Garuda Tunda Terbitkan Global Bond

Rabu, 28 Januari 2015 - 12:25 WIB
Garuda Tunda Terbitkan...
Garuda Tunda Terbitkan Global Bond
A A A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) harus menunda rencana untuk menerbitkan surat utang dalam bentuk mata uang dolar (global bond ) sebesar USD500 juta atau setara Rp6,25 triliun (Rp12.500/USD).

Direktur Keuangan Risiko & Teknologi Informasi Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, penerbitan Obligasi Global mundur dari target awal akibat kondisi pasar di Singapura tengah lesu. Emiten maskapai penerbangan sayap merah tersebut sebelumnya berencana untuk menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat pada kuartal I/2015 untuk reprofiling utang.

“Saat ini kami melihat market di Singapura sedang quite , jadi rencananya akan diterbitkan April,” kata pria yang akrab disapa Ari ini kepada sejumlah media di Jakarta kemarin. Menurut dia, surat utang berdenominasi dolar AS itu memiliki tiga pilihan yang akan diambil oleh perseroan. Di antaranya, Obligasi Global, Singapore Bonds, danSukukGlobal, dengan nilai maksimum USD500 juta.

Penerbitan global bond tersebut, sambungnya, sepenuhnya akan digunakan untuk pembayaran dan reprofiling utang jatuh tempo pada tahun ini sebesar USD350 juta atau Rp4,5 triliun dan pada awal 2016 sebesar USD135 juta. Penerbitan surat utang global tersebut memang akan dilakukan di Singapura.

Saat ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi yakni DBS Bank Singapura dan Standard Chartered Bank. Ari memastikan, jika emisi obligasi global tersebut tidak diserap investor, pihaknya memiliki pilihan untuk mencari pinjaman sindikasi dai perbankan yang telah bekerja sama dengan Garuda.

Pinjaman sindikasi perbankan itu diperkirakan akan dilakukan pada awal semester II/2015, setelah adanya kepastian emisi global bonds . Perseroan saat ini telah bekerja sama dengan Standard Chartered Bank, PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Manajemen emiten berkode saham GIAA ini mengkaji, pinjaman sindikasi bernilai minimum USD485 juta atau setara dengan utang jatuh tempo perseroan pada tahun ini dan pada 2016. Dalam laporan keuangan perseroan, GIAA memiliki utang jangka panjang per 30 September 2014 sebesar USD578,1 juta atau setara Rp6,93 triliun dari sebelumnya USD324,6 juta.

Liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun mencapai USD255,64 juta, dan utang obligasi sebesar USD162,7 juta atau setara dengan Rp1,95 triliun. “Pinjaman sindikasi perbankan nantinya dalam bentuk dolar AS, tapi bisa juga rupiah. Nanti, kami tinggal cross currency swap seperti kemarin dengan BNI, bunganya cukup bagus,” ujarnya.

Perseroan sebelumnya melakukan transaksi cross currency swap dengan Bank BNI dengan nilai Rp1 triliun. Transaksi tersebut dilakukan sebagai langkah lindung nilai atau hedging valuta asing terhadap risiko tingkat bunga. Pada tahun ini manajemen GIAA juga melakukan berbagai upaya efisiensi untuk menekan biaya. Perseroan memangkas alokasi belanja modal (capital expenditure/Capex) hingga 35% mencapai Rp875 miliar atau USD70 jutadari totalUSD200juta.

Pemotongan belanja modal terbesar dilakukan untuk menegosiasi ulang atas kedatangan pesawat tahun ini sehingga hanya 15 unit armada baru. Penundaan sebanyak 9 unit pesawat baru itu membuat belanja modal perseroan terpangkas cukup besar. Dia optimistis perseroan dapat menekan nilai kerugian yang diderita sepanjang tahun lalu.

Kinerja perseroan sepanjang periode 2014 dapat lebih baik terutama pada akhir kuartal VI/2014. Rugi bersih Garuda mencapai USD219,5 juta atau setara dengan Rp2,63 triliun, melonjak tajam 1.362,62% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu USD15,01 juta. Per 30 September 2014 pendapatan Garuda mencapai USD2,8 miliar, naik 4,28% dari periode yang sama tahun lalu USD2,68 miliar.

Sementara, Garuda Indonesia menerima penghargaan maskapai bintang lima oleh Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan independen yang berkedudukan di London, Inggris. Direktur Utama GIAA Arif Wibowo mengatakan, penghargaan tersebut menjadi salah satu milestone penting bagi perseroan karena merupakan bentuk pengakuan dunia terhadap transformasi dan berbagai peningkatan yang dilakukan Garuda.

“Pencapaian ini kami persembahkan dengan bangga kepada Bangsa Indonesia. Hal ini akan menjadi tantangan bagi kami untuk selalu mengembangkan dan memberikan layanan terbaiksecara konsistensehingga pengguna jasa senantiasa mendapatkan excitement saat terbang dengan Garuda,” kata Arif.

Arif menambahkan, keberhasilan Garuda meraih predikat sebagai maskapai bintang lima merupakan wujud dari komitmen serta hasil kerja keras seluruh karyawan dalam memberikan layanan terbaik kepada para pengguna jasa. Proses pemeringkatan maskapai didasarkan pada penilaian menyeluruh terhadap produk dan layanan Garuda, baik ground service di bandara maupun inflight service dalam penerbangan yang dilayani oleh perseroan.

Penilaian maskapai bintang lima tersebut juga mempertimbangkan rencana peningkatan layanan yang akan dilaksanakan Garuda pada tahun 2015, antara lain rencana pemindahan operasional Garuda Indonesia ke Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno- Hatta, yang merupakan hub utama maskapai tersebut.

Dari lebih dari 200 maskapai penerbangandidunia, hinggasaat ini baru ada tujuh maskapai yang mendapat gelar maskapai bintang lima yaitu Singapore Airlines, Cathay Pacific Airways, Qatar Airways, Asiana Airlines, All Nippon Airways (ANA), Hainan Airlines, dan Garuda Indonesia.

Herufebrianto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9511 seconds (0.1#10.140)