapan penaikan kebijakan diperkirakan akan segera diantisipasi,” papar pernyataan BoJ, dikutip kantor berita AFP . Kendati mempertahankan pendapatnya tentang kondisi ekonomi, BoJ lebih mengkhawatirkan proyeksi inflasi.
“Untuk harga mendatang, peningkatan indeks harga konsumen per tahun sekitar 1,0%, tanpa memasukkan dampak langsung penerapan pajak penjualan. Inflasi diperkirakan naik secara keseluruhan dari perspektif jangka pajang,” ungkap pernyataan BoJ. Bulan lalu BoJ mengejutkan pasar dengan meningkatkan program moneter dana murah, sambil memangkat proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga setengah, serta mengurangi proyeksi harga, hingga target inflasi 2,0% tampak semakin di luar jangkauan.
PM Abe menyerukan mempercepat pemilu dan menunda penaikan pajak penjualan kedua tahun depan setelah data PDB yang buruk yang dipublikasikan awal pekan ini. Ekonomi Jepang menyusut 0,4%, atau 1,6% per tahun, menunjukkan bagaimana penaikan pajak penjualan pada April lalu mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ini menjadi pukulan berat bagi upaya PM Abe untuk mendorong pertumbuhan. Data itu masih di bawah proyeksi pasar untuk pertumbuhan 0,5% dan terjadi setelah Jepang mengalami penyusutan ekonomi 1,9% pada kuartal April-Juni atau 7,3% pada level tahunan.
Syarifudin
(ars)