Konsep Poros Maritim Hanya Fokus Bangunan Infrastruktur
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Pelindo II, RJ Lino menilai konsep poros maritim saat ini suatu euforia yang hanya mengedepankan hard infrastructure atau bangunan infrastruktur.
"Saya selalu melihat infrastruktur itu dari dua sisi, yaitu hard infrastructure dan soft infrastructure. Semua orang bicara hard infrastructure. Itu gampang menurut saya. Kalau ada uang hari ini untuk bangun perlabuhan maka dalam tiga tahun jadi. Itu sangat mudah. Tapi apakah target langsung bisa tercapai? Menurut saya tidak," katanya kepada SINDO Weekly, di kantornya, Senin pekan ini.
Menurut Lino, tantangan yang tidak mudah justru menyiapkan orangnya. Dia memperkirakan kurang lebih ada 10 ribu orang harus ditraining kembali kemampuannya.
"Sebab orang-orang yang ada sudah bertahun-tahun kerja dengan cara salah," ujarnya.
Lino menambahkan, soft infrastructure ini, jauh lebih penting daripada bangunan baru. Karena kalau itu dikerjakan sekarang, dampaknya akan sangat besar sekali.
"Contohnya di Priok, pada tahun 2009 macetnya parah dan volumenya separuh dari ini. Saya tidak bangun baru, tapi konsepnya pelan-pelan saya modernisasi. Sekarang volumenya dua kali lebih besar dari tahun 2009, tapi longgar seperti sekarang. Itu karena yang saya katakan tadi, manajemen manusianya. Itu yang paling sulit. Bukan buat bangunan baru," paparnya.
(Baca: RJ Lino: Tol Laut Tidak Bisa Berdiri Sendiri)
"Saya selalu melihat infrastruktur itu dari dua sisi, yaitu hard infrastructure dan soft infrastructure. Semua orang bicara hard infrastructure. Itu gampang menurut saya. Kalau ada uang hari ini untuk bangun perlabuhan maka dalam tiga tahun jadi. Itu sangat mudah. Tapi apakah target langsung bisa tercapai? Menurut saya tidak," katanya kepada SINDO Weekly, di kantornya, Senin pekan ini.
Menurut Lino, tantangan yang tidak mudah justru menyiapkan orangnya. Dia memperkirakan kurang lebih ada 10 ribu orang harus ditraining kembali kemampuannya.
"Sebab orang-orang yang ada sudah bertahun-tahun kerja dengan cara salah," ujarnya.
Lino menambahkan, soft infrastructure ini, jauh lebih penting daripada bangunan baru. Karena kalau itu dikerjakan sekarang, dampaknya akan sangat besar sekali.
"Contohnya di Priok, pada tahun 2009 macetnya parah dan volumenya separuh dari ini. Saya tidak bangun baru, tapi konsepnya pelan-pelan saya modernisasi. Sekarang volumenya dua kali lebih besar dari tahun 2009, tapi longgar seperti sekarang. Itu karena yang saya katakan tadi, manajemen manusianya. Itu yang paling sulit. Bukan buat bangunan baru," paparnya.
(Baca: RJ Lino: Tol Laut Tidak Bisa Berdiri Sendiri)
(gpr)