Hunian Berwawasan Lingkungan
A
A
A
Hunian berwawasan lingkungan (green property) banyak diburu pembeli rumah saat ini. Maklum kesadaran masyarakat semakin tinggi terkait dengan kualitas lingkungan dan dampak yang diakibatkan.
Ada yang menarik untuk disimak ketika para pengembang properti berbagi informasi untuk menawarkan konsep atau gimmick memikat kepada konsumen tentang lingkungan. Ide atau konsep itu sejatinya berangkat dari kritisnya konsumen akan kesadaran kualitas lingkungan.”Jika, dahulu popularitas arsitektur bangunan yang mengadopsi gaya ramah lingkungan membanjiri pasar, belakangan ini mulai ditingalkan.
Para pengembang ternyata mulai peka menawarkan konsep yang berkaitan dengan lingkungan,” ujar arsitek Wijoyo Hendromartono. Hanya saja, konsep lingkungan ini terkadang sumir ketika orisinilitas lahan menjadi imitasi dengan dalih menyatu dengan alam. itu sebabnya, para pengembang tak mau dituding sebagai ‘biang kerok’ perusak lingkungan dengan pertimbangan bahwa proyek hunian harus dibangun di atas lahan yang diperuntukkan bagi kawasan hunian dan bukan di daerah resapan air.
“Pembangunan rumah dan pengembangannya saat ini telah bergeser kearah tren berkelanjutan atau sustainable, hal ini disadari seiring dengan bertambahnya penduduk yang berarti bertambahnya kebutuhan akan perumahan,” kata arsitek lulusan Universitas Parahyangan ini. Hal senada pun juga diungkapkan Iwan Ismaun, seorang Dosen Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti Jakarta.
Menurut Iwan, komposisi ruang terbangun dan ruang tidak terbangun disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di setiap kawasan. Untuk kawasan hunian, koefisien dasar bangunan (KDB) idealnya maksimal 70 persen sehingga menyediakan koefisien dasar hijau mencapai 30 persen. “Karena, lingkungan alami secara tidak langsung dapat menjalankan fungsi-fungsi ekologis, sekaligus fungsi sosial budaya dan estetika,”tambah Iwan.
Lalu, dimana saja tempatnya? Biasanya, kawasan hunian berkonsep lingkungan terdapat di kawasan tepi Jakarta. Sebut saja mulai dari kawasan Serpong Tanggerang, Bogor, Depok hingga Bekasi. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika Jakarta juga menawarkan hal yang sama. Seperti halnya Green Bay Pluit di Jakarta yang dikembangkan oleh Agung Podomoro Land, semakin melengkapi properti yang eksis dengan konsep alaminya. Karenanya, kawasan yang dikembangkan di lahan seluas 12,5 hektar ini nantinya akan memiliki kawasan hijau seluas 60 persen dari total luas area, dan didalamnya terdapat botanical park, green forest dan relaxing area seluas 3 heaktar.
“Jadi, sebelum Green Bay Pluit didevelop Agung Podomoro land sudah memiliki komitmen mengusung konsep green dalam setiap proyek propertinya,” kata Fransiskus Afong, General Manager Green Bay Pluit. Perumahan bernuansa alam lainnya juga terdapat di Cibubur. Salah satu hunian yang menerapkan konsep hunian hijau bernuansa lami adalah Metland Cilengsi. Properti yang dikembangkan oleh PT Metropolitan Land Tbk ini terletak di jalur strategis yakni berada di Cibubur. Bicara mengenai desain sebuah rumah tinggal dewasa ini, sebaiknya mengacu kepada konsep ramah lingkungan.
Satu hal yang patut disadari bahwa pembangunan sebuah rumah tinggal menghasilkan karbondioksida terbesar, yang dampaknya terlihat langsung pada kasus global warming serta climate exchange. Pemakaian energi pada sebuah proyek pembangunan pun dinilai terlampau besar, sementara ketersediaan bahan bakar minyak maupun listrik sedang dalam kondisi penghematan.
