Berpikir Menentang Arus

Jum'at, 16 Januari 2015 - 09:49 WIB
Berpikir Menentang Arus
Berpikir Menentang Arus
A A A
Mengikut arus adalah pekerjaan mudah; ikut kata orang dan tidak perlu berpikir terlalu jauh, tinggal mengikuti apa yang orang katakan dan lakukan kita pun melakukannya.

Jika itu yang kita pahami dan jalankan, maka jangan sekali-kali kita mengharapkan sebuah hasil yang berbeda dengan orang lain. Sudah bagus jika sama, kebanyakan akan lebih buruk karena orang lain melakukan sesuatu menurut pemikirannya, sementara kita melakukan hanya ikutikutan. Jika kita berpikir berbeda dengan orang lain, bisa dianggap nyeleneh, aneh, tidak lazim.

Namun ketika kita tekun, tetap berjuang dan tidak peduli dengan cemoohan orang maka hasil yang kita peroleh akan berbeda dengan orang lain dan menjadikan kita sukses. Itulah yang dilakukan oleh Nabi Nuh pada zamannya dan dapat dijadikan inspirasi bagi kita. Menentang arus; orang lain berpikir ke kiri, kita berpikir ke kanan, orang lain berpikir ke atas, kita berpikir ke bawah atau sebaliknya.

Hasil yang diperoleh sudah dapat dipastikan akan berbeda; berbeda jauh lebih baik atau berbeda jauh lebih buruk. Keberanian kita menentang arus biasanya mengundang cemoohan bahkan kecaman, dan tergantung pada kita, berani atau tidak meneruskan pemikiran dan gagasan kita.

Jika kita berkeyakinan dan berketetapan hati untuk tetap mencoba, akan membawa kita kepada suatu perubahan melaluiperbedaandenganoranglain. Berikut adalah cara pandang berbeda dan sebagian dapat disebut menentang arus yang terbukti menghasilkan kinerja dan performa lebih baik seperti disampaikan oleh para CEO yang diwawancarai oleh Geoffrey James, seorang penulis dan blogger yang sering menulis di majalah Inc.

Pertama. Bahwa bisnis yang kita geluti tidak semata-mata terkait dengan shareholders dan stakeholders saja, akan tetapi sesungguhnya terkait juga dengan yang tidak terkait langsung dan berkepentingan dengan bisnis kita, salah satunya adalah pesaing. Tanpa pesaing bisnis kita akan cenderung melemah, monoton, tradisional, tidak berkembang. Justru pesainglah yang membuat kita menjadi besar jika kita dapat mengendalikannya.

Kedua, banyak pemimpin perusahaan berpikir bahwa untuk meningkatkan produktivitas sangat mudah dengan cara memasang mesin modern dengan kapasitas tinggi. Jangan lupa, bahwa kreativitas dan pemikiran inovatiflah yang melahirkan produk-produk terobosan dan menjadi unggulan di pasar. Itu dihasilkan oleh orangorang yang berpikir berbeda dengan orang lain dan tidak dapat dilakukan oleh mesin.

Produktivitas menolong dalam efisiensi, menekan biaya produksi untuk menetapkan harga jual rendah, namun pembeli semakin pintar, mereka menghendaki produk yang lebih baik, lebih unik, dan kelebihan-kelebihan lain di samping harga yang terjangkau. Kita tidak dapat membangun dan mengembangkan perusahaan dengan hanya memiliki mesin-mesin yang hebat, namun itu terjadi karena kita memiliki orang-orang yang hebat.

Mesin merupakan alat di tangan manusia, bukan menggantikan peran manusia. Ketiga, sebagian besar pimpinan menerapkan manajemen sebagai alat kontrol, namun jika itu sudah terlalu ketat; menganggap karyawan sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, maka karyawan cenderung bekerja dalam ketakutan dan perasaan tertekan.

Akan berbeda jika pimpinan mengubah fungsi manajemen menjadi serviceprovider; melayani, memperlengkapi, membekali dan membuat karyawan betah di perusahaan, membuat mereka terampil dan berdedikasi tanpa harus terus menerus diawasi karena mereka dianggap mitra, bukan pesakitan. Keempat, ajaklah karyawan melihat hutan bukan sekedar pohon dengan memberi tahu mereka visi yang lebih luas, jauh ke depan, baik bagi perusahaan maupun pribadi karyawan bersangkutan jika ia ingin maju dalam karier.

Ketika mereka dapat menangkap visi perusahaan dan menjadikannya sebagai visi pribadi maka ia akan bekerja jauh melampaui standar yang ditetapkan baginya. Kelima, banyak pimpinan apalagi yang merasa sudah mapan dan aman menentang perubahan karena dianggap berisiko, padahal perusahaan yang berani melakukan perubahan akan memimpin, sebaliknya perusahaan yang enggan dan tidak mau melakukan perubahan akan menjadi pengikut.

Keenam, tempat kerja harus merupakan tempat yang disenangi bukan dienggani apalagi ditakuti. Karyawan jangan merasa terpaksa datang ke tempat kerja, karena pasti mempengaruhi kerja mereka. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh para CEO yang berhasil mengubah dan mengembangkan perusahaan dengan kreativitas dan produktivitas lebih tinggi, melalui cara berpikir dan sudut pandang berbeda dengan kebanyakan pimpinan perusahan pada umumnya.

DR. ELIEZER H. HARDJO PH.D., CM
Ketua Dewan Juri Rekor Bisnis (ReBi) &
The Institute of Certified Professional Managers (ICPM)
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7955 seconds (0.1#10.140)