Pelaku Usaha Makin Tertekan Pelemahan Rupiah

Jum'at, 19 Desember 2014 - 06:41 WIB
Pelaku Usaha Makin Tertekan...
Pelaku Usaha Makin Tertekan Pelemahan Rupiah
A A A
BANDUNG - Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat (Kadin Jabar) semakin tertekan atas pelemahan rupiah yang terjadi saat ini.

Untuk itu, pengusaha mendorong penggunaan rupiah dalam setiap transaksi di wilayahnya. Jika perlu, harus ada semacam pemaksaan penggunaan rupiah untuk setiap transaksi yang dilakukan dunia usaha baik di pelabuhan atau lingkungan BUMN.

Wakil Ketua Bidang Koperasi, UMKM, dan Kemitraan Kadin, Jabar Iwan Gunawan mengatakan, langkah itu diperlukan untuk menguatkan posisi rupiah agar tidak terus mengalami pelemahan. Dalam jangka pendek maupun panjang, perlu gerakan nasional penguatan posisi rupiah terhadap USD.

"Kami terus berupaya komunikasi dengan Bank Indonesia (BI) agar sesegera mungkin melakukan berbagai langkah strategis demi menguatkan rupiah. Kalau tidak, dampaknya sangat besar terhadap dunia usaha," ujarnya, Kamis (18/12/2014).

Atas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD, sektor UMKM terutama yang bahan baku hulunya banyak menggunakan dolar akan sangat terdampak. Maka, tidak menutup kemungkinan banyak pelaku usaha gulung tikar.

"Ekspor kita akan semakin merosot yang sudah tentu makin menggerogoti daya saing pelaku usaha," katanya.

Menurutnya, minimalisasi penggunaan dolar harus terus digalakan. Kecintaan terhadap lokal konten juga harus ditingkatkan agar rupiah tidak semakin melemah.

"Konsolidasi ekonomi domestik juga harus ditingkatkan," ucap dia.

Sementara, Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi mengatakan, melemahnya rupiah membuat pelaku UMKM makin tertekan.

Hal tersebut menambah panjang daftar tekanan yang dialami pelaku usaha setelah sebelumnya dihadapkan pada kenaikan suku bunga acuan (BI rate), kenaikan harga BBM bersubsidi, dan lainnya.

"Produk UMKM banyak yang sensitif terhadap perubahan harga. Terutama produk bahan baku atau bahan antara yang turunannya langsung dari impor. Pasti akan sangat terasa pelemahan nilai tukar rupiah," jelas Acuviarta.

Akibatnya, kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) tak terbantahkan. Namun, dia tetap optimis UMKM akan tetap tumbuh meski pertumbuhannya rendah terutama yang bergerak di sektor kuliner dan perdagangan.

Dia berharap, pemerintah gencar memberikan insentif kepada para pelaku UMKM. Di antaranya optimalisasi kredit mikro yang dijamin pemerintah.

"Selama ini memang ada, tetapi tidak terjangkau pelaku. Permodalan mereka terbatas, sedangkan kreditnya mencapai 18%. Jelas sulit terjangkau," tuturnya.

Selain itu, akses usaha harus lebih dipermudah lagi seperti perizinannya. "Fasilitasi pemasaran juga harus lebih gencar lagi seperti melalui pameran dan sebagainya," pungkas Acuviarta.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0782 seconds (0.1#10.140)