Masyarakat Diimbau Terbiasa Harga Premium Fluktuatif
A
A
A
JAKARTA - Masyarakat diimbau terbiasa dengan kondisi fluktuatifnya harga minyak (BBM) jenis premium dan solar lantaran pemerintah berencana menyesuaikan harga tiap dua pekan sekali.
Pengamat Energi Kurtubi mengatakan, masyarakat semua lapisan tanpa terkecuali yang menggunakan BBM akan terkena imbas jika pemerintah menerapkan rencana tersebut.
"Mereka akan terkena imbasnya. Apalagi nanti di saat semua bahan kebutuhan pokok ikutan naik turun harganya," ujar Kurtubi kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (10/1/2015)
Menurut dia, masyarakat memang harus terbiasa dengan kondisi tersebut. Apalagi untuk mereka yang sering berkutat dengan harga bahan-bahan pokok, seperti beras, cabai dan lainnya.
"Jadi nanti kalau tiba-tiba harga cabai naik menjadi di atas Rp100 ribu, ya jangan makan cabai dulu," ujar dia.
Dengan kata lain, sektor rumah tangga yang paling terkena dampak langsung dari fluktuasi harga BBM. Namun, dia meyakini bahwa masyarakat perlahan akan mulai terbiasa dengan berfluktuasi harga BBBM tersebut.
"Mereka mesti paham juga, kalau minyak dunia itu harganya lagi tidak stabil. Jadi kalau minyak dunia turun, ya harga BBM turun, kalau naik ya naik, biar negara juga tidakk rugi," tandasnya.
Kendati akan mengalami imbas dari fluktuasinya harga BBM, dia mengaku setuju lantaran produksi minyak di Indonesia saat ini sudah menipis dan memang harus impor ke negara penghasil minyak dunia.
"Iya saya setuju karena alasan pertamanya produksi minyak kita hanya seperempatnya, tiga perempatnya harus impor, sehingga kalau minyak dunia naik, kita harus ikutan naik, itu wajar," ujar dia.
Selain itu, jika tidak dilakukan penyesuaian terhadap harga minyak dunia, negara akan rugi. Pasalnya, harga beli minyak dan harga jual di dalam negeri menjadi tak seimbang.
"Kalau kita rugi, nanti pasti subsidi BBM lagi kan. Negara juga yang rugi. Pemerintah kan maunya, uang subsidi BBM itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan transportasi," imbuh Kurtubi.
Pengamat Energi Kurtubi mengatakan, masyarakat semua lapisan tanpa terkecuali yang menggunakan BBM akan terkena imbas jika pemerintah menerapkan rencana tersebut.
"Mereka akan terkena imbasnya. Apalagi nanti di saat semua bahan kebutuhan pokok ikutan naik turun harganya," ujar Kurtubi kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (10/1/2015)
Menurut dia, masyarakat memang harus terbiasa dengan kondisi tersebut. Apalagi untuk mereka yang sering berkutat dengan harga bahan-bahan pokok, seperti beras, cabai dan lainnya.
"Jadi nanti kalau tiba-tiba harga cabai naik menjadi di atas Rp100 ribu, ya jangan makan cabai dulu," ujar dia.
Dengan kata lain, sektor rumah tangga yang paling terkena dampak langsung dari fluktuasi harga BBM. Namun, dia meyakini bahwa masyarakat perlahan akan mulai terbiasa dengan berfluktuasi harga BBBM tersebut.
"Mereka mesti paham juga, kalau minyak dunia itu harganya lagi tidak stabil. Jadi kalau minyak dunia turun, ya harga BBM turun, kalau naik ya naik, biar negara juga tidakk rugi," tandasnya.
Kendati akan mengalami imbas dari fluktuasinya harga BBM, dia mengaku setuju lantaran produksi minyak di Indonesia saat ini sudah menipis dan memang harus impor ke negara penghasil minyak dunia.
"Iya saya setuju karena alasan pertamanya produksi minyak kita hanya seperempatnya, tiga perempatnya harus impor, sehingga kalau minyak dunia naik, kita harus ikutan naik, itu wajar," ujar dia.
Selain itu, jika tidak dilakukan penyesuaian terhadap harga minyak dunia, negara akan rugi. Pasalnya, harga beli minyak dan harga jual di dalam negeri menjadi tak seimbang.
"Kalau kita rugi, nanti pasti subsidi BBM lagi kan. Negara juga yang rugi. Pemerintah kan maunya, uang subsidi BBM itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan transportasi," imbuh Kurtubi.
(rna)