Gapki Harap Batas Harga Bea Keluar CPO Tak Diturunkan
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) berharap pemerintah tidak menurunkan batas harga (threshold) pengenaan bea keluar untuk ekspor CPO, kendati saat ini harganya anjlok di bawah USD750 per metrik ton.
"Ya kita setuju saja dikenakan bea keluar. Namun kita minta threshold-nya enggak diturunkan. Karena nanti itu jadi kontraproduktif," ujar Direktur Eksekutif Gapki Fadhli Hasan di kantor Gapki, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Menurutnya, jika bertujuan untuk hilirisasi, maka lebih baik bea keluar tetap dikenakan, namun tidak dengan diambang batas harga yang terlalu rendah.
Dia mengatakan, rencana penurunan threshold juga akan menyebabkan industri CPO menjadi lesu. Hal ini lantaran biaya yang dikeluarkan untuk ekspor semakin meningkat, sedangkan nilai ekspornya semakin rendah.
"Wacana Kementerian Perindustrian untuk menurunkan batas bawah harga CPO yang dikenakan bea keluar ini agak membingungkan tujuannya. Ketidakpastian seperti ini bisa menghasilkan sinyal buruk bagi investasi kelapa sawit," tuturnya.
Pihaknya menilai, saat ini angka threshold sudah merupakan angka ideal bagi industri kelapa sawit. Dia berharap pemerintah tidak terburu-buru dalam mengoreksi angka batas pengenaan bea keluar ini.
"Harga CPO kan fluktuatif, kalau misalnya naik lagi ya komoditas kita tetap kena bea keluar. Ini cuma sementara saja sepertinya, kuartal II/2015 sudah mulai membaik baik dari segi harga maupun produksi," pungkas Fadhil.
"Ya kita setuju saja dikenakan bea keluar. Namun kita minta threshold-nya enggak diturunkan. Karena nanti itu jadi kontraproduktif," ujar Direktur Eksekutif Gapki Fadhli Hasan di kantor Gapki, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Menurutnya, jika bertujuan untuk hilirisasi, maka lebih baik bea keluar tetap dikenakan, namun tidak dengan diambang batas harga yang terlalu rendah.
Dia mengatakan, rencana penurunan threshold juga akan menyebabkan industri CPO menjadi lesu. Hal ini lantaran biaya yang dikeluarkan untuk ekspor semakin meningkat, sedangkan nilai ekspornya semakin rendah.
"Wacana Kementerian Perindustrian untuk menurunkan batas bawah harga CPO yang dikenakan bea keluar ini agak membingungkan tujuannya. Ketidakpastian seperti ini bisa menghasilkan sinyal buruk bagi investasi kelapa sawit," tuturnya.
Pihaknya menilai, saat ini angka threshold sudah merupakan angka ideal bagi industri kelapa sawit. Dia berharap pemerintah tidak terburu-buru dalam mengoreksi angka batas pengenaan bea keluar ini.
"Harga CPO kan fluktuatif, kalau misalnya naik lagi ya komoditas kita tetap kena bea keluar. Ini cuma sementara saja sepertinya, kuartal II/2015 sudah mulai membaik baik dari segi harga maupun produksi," pungkas Fadhil.
(izz)