BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan Menurun
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan menurun dari tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut di dukung oleh perbaikan ekspor manufaktur dan penurunan impor sejalan dengan permintaan domestik yang melemah, pergerakan nilai tukar rupiah sesuai nilai fundamental, dan penurunan harga minyak.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengatakan, apabila dilihat perkembangan global, khususnya kebijakan normalisasi The Fed, kebijakan BI belum berubah masih ketat.
Dia mengungkapkan, apabila kebijakan The Fed sudah berlalu maka diperlukan adanya penyesuain.
Menurutnya, BI melihat kebijakan current account untuk 2014 di perkirakan akan defisit sekitar 3%.
"Untuk 2015, penurunan harga minyak itu menguntungkan sehingga current account itu menurut penurunan harga komoditas, sehingga ekspor komoditas kita di 2015 akan berkurang," katanya saat ditemui wartawan di gedung BI, Jakarta, Jumat (16/1/2015).
Juda mengatakan, terkait harga BBM yang mengalami penurunan maka akan berdampak pada deflasi untuk harga-harga di 2015.
"Sejauh ini kami gunakan harga minyak USD65 per barel dan ini proyeksi dari banyak kalangan maka dengan asumsi-asumsi itu diperkirakan dampak dari penurunan harga minyak, sekarang ini USD50 per barel dan ini punya dampak 0,24% pada inflasi," papar dia.
Menurutnya, harga minyak ini masih sangat dinamis dan memang akan terus dicermat. Sehingga, adanya penurunan harga minyak dunia akan berdampak baik untuk inflasi.
Lebih lanjut dia menuturkan, pihaknya telah menghitung kalau harga minyak terus mengalami penurunan.
Dia menjelaskan, apabila harga minyak terus turun dan harga BBM juga turun maka akan mendorong produksi CAD current account membaik dari 3,3% menjadi 3%.
"Yang paling mengalami perbaikan adalah current account dari sisi nonmigas. Ini juga tidak lepas dari sektor manufaktur sehingga nilai tukarnya makin baik," kata dia.
Penurunan tersebut di dukung oleh perbaikan ekspor manufaktur dan penurunan impor sejalan dengan permintaan domestik yang melemah, pergerakan nilai tukar rupiah sesuai nilai fundamental, dan penurunan harga minyak.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengatakan, apabila dilihat perkembangan global, khususnya kebijakan normalisasi The Fed, kebijakan BI belum berubah masih ketat.
Dia mengungkapkan, apabila kebijakan The Fed sudah berlalu maka diperlukan adanya penyesuain.
Menurutnya, BI melihat kebijakan current account untuk 2014 di perkirakan akan defisit sekitar 3%.
"Untuk 2015, penurunan harga minyak itu menguntungkan sehingga current account itu menurut penurunan harga komoditas, sehingga ekspor komoditas kita di 2015 akan berkurang," katanya saat ditemui wartawan di gedung BI, Jakarta, Jumat (16/1/2015).
Juda mengatakan, terkait harga BBM yang mengalami penurunan maka akan berdampak pada deflasi untuk harga-harga di 2015.
"Sejauh ini kami gunakan harga minyak USD65 per barel dan ini proyeksi dari banyak kalangan maka dengan asumsi-asumsi itu diperkirakan dampak dari penurunan harga minyak, sekarang ini USD50 per barel dan ini punya dampak 0,24% pada inflasi," papar dia.
Menurutnya, harga minyak ini masih sangat dinamis dan memang akan terus dicermat. Sehingga, adanya penurunan harga minyak dunia akan berdampak baik untuk inflasi.
Lebih lanjut dia menuturkan, pihaknya telah menghitung kalau harga minyak terus mengalami penurunan.
Dia menjelaskan, apabila harga minyak terus turun dan harga BBM juga turun maka akan mendorong produksi CAD current account membaik dari 3,3% menjadi 3%.
"Yang paling mengalami perbaikan adalah current account dari sisi nonmigas. Ini juga tidak lepas dari sektor manufaktur sehingga nilai tukarnya makin baik," kata dia.
(izz)