2014, Boeing Bukukan Rekor Pesanan Pesawat
A
A
A
NEW YORK - Perusahaan pesawat Amerika Serikat (AS), Boeing, membukukan tahun terbaik untuk penjualan pesawat pada 2014 dengan mencapai rekor tertinggi untuk pesanan baru dan pengiriman pesawat.
“Perusahaan membukukan 1.432 pesanan bersih untuk pesawat komersial pada tahun ini, dengan nilai dalam daftar harga mencapai total USD232,7 miliar, melebihi rekor sebelumnya pada 2007,” ungkap pernyataan Boeing, dikutipkantorberita AFP. Backlog pesanan yang tidak terpenuhi juga meningkat menjadi 5.789 pesawat, jumlah tertinggi sejak perusahaan itu berdiri.
“Selama dua tahun berturut- turut, perusahaan telah mengirimkan rekor jumlah pesawat 723 unit, saat perusahaan meningkatkan produksi,” papar Boeing. Adapun, pesaing Boeing di Eropa, Airbus, membukukan rekor industri untuk pesanan tahunan mencapai 1.503 pesawat pada 2013. Pada 30 November Airbus menyatakan bahwa pesanan pada 2014 mencapai total 1.031 pesawat.
Munculnya berita ini tampaknya tidak memengaruhi para investor di pasar modal. Harga saham Boeing turun 1,2% menjadi USD127,49 di Wall Street. Sesuai laporan sebelumnya, berbagai maskapai di Asia Pasifik akan memerlukan hampir 13.000 pesawat baru senilai USD1,9 triliun (sekitar Rp22.965 triliun) dalam dua dekade mendatang. Kebutuhan itu muncul seiring meningkatnya kekayaan warga di kawasan itu yang mendorong permintaan untuk perjalanan udara.
“Sebanyak 12.820 pesawat baru dibutuhkan pada 2032 dan kawasan itu akan mencakup 36% pengiriman global untuk pesawat penumpang dan pesawat kargo pada periode tersebut,” demikian pernyataan Boeing beberapa waktu lalu. Boeing juga memperkirakan total armada maskapai di Asia Pasifik akan mencapai 14.750 pesawat pada saat itu, dibandingkan hanya 5.090 pada 2012.
“Selama 20 tahun mendatang hampir setengah dari pertumbuhan lalu lintas udara dunia akan melakukan perjalanan menuju atau dari kawasan Asia,” ungkap pihak Boeing. “Maskapai bertarif murah yang baru dan permintaan untuk perjalanan di Asia akan memenuhi peningkatan pengiriman pesawat berlorong tunggal (di antara kursi penumpang),” papar Vice President untuk Marketing Boeing Randy Tinseth.
Pesawat berlorong tunggal seperti Boeing generasi baru 737 dan 737 MAX akan mencakup 69% pesawat baru di kawasan itu. Hal tersebut akibat bertambahnya jumlah maskapai bertarif murah.
“Maskapai bertarif murah dari Indonesia, India, Thailand, dan Malaysia mencakup setengah dari maskapai murah global dengan pertumbuhan kapasitas kursi pada tahun lalu,” ungkap laporan studi perusahaan teknologi perjalanan Amadeus. Permintaan untuk perjalanan di kawasan itu meningkat akibat tumbuh pesatnya kelas menengah di negara-negara berkembang seperti China dan India, serta negara-negara Asia Tenggara.
Selama 20 tahun mendatang, Boeing memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Asia Pasifik tumbuh 4,5% per tahun, lebih cepat dibandingkan proyeksi rata-rata global 3,2%. Lalu lintas penumpang di kawasan itu akan tumbuh 6,3% pertahunpadaperiodeyangsama dan kargo meningkat 5,8%, lebih cepat dibandingkan level global.
Syarifudin
“Perusahaan membukukan 1.432 pesanan bersih untuk pesawat komersial pada tahun ini, dengan nilai dalam daftar harga mencapai total USD232,7 miliar, melebihi rekor sebelumnya pada 2007,” ungkap pernyataan Boeing, dikutipkantorberita AFP. Backlog pesanan yang tidak terpenuhi juga meningkat menjadi 5.789 pesawat, jumlah tertinggi sejak perusahaan itu berdiri.
“Selama dua tahun berturut- turut, perusahaan telah mengirimkan rekor jumlah pesawat 723 unit, saat perusahaan meningkatkan produksi,” papar Boeing. Adapun, pesaing Boeing di Eropa, Airbus, membukukan rekor industri untuk pesanan tahunan mencapai 1.503 pesawat pada 2013. Pada 30 November Airbus menyatakan bahwa pesanan pada 2014 mencapai total 1.031 pesawat.
Munculnya berita ini tampaknya tidak memengaruhi para investor di pasar modal. Harga saham Boeing turun 1,2% menjadi USD127,49 di Wall Street. Sesuai laporan sebelumnya, berbagai maskapai di Asia Pasifik akan memerlukan hampir 13.000 pesawat baru senilai USD1,9 triliun (sekitar Rp22.965 triliun) dalam dua dekade mendatang. Kebutuhan itu muncul seiring meningkatnya kekayaan warga di kawasan itu yang mendorong permintaan untuk perjalanan udara.
“Sebanyak 12.820 pesawat baru dibutuhkan pada 2032 dan kawasan itu akan mencakup 36% pengiriman global untuk pesawat penumpang dan pesawat kargo pada periode tersebut,” demikian pernyataan Boeing beberapa waktu lalu. Boeing juga memperkirakan total armada maskapai di Asia Pasifik akan mencapai 14.750 pesawat pada saat itu, dibandingkan hanya 5.090 pada 2012.
“Selama 20 tahun mendatang hampir setengah dari pertumbuhan lalu lintas udara dunia akan melakukan perjalanan menuju atau dari kawasan Asia,” ungkap pihak Boeing. “Maskapai bertarif murah yang baru dan permintaan untuk perjalanan di Asia akan memenuhi peningkatan pengiriman pesawat berlorong tunggal (di antara kursi penumpang),” papar Vice President untuk Marketing Boeing Randy Tinseth.
Pesawat berlorong tunggal seperti Boeing generasi baru 737 dan 737 MAX akan mencakup 69% pesawat baru di kawasan itu. Hal tersebut akibat bertambahnya jumlah maskapai bertarif murah.
“Maskapai bertarif murah dari Indonesia, India, Thailand, dan Malaysia mencakup setengah dari maskapai murah global dengan pertumbuhan kapasitas kursi pada tahun lalu,” ungkap laporan studi perusahaan teknologi perjalanan Amadeus. Permintaan untuk perjalanan di kawasan itu meningkat akibat tumbuh pesatnya kelas menengah di negara-negara berkembang seperti China dan India, serta negara-negara Asia Tenggara.
Selama 20 tahun mendatang, Boeing memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Asia Pasifik tumbuh 4,5% per tahun, lebih cepat dibandingkan proyeksi rata-rata global 3,2%. Lalu lintas penumpang di kawasan itu akan tumbuh 6,3% pertahunpadaperiodeyangsama dan kargo meningkat 5,8%, lebih cepat dibandingkan level global.
Syarifudin
(ars)