Penghentian Impor RON 88 Harus Perhatikan Konsumen

Senin, 22 Desember 2014 - 17:57 WIB
Penghentian Impor RON...
Penghentian Impor RON 88 Harus Perhatikan Konsumen
A A A
BANDUNG - Penghentian impor bahan bakar minyak (BBM) RON 88 diharapkan benar-benar didasarkan atas kepentingan konsumen. Dalam arti dilihat dulu sasaran konsumennya tepat jika harus diganti dengan RON 92.

Pengamat Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad), Yayan Satyakti mengatakan, sebelum mengeluarkan kebijakan pengalihan impor BBM tersebut pemerintah mestinya memberitahu ke publik terkait naskah akademiknya terlebih dahulu.

Jangan sampai pengalihan impor ini didasarkan atas kepentingan yang lain-lain, seperti tendensi terhadap salah satu importir.

"Sejauh mana pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang perbedaan ini penting sekali dipaparkan. Memang semakin tinggi kadar oktannya, semakin bagus BBM tersebut. Tetapi di sisi lain semakin mahal pula," ungkapnya kepada wartawan, Senin (22/12/2014).

Di negara-negara Asia, lanjut Yayan, sudah banyak yang meninggalkan pemakaian RON 88. Mereka sudah menggunakan BBM antara RON 91-92. Hanya Indonesia yang masih menggunakan RON 88. Bahkan, di Amerika banyak pilihan dari RON 91-95.

"Kalau memang tujuannya dalam rangka perbaikan. Upaya ini, harus didukung penuh. Tetapi apakah ada data yang menunjukkan besaran jumlah kendaraan yang dilengkapi tahun keluarnya. Karena RON 92 ini lebih cocok untuk kendaraan-kendaraan baru. Kisaran tahun 2000 ke sini," tuturnya.

Dia menjelaskan, jika ternyata pemakaian sebagian besar orang memang kendaraan keluaran baru, pengalihan impor ini tepat dilakukan. Sebab, kadar oktan pada BBM yang semakin tinggi akan semakin baik pada kendaraan, mesin menjadi lebih bersih.

"Selama ini, RON 88 ini kan untuk BBM jenis premium bersubsidi. Harus ada perhitungan yang lebih detail. Jangan sampai malah jadi salah sasaran karena yang menikmati subsidinya kalangan yang tidak tepat," ujarnya.

Selain itu, menurut Yayan, pemerintah juga harus memperhitungkan distribusi BBM RON 92 nantinya. Terutama untuk daerah-daerah di luar Pulau Jawa yang selama ini seolah dianaktirikan.

Dia menambahkan, dengan BBM RON 88 saja mereka masih berbondong-bondong mencari BBM karena distribusinya tersendat. "Jangan sampai hal yang sama terjadi saat pengalihan impor dengan RON 92 tersebut," tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7724 seconds (0.1#10.140)