Ekonomi Negara Berkembang Tumbuh Pesat

Kamis, 15 Januari 2015 - 11:02 WIB
Ekonomi Negara Berkembang Tumbuh Pesat
Ekonomi Negara Berkembang Tumbuh Pesat
A A A
WASHINGTON - Bank Dunia memprediksi peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang didorong oleh turunnya harga minyak. Pertumbuhan terjadi meskipun ekonomi China sedikit melemah.

“Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di negara-negara berkembang diperkirakan mencapai level 4,8% pada 2015, naik dari 4,4% tahun lalu, dan meningkat menjadi 5,3% pada 2016,” ungkap proyeksi terbaru Bank Dunia, dikutip kantor berita AFP.

“Setelah tahun mengecewakan lainnya pada 2014, negaranegara berkembang harus melihat peningkatan pertumbuhan tahun ini, didorong oleh turunnya harga minyak, menguatnya ekonomi AS, berlanjutnya tingkat suku bunga global yang rendah dan membaiknya ekonomi di negaranegara berkembang,” papar pernyataan Bank Dunia.

Laporan terbaru Global Economic Prospects dari Bank Dunia itu menunjukkan momentum di negara-negara berkembang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi global, menjadi moderat 3,0% pada 2015 dari 2,6% pada 2014, meskipun kondisi ekonomi melemah di zona euro dan Jepang.

Bagi China, reformasi struktural, penarikan bertahap stimulus fiskal, dan berlanjutnya langkah penting untuk mengurangi ekspansi kredit akan mengakibatkan melemahnya pertumbuhan menjadi 6,9% pada 2017 dari 7,4% pada 2014. PDB China diproyeksikan naik 7,1% tahun ini dan sedikit melemah menjadi 7,0% pada 2016.

Kekuatan ekonomi lain di Asia, India, akan menjadi salah satu negara yang paling diuntungkan akibat turunnya harga minyak mentah hingga sekitar 60% dari nilainya sejak Juni. Raksasa Asia yang menjadi pengimpor minyak mentah akan membukukan PDB 6,4% tahun ini dari 5,6% tahun lalu.

Lemahnya harga minyak juga diperkirakan membantu Brasil, Indonesia, Afrika Selatan, dan Turki mengatasi inflasi dan mengurangi defisit neraca berjalan mereka, sumber utama kerentanan yang berisiko pada ekonomi global. “Yang penting ialah agar semua negara menggunakan celah ini untuk melakukan reformasi fiskal dan struktural, yang dapat mendorong pertumbuhan jangka panjang dan pembangunan yang inklusif,” papar Kepala Ekonom dan Senior Vice President Bank Dunia Kaushik Basu.

Negara-negara produsen minyak juga telah mengalami pukulan akibat penurunan harga minyak. Rusia yang juga menjadi target sanksi ekonomi Barat, diperkirakan mengalami penyusutan ekonomi 2,9% tahun ini sebelum kembali mengalami pertumbuhan pada 2016.

“Dalam lingkungan ekonomi yang tidak pasti, negaranegara berkembang perlu mengerahkan sumber daya untuk mendukung program-program sosial dengan fokus reformasi structural yang belum dilakukan dengan investasi pada manusia,” kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.

Sementara itu, aktivitas manufaktur China menyusut pada Desember, sesuai data terbaru indeks manajer pembelian (purchasing managers’ index /PMI) yang dirilis HSBC. Penyusutan aktivitas manufaktur itu terjadi saat China menghadapi masalah domestik. “PMI akhir pada Desember sebesar 49,6,” ungkap pernyataan HSBC, dikutip kantor berita AFP. Jumlah tersebut naik dari data awal 49,5 tapi masih berada pada level terendah dalam tujuh bulan.

Ini merupakan penyusutan pertama yang terjadi sejak Mei sebesar 49,4.Nilai di atas 50 menunjukkan pertumbuhan dan di bawah 50 berarti penyusutan. PMI, yang dikompilasikan oleh penyedia jasa informasi Markit, itu melacak aktivitas di pabrik dan workshop China. PMI menjadi indikator kunci kesehatan raksasa ekonomi Asia yang menjadi penggerak utama pertumbuhan global tersebut.

“Data hari ini mengonfirmasi penurunan selanjutnya di sektor manufaktur hingga akhir tahun,” kata Qu Hongbin, ekonom HSBC di Hong Kong. “Penurunan diakibatkan lemahnya permintaan domestik saat pesanan baru berkurang untuk pertama kali sejak April 2014.”

Sebaliknya, ekspor baru meningkat selama delapan bulan berturut-turut dan pada level yang lebih cepat dibandingkan November, sesuai pernyataan HSBC. Kondisi ini menunjukkan meningkatnya permintaanasing saat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat kembali pulih.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3357 seconds (0.1#10.140)