Bergantung pada Diri Sendiri

Senin, 22 Desember 2014 - 12:09 WIB
Bergantung pada Diri Sendiri
Bergantung pada Diri Sendiri
A A A
Alkisah, di kesenyapan sebuah belantara, terdengar percakapan menarik antara Ibu Siput dengan anaknya. Siput kecil merasa cangkang yang harus dibawanya setiap hari sering memberatkan langkahnya, yang memang sudah lambat.

Siput kecil bertanya kepada ibunya, “Ibu, mengapa sejak lahir, kita harus membawa cangkang yang begitu keras dan berat ini? Padahal, langkah kita sendiri sudah sangat lambat, apalagi ditambah dengan membawa cangkang ini.”

Sang ibu menjawab, “Pertanyaan yang bagus. Anakku, kita ditakdirkan dengan badan yang tidak ada tulang untuk menyangga. Kita berjalan dengan cara merayap. Jadi memang kita tidak bisa merayap dengan cepat. Itulahmengapakitamemerlukan cangkang ini untuk melindungi diri dari perubahan cuaca, hujan, terik matahari, dan juga marabahaya lainnya yang setiap saat mengintai kehidupan kita.”

Masih penasaran, siput kecil bertanya lagi, “Tetapi Bu, Kakak Ulat itu juga tidak mempunyai tulang, dan merayapnya juga tidak cepat... Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang keras dan berat ini?” Dengan tersenyum sabar, sang Ibu Siput menjawab lagi, “Anakku, Kakak Ulat tentu berbeda dengan kita. Dia sebentar lagi akan berubah menjadi kupu-kupu, lalu bisa terbang ke alam bebas dan akan telindungi oleh langit.”

Tak mau menyerah, siput kecil bertanya lagi, “Adik cacing tanah juga tidak memiliki tulang dantidakmerayapdengancepat. Mereka juga tidak bisa berubah menjadi kupu-kupu. Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang berat ini?” Ibu Siput kembali menjawab, “Adik cacing tanah kan punya kemampuan bisa menyusup dan masuk ke dalam tanah. Mereka dilindungi dari bahaya oleh tanah dan bumi ini.”

Mendapat jawaban itu, siput kecil tiba-tiba malah menangis keras, “Huhuhu ... Ibu, kita sungguh binatang yang kasihan sekali. Langit tidak melindungi kita, tanah dan bumi juga tidak melindungi kita.” Kali ini dengan tegas sang Ibu menjawab, “Anakku, Tuhan Maha Adil. Itulah alasan mengapa kita mempunyai cangkang yang kuat ini! Kita tidak perlu bergantung pada langit maupun tanah, tapi kita harus bergantung pada diri sendiri. Jadi, mulai saat ini, terimalah keberadaan cangkangmu dengan perasaan gembira, karena itu adalah pelindung sejatimu yang telah diberikan Sang Pencipta kepada kaum kita.”

The Cup of Wisdom

Setiap makhluk hidup telah dilengkapi dengan kelebihan dan kemampuannya masingmasing. Apalagi manusia! Selain fisik, juga memiliki akal budi dan moralitas yang membedakannya dengan makhluk lain di permukaan bumi ini. Karenanya, setiap manusia bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, bukan hidup dengan mengandalkan bantuan dari orang lain.

Memang, kadang kita kerap silau karena kelebihan entah karena bakat, fasilitas, kekayaan orang lain, yang membuat mereka seolah-olah lebih mudah dalam menghadapi kehidupan. Seperti keluhan siput kecil yang melihat ulat kecil dan cacing tanah, kita bisa jadi sering membanding- bandingkan dengan orang lain.

Hal itulah yang kerap kali membuat kita jadi merasa “lemah”, meski sebenarnya sudah dianugerahi potensi. Karena itu, coba lihat dan rasakan, betapa Sang Pencipta pasti telah memberikan banyak kelebihan pada diri kita masingmasing. Kesehatan, kemampuan berpikir, kemampuan bergerak aktif, semua itu adalah kelebihan yang selalu bisa kita maksimalkan.

Untuk itu, butuh kesadaran untuk bisa membuat semua potensi tersebut jadi kekuatan yang dapat membawa perubahan menuju kesuksesan. Mari, belajar dan tumbuh menjadi manusia yang lentur, berdirikokohdikakisendiri, tetapi juga peduli kepada sesama. Jadikan diri sebagai manusia mandiri yang mantap melangkah memaksimalkan segala potensi. Salam sukses, luar biasa!
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7314 seconds (0.1#10.140)