IHSG Awal Tahun Diwarnai Aksi Ambil Untung
A
A
A
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di awal Januari 2015 belum menunjukkan kinerja memuaskan. Pada perdagangan kemarin, indeks melemah 22,77 poin menjadi 5.220.
Sementara pada hari pertama perdagangan (Jumat, 2/1) hanya naik tipis 15,82 poin ke level 5.242, 77. Analis melihat, kinerja IHSG dipicu oleh data inflasi Desember yang mencapai 8,36% (year on year/YoY ) atau 2,46% (month on month ). Besarnya inflasi pada bulan lalu dinilai cukup membuat sentimen negatif bagi investor.
”Kenaikan inflasi cukup besar 8,36% YoY, atau 2,46% MoM itu dapat menjadi salah satu faktor jatuhnya IHSG,” papar Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Guntur Triharianto kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin. Selainitu, ujardia, neracaperdagangan November tahun lalu tercatat defisit, sebesar USD420 juta. Padahal, bulan sebelumnya sempat mengalami surplus tipis sebesar USD20 juta.
”Hal tersebut mencerminkan bahwa perekonomian Indonesia masih belum pulih, apalagi di tengah pelemahan rupiah, Indonesia masih belum bisa memaksimalkan ekspor,” jelasnya. Direktur Emco Aset Manajemen Hans Kwee menambahkan, koreksi IHSG pada perdagangan kemarin memang dipicu data inflasi yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga Indonesia yang hanya 7,75%.
Namun demikian, ujar dia, kinerja IHSG yang menurun tidak lepas dari aksi ambil untung para investor. ”Penurunan IHSG di awal tahun merupakan hal yang sudah biasa. Investor cenderung mengambil keuntungan terlebih dahulu, baru nanti mereka akan memperbaiki portofolio,” paparnya.
Hans menambahkan, masih adafaktoryangdapatmendorong IHSG untuk naik, yaitu kinerja laporan keuangan perusahaan. ”Laporan keuangan ditunggu oleh investor. Untuk itu, emiten harus menunjukkan pertumbuhan yang positif,” katanya.
Arsy ani s
Sementara pada hari pertama perdagangan (Jumat, 2/1) hanya naik tipis 15,82 poin ke level 5.242, 77. Analis melihat, kinerja IHSG dipicu oleh data inflasi Desember yang mencapai 8,36% (year on year/YoY ) atau 2,46% (month on month ). Besarnya inflasi pada bulan lalu dinilai cukup membuat sentimen negatif bagi investor.
”Kenaikan inflasi cukup besar 8,36% YoY, atau 2,46% MoM itu dapat menjadi salah satu faktor jatuhnya IHSG,” papar Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Guntur Triharianto kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin. Selainitu, ujardia, neracaperdagangan November tahun lalu tercatat defisit, sebesar USD420 juta. Padahal, bulan sebelumnya sempat mengalami surplus tipis sebesar USD20 juta.
”Hal tersebut mencerminkan bahwa perekonomian Indonesia masih belum pulih, apalagi di tengah pelemahan rupiah, Indonesia masih belum bisa memaksimalkan ekspor,” jelasnya. Direktur Emco Aset Manajemen Hans Kwee menambahkan, koreksi IHSG pada perdagangan kemarin memang dipicu data inflasi yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga Indonesia yang hanya 7,75%.
Namun demikian, ujar dia, kinerja IHSG yang menurun tidak lepas dari aksi ambil untung para investor. ”Penurunan IHSG di awal tahun merupakan hal yang sudah biasa. Investor cenderung mengambil keuntungan terlebih dahulu, baru nanti mereka akan memperbaiki portofolio,” paparnya.
Hans menambahkan, masih adafaktoryangdapatmendorong IHSG untuk naik, yaitu kinerja laporan keuangan perusahaan. ”Laporan keuangan ditunggu oleh investor. Untuk itu, emiten harus menunjukkan pertumbuhan yang positif,” katanya.
Arsy ani s
(ars)