Presiden Venezuela : Tidak Ada Kesepakatan OPEC untuk Output Minyak
A
A
A
ALGIERS - Organisasi Negaranegara Pengekspor Minyak (OPEC) berbeda pendapat tentang cara merespons penurunan harga minyak mentah. Mereka tanpa rencana untuk rapat darurat dalam beberapa pekan mendatang.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengungkapkan hal itu kemarin. Saat rapat di OPEC pada November, Venezuela gagal melobi negara-negara anggota agar mengurangi output produksi minyak untuk mengatasi penurunan harga minyak. Maduro mengunjungi negara-negara OPEC, termasuk Arab Saudi dan Iran, untuk mendorong kerja sama menghentikan penurunan harga minyak.
Saat berbicara di Aljazair sebelum bertemu Perdana Menteri Abdelmalek Sellal, Maduro menjelaskan, “Tidak akan ada rapat OPEC dalam beberapa pekan mendatang karena kurangnya konsensus.” Rapat OPEC selanjutnya dijadwalkan digelar pada Juni. Maduro juga akan menggelar perundingan dengan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika yang negaranya merupakan anggota OPEC.
Pemimpin Venezuela itu menjelaskan, diskusi akan fokus pada pentingnya memastikan stabilitas harga minyak. Dia berpendapat, harga minyak tidak boleh digunakan sebagai senjata ekonomi dan geopolitik. Harga minyak akan turun ke level terendah dalam enam tahun. Harga minyak turun lebih dari 50% dalam enam bulan terakhir di tengah suplai yang melimpah dan lemahnya pertumbuhan global sehingga harga turun di bawah USD50 per barel.
Meskipun turun, OPEC menolak memangkas produksi karena berupaya memaksa pemasok baru, khususnya para produsen shale oil Amerika Utara, agar keluar dari pasar. Analis menyatakan, para produsen di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi memiliki devisa yang cukup untuk menghadapi penurunan harga minyak, tapi anggota OPEC lainnya seperti Iran dan Venezuela menderita.
Website pemerintah Iran mengutip pernyataan Maduro soal perlunya bekerja sama untuk mengembalikan stabilitas. Aljazair juga meminta OPEC mengurangi produksi meskipun menyatakan mampu mengatasi penurunan harga karena besarnya devisa asing yang dikumpulkan saat harga minyak tinggi.
“Pasar masih khawatir tidak ada tanda bahwa suplai yang melimpah akan mulai berkurang,” ungkap analis Nordea Markets, Thina Margrethe Saltvedt, pada kantor berita AFP. “Melimpahnya suplai itu terjadi akibat penurunan permintaan global akibat lemahnya pertumbuhan outlook di China, Jepang, dan Uni Eropa (UE).” Saltvedt menambahkan, “Turunnya sentimen pasar dan tingginya ketidakpastian pasar saat ini memicu peningkatan penjualan.”
Syarifudin
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengungkapkan hal itu kemarin. Saat rapat di OPEC pada November, Venezuela gagal melobi negara-negara anggota agar mengurangi output produksi minyak untuk mengatasi penurunan harga minyak. Maduro mengunjungi negara-negara OPEC, termasuk Arab Saudi dan Iran, untuk mendorong kerja sama menghentikan penurunan harga minyak.
Saat berbicara di Aljazair sebelum bertemu Perdana Menteri Abdelmalek Sellal, Maduro menjelaskan, “Tidak akan ada rapat OPEC dalam beberapa pekan mendatang karena kurangnya konsensus.” Rapat OPEC selanjutnya dijadwalkan digelar pada Juni. Maduro juga akan menggelar perundingan dengan Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika yang negaranya merupakan anggota OPEC.
Pemimpin Venezuela itu menjelaskan, diskusi akan fokus pada pentingnya memastikan stabilitas harga minyak. Dia berpendapat, harga minyak tidak boleh digunakan sebagai senjata ekonomi dan geopolitik. Harga minyak akan turun ke level terendah dalam enam tahun. Harga minyak turun lebih dari 50% dalam enam bulan terakhir di tengah suplai yang melimpah dan lemahnya pertumbuhan global sehingga harga turun di bawah USD50 per barel.
Meskipun turun, OPEC menolak memangkas produksi karena berupaya memaksa pemasok baru, khususnya para produsen shale oil Amerika Utara, agar keluar dari pasar. Analis menyatakan, para produsen di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi memiliki devisa yang cukup untuk menghadapi penurunan harga minyak, tapi anggota OPEC lainnya seperti Iran dan Venezuela menderita.
Website pemerintah Iran mengutip pernyataan Maduro soal perlunya bekerja sama untuk mengembalikan stabilitas. Aljazair juga meminta OPEC mengurangi produksi meskipun menyatakan mampu mengatasi penurunan harga karena besarnya devisa asing yang dikumpulkan saat harga minyak tinggi.
“Pasar masih khawatir tidak ada tanda bahwa suplai yang melimpah akan mulai berkurang,” ungkap analis Nordea Markets, Thina Margrethe Saltvedt, pada kantor berita AFP. “Melimpahnya suplai itu terjadi akibat penurunan permintaan global akibat lemahnya pertumbuhan outlook di China, Jepang, dan Uni Eropa (UE).” Saltvedt menambahkan, “Turunnya sentimen pasar dan tingginya ketidakpastian pasar saat ini memicu peningkatan penjualan.”
Syarifudin
(bbg)