Chatib: Target Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Normal
Rabu, 14 Januari 2015 - 16:01 WIB
Chatib: Target Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Normal
A
A
A
JAKARTA - Ekonom dari CReco Research Institute Chatib Basri menyatakan bahwa target pemerintah mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,8% tahun ini masih normal.
"Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih 5,7%, kalau pemerintah 5,8% berdasarkan asumsi makro APBNP masih normal. Berdasarkan konsensus ini, based argumennya masuk akal," ujarnya di Jakarta, Rabu (14/1/2015).
Menurut dia, perekonomian dunia saat ini mayoritas melambat, kecuali Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Bahkan, China sebagai negara partner hanya tumbuh pada kisaran 7%.
"Ada semacam info asimetris di domestik dan di luar negeri. Jadi penting anggapan kritik datang kepada pemerintah sebelum dan sekarang. Menurut New York Times, kita adalah fragile five market. Yang bilang pertumbuhan ekonomi melambat harus lebih tempatkan Indonesia di tempat global," jelasnya.
Di sisi lain, jika Federal Reserve (The Fed) melakukan normalisasi tingkat bunga, maka Bank Indonesia (BI) harus menaikkan kembali suku bunganya (BI rate), sehingga tekanan terhadap tingkat bunga naik akan semakin tinggi.
"Kalau tingkat bunga naik ada, maka investasi akan mengalami penurunan. Jadi sumber pertumbuhan hanya bisa datang dari government spending. Tapi jangan lupa, government spending terhadap total hanya sekitar 18%. Jadi impact-nya juga limited. Kalau saya katakan, kita tumbuh di kisaran 5,1-5,5% saja sudah bagus," tutur mantan menteri keuangan (menkeu) tersebut.
"Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih 5,7%, kalau pemerintah 5,8% berdasarkan asumsi makro APBNP masih normal. Berdasarkan konsensus ini, based argumennya masuk akal," ujarnya di Jakarta, Rabu (14/1/2015).
Menurut dia, perekonomian dunia saat ini mayoritas melambat, kecuali Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Bahkan, China sebagai negara partner hanya tumbuh pada kisaran 7%.
"Ada semacam info asimetris di domestik dan di luar negeri. Jadi penting anggapan kritik datang kepada pemerintah sebelum dan sekarang. Menurut New York Times, kita adalah fragile five market. Yang bilang pertumbuhan ekonomi melambat harus lebih tempatkan Indonesia di tempat global," jelasnya.
Di sisi lain, jika Federal Reserve (The Fed) melakukan normalisasi tingkat bunga, maka Bank Indonesia (BI) harus menaikkan kembali suku bunganya (BI rate), sehingga tekanan terhadap tingkat bunga naik akan semakin tinggi.
"Kalau tingkat bunga naik ada, maka investasi akan mengalami penurunan. Jadi sumber pertumbuhan hanya bisa datang dari government spending. Tapi jangan lupa, government spending terhadap total hanya sekitar 18%. Jadi impact-nya juga limited. Kalau saya katakan, kita tumbuh di kisaran 5,1-5,5% saja sudah bagus," tutur mantan menteri keuangan (menkeu) tersebut.
(rna)
