Pedagang Tepis Isu Permainkan Harga Barang

Sabtu, 24 Januari 2015 - 12:35 WIB
Pedagang Tepis Isu Permainkan Harga Barang
Pedagang Tepis Isu Permainkan Harga Barang
A A A
JAKARTA - Pengusaha ritel modern dan pedagang pasar enggan dipersalahkan atas kondisi harga barang di pasar yang tidak kunjung turun pascapenurunan harga bahan bakar minyak (BBM).

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, kendati bukan komponen dominan, penurunan harga BBM berkontribusi pada biaya logistik. Sementara, komponen logistik sendiri bagi ritel modern tidak begitu besar, yaitu hanya berkisar 1-2% dari harga pokok.

Dari harga pokok ini, lantas ditentukan margin yang diinginkan. Menurut Tutum, pedagang atau peritel hanya mengambil margin dari harga dasar yang telah dipatok oleh pemasok, dengan harga jual ke konsumen yang ditentukan dengan mempertimbangkan biaya dan harga pasar yang kompetitif.

“Jadi kalau dipertanyakan kenapa harga barang enggak turunturun, harusnya tanyakan juga ke pihak industri dan pemasok. Sampai sekarang di tingkat pemasok hampir enggak ada yang turun (harganya). Sementara kami peritel, marginnya sama bahkan rugi,” ujar Tutum di sela-sela jumpa pers bersama Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Jakarta kemarin.

Tutum meminta pemerintah tidak terburu-buru mengisukan hal yang bisa menimbulkan salah persepsi atau meresahkan masyarakat, misalnya soal penurunan harga barang pascapenurunan harga BBM. Terkait surat edaran menteri perdagangan (Mendag) yang berisi instruksi penurunan harga, pihaknya tetap berusaha menindaklanjuti.

“Tapi kalau kami tidak bisa (menekan harga), ya jangan membebani kami lebih jauh,” tandasnya. Senada, Sekjen APPSI Ngadiran mengatakan, masyarakat berharap terjadi penurunan harga barang pascapenurunan harga BBM. Namun, tatkala itu tidak kunjung terjadi, pedagang seolah dikambinghitamkan. “Kami ingin meluruskan, jangan sampai ada anggapan seolah kami yang memainkan harga di pasar,” cetusnya.

Menurut Ngadiran, kontribusi penurunan harga BBM terhadap turunnya harga di tingkat pedagang pasar tradisional juga sangat kecil dibanding sejumlah faktor lainnya yang ikut andil dalam fluktuasi harga. Ia menyebut, hargaharga barang di pasar induk saat ini juga belum ada yang turun, kecuali harga cabai.

“Makanya kalau menteri menginstruksikan kami supaya segera menurunkan, kami setuju dengan catatan, harga beli kami (misalnya dari pasar induk) juga turun. Tapi kalau enggak, ya kami bagaimana? Memangnya pemerintah mau menanggung kalau kami rugi,” tegasnya.

Aprindo dan APPSI memandang, mekanisme pasar yang dibentuk oleh pemerintah sudah menjamin agar harga terbentuk oleh pasar dengan sendirinya. Terkait fluktuasi harga barang di pasar, lanjut Tutum, terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi. Di antaranya, pasokan dan permintaan (supply-demand ), suku bunga, kurs, energi (listrik, BBM, gas), infrastruktur logistik, termasuk upah buruh dan birokrasi yang mahal.

“Kontribusi pedagang dalam menentukan harga pasar yang terkait turunnya harga BBM itu ada, tapi sangat tipis sekali. Kita berharap, stabilitas harga menjadi lebih baik dan pasar kembali bergairah dengan turunnya harga BBM,” katanya. Aprindo dan APPSI meminta agar pedagang tidak terus disalahkan karena harga pasar yang tidak kunjung turun.

Inda susanti
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6632 seconds (0.1#10.140)