Migrasi Pengguna Elpiji 12 Kg Diprediksi 8%
A
A
A
KARANGANYAR - Perpindahan konsumen pengguna elpiji ukuran 12 kg ke gas subsidi 3 kg di wilayah Karanganyar, Jawa Tengah, diprediksi mencapai 8%. Mereka beralih ke tabung melon menyusul harga elpiji 12 kg yang kian mahal.
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Surakarta, Suwardi Hartono Putro mengatakan, prediksi jumlah kenaikan pengguna elpiji 3 kg ditemukan setelah melalui survei.
Para pengguna elpiji 12 kg ada yang merasa keberatan setelah harganya mengalami kenaikan antara Rp145-150 ribu/tabung darisebelumnya sebesar Rp130/tabung.
Pemkab Karanganyar diminta melakukan pengawasan ketat terhadap migrasi para pengguna elpiji 12 kg di lapangan. Sehingga, serapan elpiji 3 kg tetap stabil. Sebab banyak diantaranya merupakan pengusaha katering dan rumah makan.
“Jangan sampai rumah makan ikut ikutan memborong elpiji 3 kg. Sebab, barang bersubsidi itu ditujukan untuk masyarakat kalangan bawah,” kata Suwardi, Kamis (8/1/2015).
Idealnya pemilik restoran dengan omzet Rp50 juta ke atas tetap harus membeli elpiji 12 kg. Guna mengantisipasi kelangkaan elpiji 3 kg sebagai dampak dari migrasi, Pertamina telah mengabulkan permintaan tambahan kuota oleh Pemkab Karanganyar pada Januari sebanyak sebanyak 22.451 tabung.
Tambahan kuota didistribusikan bersamaan dengan jatah harian sebesar 22.451 tabung. Sementara harga eceran tertinggi (HET) juga mengalami kenaikan dari Rp14.500/tabung menjadi Rp16 ribu/tabung. Kenaikan HET mengikuti angka inflasi dan fluktuasi harga di pasar.
Kabag perekonomian Setda Karanganyar Timotius Suryadi mengatakan, migrasi pengguna elpiji 12 kg merupakan sebuah konsekuensi mengingat keberadaannya sebagai barang non subsidi.
Sehingga mereka kemudian mengincar barang subsidi karena harganya lebih murah. Untuk itu, pihaknya bakal melakukan pengawasan ketat di lapangan agar barang tidak mengalami kelangkaan.
“Kami menunggu arahan dari Pemprov Jateng. Sedangkan kenaikan harga telah berjalan otomatis mengikuti perkembangan pasar,” terangnya.
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Surakarta, Suwardi Hartono Putro mengatakan, prediksi jumlah kenaikan pengguna elpiji 3 kg ditemukan setelah melalui survei.
Para pengguna elpiji 12 kg ada yang merasa keberatan setelah harganya mengalami kenaikan antara Rp145-150 ribu/tabung darisebelumnya sebesar Rp130/tabung.
Pemkab Karanganyar diminta melakukan pengawasan ketat terhadap migrasi para pengguna elpiji 12 kg di lapangan. Sehingga, serapan elpiji 3 kg tetap stabil. Sebab banyak diantaranya merupakan pengusaha katering dan rumah makan.
“Jangan sampai rumah makan ikut ikutan memborong elpiji 3 kg. Sebab, barang bersubsidi itu ditujukan untuk masyarakat kalangan bawah,” kata Suwardi, Kamis (8/1/2015).
Idealnya pemilik restoran dengan omzet Rp50 juta ke atas tetap harus membeli elpiji 12 kg. Guna mengantisipasi kelangkaan elpiji 3 kg sebagai dampak dari migrasi, Pertamina telah mengabulkan permintaan tambahan kuota oleh Pemkab Karanganyar pada Januari sebanyak sebanyak 22.451 tabung.
Tambahan kuota didistribusikan bersamaan dengan jatah harian sebesar 22.451 tabung. Sementara harga eceran tertinggi (HET) juga mengalami kenaikan dari Rp14.500/tabung menjadi Rp16 ribu/tabung. Kenaikan HET mengikuti angka inflasi dan fluktuasi harga di pasar.
Kabag perekonomian Setda Karanganyar Timotius Suryadi mengatakan, migrasi pengguna elpiji 12 kg merupakan sebuah konsekuensi mengingat keberadaannya sebagai barang non subsidi.
Sehingga mereka kemudian mengincar barang subsidi karena harganya lebih murah. Untuk itu, pihaknya bakal melakukan pengawasan ketat di lapangan agar barang tidak mengalami kelangkaan.
“Kami menunggu arahan dari Pemprov Jateng. Sedangkan kenaikan harga telah berjalan otomatis mengikuti perkembangan pasar,” terangnya.
(dmd)