Ekspor CPO ke China dan India Merosot
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan, ekspor crude palm oil (CPO) di dua negara tujuan ekspor terbesar Indonesia, yaitu China dan India merosot sepanjang 2014.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gapki Joko Priyono menuturkan, ekspor CPO Indonesia ke India pada 2014 hanya mencapai 5,1 juta ton, atau turun 17% dibanding 2013 yang mencapai 6,1 juta ton.
"Turunnya ekspor ke India ini karena melambatnya pertumbuhan ekonomi India, akibat inflasi di dalam negeri yang tinggi," ujarnya di kantor Gapki, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Joko mengatakan, turunnya ekspor ke negeri Bolywood tersebut juga karena lemahnya nilai tukar rupee terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada pertengahan hingga akhir 2014.
Selain itu, India juga menaikkan pajak impor minyak nabati mentahnya dari 2,5% menjadi 7,5%. "Sedangkan untuk refined oil dari 7,5% menjadi 15%," tutur dia.
Menurutnya, volume ekspor Indonesia ke China menurun 9% menjadi 2,43 juta ton dibanding 2013 yang mencapai 2,67 juta ton.
"Ini karena pertumbuhan ekonomi China yang sempat melambat," imbuhnya.
Dia mengatakan, turunnya ekspor ke negara tirai bambu ini juga karena tingkat kepercayaan bank yang menurun, sehingga para trader kesulitan mencari pinjaman.
"China juga memberlakukan syarat regulasi standar residu pestisida, juga stok kedelai yang tinggi di dalam negeri," ujar Joko.
Sekadar informasi, total ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia selama 2014 mencapai 21,76 juta ton, atau naik 2,5% dibanding 2013 yang mencapai 21,22 juta ton.
(Baca: Kinerja Industri Kelapa Sawit 2014 Melempem)
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gapki Joko Priyono menuturkan, ekspor CPO Indonesia ke India pada 2014 hanya mencapai 5,1 juta ton, atau turun 17% dibanding 2013 yang mencapai 6,1 juta ton.
"Turunnya ekspor ke India ini karena melambatnya pertumbuhan ekonomi India, akibat inflasi di dalam negeri yang tinggi," ujarnya di kantor Gapki, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Joko mengatakan, turunnya ekspor ke negeri Bolywood tersebut juga karena lemahnya nilai tukar rupee terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada pertengahan hingga akhir 2014.
Selain itu, India juga menaikkan pajak impor minyak nabati mentahnya dari 2,5% menjadi 7,5%. "Sedangkan untuk refined oil dari 7,5% menjadi 15%," tutur dia.
Menurutnya, volume ekspor Indonesia ke China menurun 9% menjadi 2,43 juta ton dibanding 2013 yang mencapai 2,67 juta ton.
"Ini karena pertumbuhan ekonomi China yang sempat melambat," imbuhnya.
Dia mengatakan, turunnya ekspor ke negara tirai bambu ini juga karena tingkat kepercayaan bank yang menurun, sehingga para trader kesulitan mencari pinjaman.
"China juga memberlakukan syarat regulasi standar residu pestisida, juga stok kedelai yang tinggi di dalam negeri," ujar Joko.
Sekadar informasi, total ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia selama 2014 mencapai 21,76 juta ton, atau naik 2,5% dibanding 2013 yang mencapai 21,22 juta ton.
(Baca: Kinerja Industri Kelapa Sawit 2014 Melempem)
(izz)