Ini Keuntungan Bulog Disuntik Rp3 T
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberikan modal Rp3 triliun ke Perum Bulog, untuk mendukung program swasembada pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat ketika ditemui di gedung DPR yakin dana ini akan menguntungkan. Keuntungan tersebut yaitu mengurangi potensi kerugian masyarakat akibat kenaikan harga beras.
"Potensi kerugian kenaikan harga beras Rp100 per kg setara Rp3,5 triliun (Rp100 juta x 35 juta ton konsumsi beras per tahun," ujarnya di Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (26/1/2015).
Keuntungan lainnya, pembelian beras petani pada saat panen raya dapat diberikan penyerapan surplusnya sebesar 5%-9% dari produksi per tahun atau 1,5-3,6 juta ton beras per tahun.
"Kapasitas bagi petani itu untuk mendapatkan jaminan pasar dengan harga yang wajar dan menghindari kemungkinan terjadinya harga jatuh di saat produksi pada berlimpah. Di samping itu, nanti akan menjadi insentif kepada jutaan petani hingga 14,2 juta jiwa untuk terus berproduksi," jelas dia.
Selain itu, pemerintah juga dapat mengurangi beban subsidi Rp300 miliar yang merupakan ruang fiskal.
"PMN dapat terjaga kestabilan harga berasnya. Ini bisa menahan laju inflasi, lalu penyerapan beras 1,5-3 juta ton per tahun dikalikan HPP Rp6.600 per kg, sehingga aliran dana ke pedesaan bisa mencapai Rp19 triliun dan potensi peningkatan pemasukan pajak bagi negara dari peningkatan laba perusahaa," terang dia.
Sementara itu, lanjut Lenny, keuntungan yang diperoleh Perum Bulog yaitu dapat mempercepat penyerapan gabah atau beras petani. Lalu, kredit bank berkurang Rp3 triliun sehingga menghemat biaya bank sekitar Rp300 miliar.
"Di sini, kemampuan berhutang bertambah dengan turunnya DER perusahaan dan peningkatan ekuitas yang nantinya lebih likuid dan bankable," tutupnya.
Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat ketika ditemui di gedung DPR yakin dana ini akan menguntungkan. Keuntungan tersebut yaitu mengurangi potensi kerugian masyarakat akibat kenaikan harga beras.
"Potensi kerugian kenaikan harga beras Rp100 per kg setara Rp3,5 triliun (Rp100 juta x 35 juta ton konsumsi beras per tahun," ujarnya di Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (26/1/2015).
Keuntungan lainnya, pembelian beras petani pada saat panen raya dapat diberikan penyerapan surplusnya sebesar 5%-9% dari produksi per tahun atau 1,5-3,6 juta ton beras per tahun.
"Kapasitas bagi petani itu untuk mendapatkan jaminan pasar dengan harga yang wajar dan menghindari kemungkinan terjadinya harga jatuh di saat produksi pada berlimpah. Di samping itu, nanti akan menjadi insentif kepada jutaan petani hingga 14,2 juta jiwa untuk terus berproduksi," jelas dia.
Selain itu, pemerintah juga dapat mengurangi beban subsidi Rp300 miliar yang merupakan ruang fiskal.
"PMN dapat terjaga kestabilan harga berasnya. Ini bisa menahan laju inflasi, lalu penyerapan beras 1,5-3 juta ton per tahun dikalikan HPP Rp6.600 per kg, sehingga aliran dana ke pedesaan bisa mencapai Rp19 triliun dan potensi peningkatan pemasukan pajak bagi negara dari peningkatan laba perusahaa," terang dia.
Sementara itu, lanjut Lenny, keuntungan yang diperoleh Perum Bulog yaitu dapat mempercepat penyerapan gabah atau beras petani. Lalu, kredit bank berkurang Rp3 triliun sehingga menghemat biaya bank sekitar Rp300 miliar.
"Di sini, kemampuan berhutang bertambah dengan turunnya DER perusahaan dan peningkatan ekuitas yang nantinya lebih likuid dan bankable," tutupnya.
(izz)