Kertas Leces Bidik Pendapatan Rp1,7 Triliun di 2020
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan kertas pelat merah, PT Kertas Leces (Persero) membidik pendapatan sebesar Rp1,7 triliun dalam tempo waktu hingga lima tahun mendatang atau 2020.
Direktur Utama Kertas Leces Budi Kusmarwanto menjelaskan, keuntungan perusahaan dilakukan melalui tranformasi bisnis dari produksi kertas konvensional menjadi kertas bernilai tinggi atau kertas berharga.
Menurutnya, perseroan sedang menjalin kerja sama dengan investor strategis perusahaan kertas kelas dunia berbasis di Amerika Serikat (AS) dan China.
"Kita butuh perusahaan mitra yang memiliki jaringan pasar, jaringan bahan baku dan jaringan teknologi serta memiliki permodalan yang kuat," kata Budi dalam jumpa persnya di Kementerian BUMN, Rabu (24/12/2014).
Leces melakukan diversifikasi produk yang memberikan keuntungan atau margin tinggi seperti pulp rice straw (bubur kertas bahan baku jerami), di mana harganya mencapai sekitar USD2.000 per ton, lebih tinggi dari pulp bahan baku kayu senilai USD650 per ton.
Leces juga akan mengembangkan serat pisang Abaca dengan nilai jual sekitar USD4.000 per ton.
"Serat Abaca sebesar 70% untuk produk kertas, sedangkan selebihnya untuk dijual sebagai speciality pulp," ujarnya.
Pengembangan Abaca sebagai langkah pengamanan bahan baku akan dilakukan di sejumlah wilayah Indonesia yang tingkat curah hujan tinggi, seperti Kalimantan Utara, Kepulauan Talaud, dan Nangroe Aceh Darussalam.
Dengan pengembangan Abaca maka pemerintah dapat menghemat devisa sekitar Rp1 triliun per tahun dari subsitusi impor kertas uang yang mencapai sekitar Rp800 miliar per tahun, dan impor kertas tea bag, kertas filter, dan insulating sekitar Rp200 miliar.
Dalam rangka restrukturisasi usaha tersebut, perseroan setidaknya membutuhkan modal kerja sekitar Rp333 miliar, yang diperoleh dari investor.
Jika bisnis perseroan berjalan sesuai dengan perencanaan maka pada tahun 2020 Leces dapat membukukan pendapatan sebesar Rp1,7 triliun, dengan laba bersih sekitar Rp500 miliar.
Pendapatan tahun 2020 tersebut bersumber dari usaha pulp/rice straw sekitar Rp709,2 miliar, kertas industri Rp196,8 miliar, kertas budaya Rp242,4 miliar, kertas berharga Rp250,9 miliar, kertas tea/coffee bag Rp255 miliar, insulating/kertas paper Rp90 miliar.
Direktur Utama Kertas Leces Budi Kusmarwanto menjelaskan, keuntungan perusahaan dilakukan melalui tranformasi bisnis dari produksi kertas konvensional menjadi kertas bernilai tinggi atau kertas berharga.
Menurutnya, perseroan sedang menjalin kerja sama dengan investor strategis perusahaan kertas kelas dunia berbasis di Amerika Serikat (AS) dan China.
"Kita butuh perusahaan mitra yang memiliki jaringan pasar, jaringan bahan baku dan jaringan teknologi serta memiliki permodalan yang kuat," kata Budi dalam jumpa persnya di Kementerian BUMN, Rabu (24/12/2014).
Leces melakukan diversifikasi produk yang memberikan keuntungan atau margin tinggi seperti pulp rice straw (bubur kertas bahan baku jerami), di mana harganya mencapai sekitar USD2.000 per ton, lebih tinggi dari pulp bahan baku kayu senilai USD650 per ton.
Leces juga akan mengembangkan serat pisang Abaca dengan nilai jual sekitar USD4.000 per ton.
"Serat Abaca sebesar 70% untuk produk kertas, sedangkan selebihnya untuk dijual sebagai speciality pulp," ujarnya.
Pengembangan Abaca sebagai langkah pengamanan bahan baku akan dilakukan di sejumlah wilayah Indonesia yang tingkat curah hujan tinggi, seperti Kalimantan Utara, Kepulauan Talaud, dan Nangroe Aceh Darussalam.
Dengan pengembangan Abaca maka pemerintah dapat menghemat devisa sekitar Rp1 triliun per tahun dari subsitusi impor kertas uang yang mencapai sekitar Rp800 miliar per tahun, dan impor kertas tea bag, kertas filter, dan insulating sekitar Rp200 miliar.
Dalam rangka restrukturisasi usaha tersebut, perseroan setidaknya membutuhkan modal kerja sekitar Rp333 miliar, yang diperoleh dari investor.
Jika bisnis perseroan berjalan sesuai dengan perencanaan maka pada tahun 2020 Leces dapat membukukan pendapatan sebesar Rp1,7 triliun, dengan laba bersih sekitar Rp500 miliar.
Pendapatan tahun 2020 tersebut bersumber dari usaha pulp/rice straw sekitar Rp709,2 miliar, kertas industri Rp196,8 miliar, kertas budaya Rp242,4 miliar, kertas berharga Rp250,9 miliar, kertas tea/coffee bag Rp255 miliar, insulating/kertas paper Rp90 miliar.
(rna)