India Siapkan Lompatan Ekonomi
A
A
A
GANDHINAGAR - Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi menjanjikan kebijakan yang lebih pasti dan menjamin pajak yang stabil.
Janji itu diungkapkan Modi untuk menjawab berbagai kekhawatiran para investor asing di negara ekonomi terbesar ketiga Asia tersebut. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, dan Kepala Bank Dunia Jim Yong Kim, bertemu di kota asal Modi, Gandhinagar, untuk mengikuti konferensi tingkat tinggi bisnis Vibrant Gujarat.
Presiden AS Barack Obama akan mengunjungi India setelah bulan ini. Selama delapan bulan pemerintahan Modi, dia masih gagal meningkatkan ekonomi dari penurunan pertumbuhan terlama dalam satu generasi. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran tentang janjinya tentang ”red carpet , bukan red tape .”
”Kami mencoba menyelesaikan siklus reformasi ekonomi yang dipercepat,” ujar Modi dalam acara semacam Davos yang dia gelar saat menjadi kepala menteri negara bagian India. ”Kami juga ingin melihat kebijakan kami dapat diprediksi. Kami menjelaskan bahwa kebijakan pajak kami harus stabil,” ungkapnya, dikutip kantor berita AFP .
Bersama sejumlah pembicara dari Jepang, Kanada, dan Singapura, Kerry memuji keramahtamahan tuan rumah dan menunjukkan minat bisnis AS untuk memasuki pasar India yang masih memiliki banyak penghalang.
”Kita dapat melakukan lebih banyak dengan bersama dan kita harus melakukan lebih banyak dengan bersama, dan kita harus melakukannya lebih cepat,” papar Kerry sambil mengulangi seruan untuk menaikkan perdagangan bilateral hingga lima kali lipat dari sekitar USD100 miliar saat ini.
Modi berharap kebijakan ekonomi yang diterapkan dapat membantu mengeluarkan ratusan juta warga India dari kemiskinan, termasuk membuka lebih dari 100 juta rekening bank. Dia juga mengampanyekan ”Make in India ” untuk mempromosikan manufaktur, dan rencana memperluas jaringan jalur kereta India, jalan, energi, dan jaringan digital. ”Kami berencana melakukan lompatan kuantum,” tutur Modi, 64.
Vibrant Gujarat digelar setiap dua tahun untuk mengumpulkan miliaran dolar janji investasi, tapi hanya beberapa kesepakatan yang benar-benar tercipta. Modi bertujuan meningkatkan investasi modal sehingga pertumbuhan ekonomi India kembali ke 5,3%. ”Ini diperkirakan mengalami percepatan tahun ini menjadi 6,4%,” papar kepala Bank Dunia Jim Yong Kim yang menyebut India sebagai titik terang dalam landscape ekonomi global.
Mukesh Ambani, orang terkaya India dengan kekayaan sekitar USD19,7 miliar, memuji kepemimpinan Modi. ”India melangkah maju dengan visi jelas menjadi kekuatan global,” katanya. Ambani menjelaskan, konglomerat Reliance Industries miliknya akan menginvestasikan USD16 miliar di Gujarat pada tahun depan.
Sam Walsh, CEO Rio Tinto, meluncurkan dua potensi proyek yakni proyek bijih besi senilai USD2 miliar di negara bagian Odisha dan investasi di Madhya Pradesh yang dapat mempekerjakan 30.000 pemotong berlian. Modi berupaya mempermudah pihak luar berinvestasi lebih banyak di bidang real estat, asuransi, dan pertahanan tapi pasar tenaga kerja dan infrastruktur yang buruk menjadi penghalang besar.
India merosot menjadi peringkat 142 dari 189 negara dalam indeks terbaru Bank Dunia, Doing Business Index. Modi ingin India berada di jajaran 50 besar. ”Para investor menginginkan kredibilitas, stabilitas dan pada saat yang sama, fleksibilitas. Sekarang, India merupakan pasar yang sedikit tidak fleksibel,” papar Kilbinder Dosanjh, Direktur untuk Asia di Eurasia Group, lembaga konsultan risiko geopolitik.
Menlu AS John Kerry kemarin mengunjungi pabrik baru Ford Motor senilai USD1 miliar yang akan dibuka di India bagian barat. Langkah ini akan meningkatkan output tahunan hingga dua kali lipat di India. Pada hari kedua kunjungan singkat ke negara bagian Gujarat, Kerry menyoroti minat bisnis AS untuk berinvestasi di India.
Pabrik di Sanand merupakan pabrik Ford kedua di India dan mobil pertama akan keluar dari jalur perakitan pada akhir kuartal I/2015. Pabrik itu akan memproduksi 50 mobil per jam dalam proses yang 95% otomatis.
Ford ingin memproduksi mobil kecil di India untuk pasar domestik dan ekspor, yang sebagian besar ke Afrika dan Eropa Timur. Pabrik Sanand akan menyediakan 5.000 tenaga kerja lokal, menambah jumlah tenaga kerja Ford di India menjadi sekitar 11.500 orang.
