PLTS Terangi Kawasan Wisata di Lombok

Rabu, 10 Desember 2014 - 16:08 WIB
PLTS Terangi Kawasan Wisata di Lombok
PLTS Terangi Kawasan Wisata di Lombok
A A A
LOMBOK - PT PLN (persero) menyatakan untuk menerangi wilayah wisata utama di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), perseroan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Manajer Sektor Pembangkitan PLN NTB Ahadi mengatakan, terdapat tiga kawasan wisata utama di NTB di antaranya Gili Air, Gili Meno, dan Gili Terawangan. Ketiga tempat ini tidak lagi diterangi menggunakan pembangkit bahan bakar minyak, namun disuplai dengan PLTS. “Total terpasang PLTS mencapai 820 kilowatt peak (kwp),” katanya di PLTS Gili Meno, Lombok, NTB, kemarin. Menurut dia, tiga pulau tujuan para wisatawan asing ini hanya bisa diterangi dengan PLTS.

Di daerah ini tidak bisa menggunakan pembangkit tenaga angin karena angin di pulau ini tidak konstan. “Masingmasing pulau mempunyai satu PLTS. PLTS di Gili Air memiliki kapasitas 160 kwp, PLTS Gili Meno 60 kwp, dan PLTS Gili Terawangan 600 kwp,” jelasnya. Ahadi menjelaskan, ketiga pembangkit ini hanya beroperasi mulai pagi hingga pukul 16.00 WITA. Sedangkan pasokan listrik untuk malam hari hingga pagi hari diperoleh dari jaringan kabel bawah laut dengan total panjang 46,5 kilometer.

“Kenapa tidak bisa sampai malam, karena tidak ada penyimpanan baterai. Sehingga, listrik harus diambil dari Lombok,” katanya. Dia mengatakan, PLTS ini merupakan upaya PLN untuk mengurangi penggunaan BBM pembangkit (pembangkit listrik tenaga diesel/PLTD). Jika terus menggunakan PLTD di tiga pulau tersebut, biayanya tentu sangat mahal.

“Jika menggunakan PLTD, biaya pengangkutan mahal sekali untuk memenuhi tiga pulau ini. Maka dari itu, sejak 2012 dikembangkan PLTS,” ungkap dia. Ahadi mengatakan, kabel bawah laut mampu menyalurkan daya hingga 7 megawatt (MW). Adapun, daya yang dibutuhkan untuk tiga pulau tersebut hanya 6 MW. Kabel bawah laut terpusat di Tanjung Sire, membentang hingga Gili Air dengan saluran udara tegangan menengah 20 kilovolt (kv) yang membelah pulau tersebut.

Saluran udara itu menuju landing Air II yang kemudian menuju dasar laut ke arah Gili Meno. Hal yang sama berlaku ketika kabel laut menuju Gili Meno, akan sampai titik landing Meno I. Dari titik tersebut arus listrik disalurkan melalui kabel tegangan menengah menuju landing Meno II. Dari titik itu, kabel menuju ke Gili Terawangan melalui dasar laut. “Kabel laut ini buatan Korea. Sekitar pertengahan 2012 sudah terkoneksi semua,” ujarnya.

Dia menerangkan, beban puncak di Gili Air sebesar 1 megawatt (mw). Di Gili Meno juga mencapai 1 MW. Adapun, wilayah Gili Terawangan sebesar 4,5 MW. “Dulu kami menggunakan pembangkit berbahan bakar minyak di masing-masing pulau. Tapi, sekarang tidak lagi semenjak ada koneksi bawah laut,” tuturnya.

Terkait pembangkitan menggunakan BBM, General Manajer PLN NTB Dwi Kusnanto menambahkan, konsumsi rata-rata BBM untuk PLTD di Lombok 800.000 kl per hari. Secara keseluruhan di NTB konsumsi BBM PLTD mencapai 1.000 kl. “Memang di NTB termasuk salah satu penyumbang terbesar konsumsi BBM. Non- BBM 1 x 25 MW,” kata dia.

Berdasarkan data PLN Wilayah NTB, konsumsi BBM pembangkit sebesar 88%, MFO 15%, HSD 71%, biodiesel 1%, air dan surya 3%, dan non- BBM 14%.

Nanang wijayanto
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5769 seconds (0.1#10.140)