Komunikasi: Memang Penting?

Selasa, 16 Desember 2014 - 10:39 WIB
Komunikasi: Memang Penting?
Komunikasi: Memang Penting?
A A A
Dewasa ini, komunikasi sudah mengalami perubahan yang amat signifikan. Bayangkan saja kemudahan untuk berkomunikasi dengan belahan dunia telah mengubah banyak hal.

Hanya dengan koneksi internet, jarak menjadi tidak lagi relevan. Sebelum tahun 2000, perkembangan teknologi belum sehebat sekarang ini. Orang masih berkorespondensi lewat surat yang dikirimkan melalui kantor pos. Ucapan selamat hari raya pun kerap dilakukan lewat media serupa.

Sekarang dalam hitungan detik saja, Anda sudah dapat mengirimkan pesan ke orang lain dan mengakses banyak informasi di dunia maya mulai dari yang penting sampai dengan yang tidak penting. Kemajuan teknologi ini telah mengubah cara orang berkomunikasi satu sama lain. Batasan semakin memudar dan tidak lagi menjadi penghalang bagi orang untuk berkomunikasi.

Masih dalam konteks komunikasi, akhir-akhir ini, saya bahkan mengamati keterlibatan banyak orang dalam memberikan pendapat, komentar dan kritik terhadap apapun yang terjadi di negeri ini lewat social media. Dulu mungkin orang bingung harus melalui media apa untuk memastikan dirinya didengar. Namun, saat ini hal tersebut bukan lagi perkara sulit. Saat Anda menemui layanan publik yang tidak berjalan maksimal, seketika itu juga Anda bisa memberikan komentar, saran atau masukan Anda lewat social media .

Lebih dari itu, Anda bahkan dapat mengirimkan foto maupun video untuk mendukung opini Anda. Beberapa institusi bahkan memberikan kontak layanan pengaduan. Hal serupa juga dilakukan pejabat publik yang pro dengan perubahan untuk membenahi persoalan dengan lebih tanggap dan cepat. Jarak antara pejabat publik dengan publik semakin tidak kentara.

Tentu ini merupakan angin segar bagi publik agar kepentingannya didahulukan. Namun demikian, saya juga tertarik menyoroti perilaku sebagian orang dalam perubahan cara berkomunikasi ini. Lantaran kebebasan menyuarakan pendapat bukan lagi hal tabu di era demokrasi, sebagian orang memiliki persepsi untuk berbicara sebebas-bebasnya bahkan tidak sedikit yang cenderung kebablasan.

Banyak yang merasa diri hebat sehingga meremehkan orang lain. Banyak yang menebar informasi meski tidak yakin akan kebenarannya. Banyak yang mencibir, mengejek bahkan menghina dengan kata-kata yang tidak pantas. Padahal kita semua mendapat pendidikan sejak di bangku sekolah untuk menghargai dan menghormati orang lain.

Bagaimana mungkin kita berharap generasi penerus untuk memiliki etika yang baik ketika kita sendiri tidak mendemonstrasikannya dalam perilaku kita. Ketika seorang presiden yang sedang memerintah dihina dengan luar biasa atau ketika mantan presiden menjadi bahan olokolokan atau ketika lawan politik saling menjatuhkan dengan segala macam upaya, kita tidak sedang berkomunikasi dengan baik kepada generasi penerus.

Bertukar pikiran lewat opini adalah sesuatu yang baik dan bersifat membangun apabila dilakukan dengan beretika. Namun jika hal tersebut menjurus menjadi saling serang dengan umpatan, kata-kata kasar dan tidak pantas, menebar kebencian dan permusuhan antarkelompok, maka hal ini menjadi tidak produktif dan berpotensi destruktif bagi keutuhan bangsa.

Secara pribadi, saya memilih untuk tidak ikut dalam balasmembalas pendapat yang memiliki tendensi bersifat emosional dan tidak berdasar, apalagi jika sudah mengarah kepada hal yang sensitif dalam menimbulkan perpecahan. Tentu ada banyak forum yang lebih pas dan membawa pembahasan setingkat lebih tinggi yaitu mencari solusi dan bukan sekedar beradu emosi. Prinsipnya sebuah komunikasi tetaplah harus memiliki etika. Kebebasan tetap perlu berada dalam koridor yang tepat.

Mari kita mengelola bagaimana cara kita berkomunikasi dengan baik. Di manapun Anda berada dan apapun yang Anda lakukan, dengan komunikasi yang efektif maka Anda akan terhindar dari masalah yang tidak penting. Anda akan terhindar dari asumsi tanpa dasar. Anda akan terhindar dari perselisihan. Tentu komunikasi yang baik juga melibatkan kemampuan untuk mendengarkan. Amati terlebih dahulu, pelajari dan teliti lebih jauh sebelum memberikan pandangan Anda.

Seringkali orang ingin terlihat pintar, maka mereka kerap berbicara meski tidak memiliki data atau fakta yang mendukung. Saya suka ungkapan berikut “Once said, it can only be forgiven but not forgotten” yang menegaskan bahwa komunikasi itu seumpama ketika Anda sudah mengatakannya, maka bila salah hanya bisa dimaafkan, tetapi tidak bisa dilupakan. Komunikasi berbeda dengan hanya sekedar berbicara.

Komunikasi adalah sebuah seni. Jadi berhati-hatilah dengan komunikasi, terkesan sepele namun bila melihat kenyataan yang ada saat ini, saya yakin banyak orang yang perlu mendapat bimbingan khusus di area ini. Semoga Anda bukan salah satunya. Salam transformasi!

Men Jung, MM
Author – Go To The Next Level! [email protected] @menjung
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6126 seconds (0.1#10.140)