Syarifudin
Janji itu diungkapkan Modi untuk menjawab berbagai kekhawatiran para investor asing di negara ekonomi terbesar ketiga Asia tersebut. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, dan Kepala Bank Dunia Jim Yong Kim, bertemu di kota asal Modi, Gandhinagar, untuk mengikuti konferensi tingkat tinggi bisnis Vibrant Gujarat.
Presiden AS Barack Obama akan mengunjungi India setelah bulan ini. Selama delapan bulan pemerintahan Modi, dia masih gagal meningkatkan ekonomi dari penurunan pertumbuhan terlama dalam satu generasi. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran tentang janjinya tentang ”red carpet , bukan red tape .”
”Kami mencoba menyelesaikan siklus reformasi ekonomi yang dipercepat,” ujar Modi dalam acara semacam Davos yang dia gelar saat menjadi kepala menteri negara bagian India. ”Kami juga ingin melihat kebijakan kami dapat diprediksi. Kami menjelaskan bahwa kebijakan pajak kami harus stabil,” ungkapnya, dikutip kantor berita AFP .
Bersama sejumlah pembicara dari Jepang, Kanada, dan Singapura, Kerry memuji keramahtamahan tuan rumah dan menunjukkan minat bisnis AS untuk memasuki pasar India yang masih memiliki banyak penghalang.
”Kita dapat melakukan lebih banyak dengan bersama dan kita harus melakukan lebih banyak dengan bersama, dan kita harus melakukannya lebih cepat,” papar Kerry sambil mengulangi seruan untuk menaikkan perdagangan bilateral hingga lima kali lipat dari sekitar USD100 miliar saat ini.
Modi berharap kebijakan ekonomi yang diterapkan dapat membantu mengeluarkan ratusan juta warga India dari kemiskinan, termasuk membuka lebih dari 100 juta rekening bank. Dia juga mengampanyekan ”Make in India ” untuk mempromosikan manufaktur, dan rencana memperluas jaringan jalur kereta India, jalan, energi, dan jaringan digital. ”Kami berencana melakukan lompatan kuantum,” tutur Modi, 64.
Vibrant Gujarat digelar setiap dua tahun untuk mengumpulkan miliaran dolar janji investasi, tapi hanya beberapa kesepakatan yang benar-benar tercipta. Modi bertujuan meningkatkan investasi modal sehingga pertumbuhan ekonomi India kembali ke 5,3%. ”Ini diperkirakan mengalami percepatan tahun ini menjadi 6,4%,” papar kepala Bank Dunia Jim Yong Kim yang menyebut India sebagai titik terang dalam landscape ekonomi global.
Mukesh Ambani, orang terkaya India dengan kekayaan sekitar USD19,7 miliar, memuji kepemimpinan Modi. ”India melangkah maju dengan visi jelas menjadi kekuatan global,” katanya. Ambani menjelaskan, konglomerat Reliance Industries miliknya akan menginvestasikan USD16 miliar di Gujarat pada tahun depan.
Sam Walsh, CEO Rio Tinto, meluncurkan dua potensi proyek yakni proyek bijih besi senilai USD2 miliar di negara bagian Odisha dan investasi di Madhya Pradesh yang dapat mempekerjakan 30.000 pemotong berlian. Modi berupaya mempermudah pihak luar berinvestasi lebih banyak di bidang real estat, asuransi, dan pertahanan tapi pasar tenaga kerja dan infrastruktur yang buruk menjadi penghalang besar.
India merosot menjadi peringkat 142 dari 189 negara dalam indeks terbaru Bank Dunia, Doing Business Index. Modi ingin India berada di jajaran 50 besar. ”Para investor menginginkan kredibilitas, stabilitas dan pada saat yang sama, fleksibilitas. Sekarang, India merupakan pasar yang sedikit tidak fleksibel,” papar Kilbinder Dosanjh, Direktur untuk Asia di Eurasia Group, lembaga konsultan risiko geopolitik.
Menlu AS John Kerry kemarin mengunjungi pabrik baru Ford Motor senilai USD1 miliar yang akan dibuka di India bagian barat. Langkah ini akan meningkatkan output tahunan hingga dua kali lipat di India. Pada hari kedua kunjungan singkat ke negara bagian Gujarat, Kerry menyoroti minat bisnis AS untuk berinvestasi di India.
Pabrik di Sanand merupakan pabrik Ford kedua di India dan mobil pertama akan keluar dari jalur perakitan pada akhir kuartal I/2015. Pabrik itu akan memproduksi 50 mobil per jam dalam proses yang 95% otomatis.
Ford ingin memproduksi mobil kecil di India untuk pasar domestik dan ekspor, yang sebagian besar ke Afrika dan Eropa Timur. Pabrik Sanand akan menyediakan 5.000 tenaga kerja lokal, menambah jumlah tenaga kerja Ford di India menjadi sekitar 11.500 orang.
Syarifudin
(ftr)