Oleh karena itu menjadi sebuah keharusan untuk mendesain sebuah bangunan berkonsep ramah lingkungan. Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Melalui konsep rumah tinggal ramah lingkungan diharapkan mampu memberi kontribusi secara langsung dalam menahan laju pemanasan global.
Tidak hanya sampai disitu, penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan menjadi poin utama yang terus dibahas dalam sebuah konsep rumah ramah lingkungan, sehingga masalah kelestarian lingkungan hijau mampu terselesaikan dengan baik. Bangunan yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan ternyata lebih memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini semakin membuktikan akan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.
Karenanya edukasi mengenai tersedianya rumah tinggal yang ramah lingkungan dirasa semakin penting dilakukan demi tujuan mengurangi risiko global warming serta climate exchange. Dalam mendirikan sebuah bangunan banyak hal yang mesti diperhatikan, diantaranya adalah aspek-aspek bahan material, ketersediaan ruangan hijau, hingga instalasi air dan listrik yang optimal namun tetap efisien.
Aprilia s andyna
Ada yang menarik untuk disimak ketika para pengembang properti berbagi informasi untuk menawarkan konsep atau gimmick memikat kepada konsumen tentang lingkungan. Ide atau konsep itu sejatinya berangkat dari kritisnya konsumen akan kesadaran kualitas lingkungan.”Jika, dahulu popularitas arsitektur bangunan yang mengadopsi gaya ramah lingkungan membanjiri pasar, belakangan ini mulai ditingalkan.
Para pengembang ternyata mulai peka menawarkan konsep yang berkaitan dengan lingkungan,” ujar arsitek Wijoyo Hendromartono. Hanya saja, konsep lingkungan ini terkadang sumir ketika orisinilitas lahan menjadi imitasi dengan dalih menyatu dengan alam. itu sebabnya, para pengembang tak mau dituding sebagai ‘biang kerok’ perusak lingkungan dengan pertimbangan bahwa proyek hunian harus dibangun di atas lahan yang diperuntukkan bagi kawasan hunian dan bukan di daerah resapan air.
“Pembangunan rumah dan pengembangannya saat ini telah bergeser kearah tren berkelanjutan atau sustainable, hal ini disadari seiring dengan bertambahnya penduduk yang berarti bertambahnya kebutuhan akan perumahan,” kata arsitek lulusan Universitas Parahyangan ini. Hal senada pun juga diungkapkan Iwan Ismaun, seorang Dosen Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti Jakarta.
Menurut Iwan, komposisi ruang terbangun dan ruang tidak terbangun disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di setiap kawasan. Untuk kawasan hunian, koefisien dasar bangunan (KDB) idealnya maksimal 70 persen sehingga menyediakan koefisien dasar hijau mencapai 30 persen. “Karena, lingkungan alami secara tidak langsung dapat menjalankan fungsi-fungsi ekologis, sekaligus fungsi sosial budaya dan estetika,”tambah Iwan.
Lalu, dimana saja tempatnya? Biasanya, kawasan hunian berkonsep lingkungan terdapat di kawasan tepi Jakarta. Sebut saja mulai dari kawasan Serpong Tanggerang, Bogor, Depok hingga Bekasi. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika Jakarta juga menawarkan hal yang sama. Seperti halnya Green Bay Pluit di Jakarta yang dikembangkan oleh Agung Podomoro Land, semakin melengkapi properti yang eksis dengan konsep alaminya. Karenanya, kawasan yang dikembangkan di lahan seluas 12,5 hektar ini nantinya akan memiliki kawasan hijau seluas 60 persen dari total luas area, dan didalamnya terdapat botanical park, green forest dan relaxing area seluas 3 heaktar.
“Jadi, sebelum Green Bay Pluit didevelop Agung Podomoro land sudah memiliki komitmen mengusung konsep green dalam setiap proyek propertinya,” kata Fransiskus Afong, General Manager Green Bay Pluit. Perumahan bernuansa alam lainnya juga terdapat di Cibubur. Salah satu hunian yang menerapkan konsep hunian hijau bernuansa lami adalah Metland Cilengsi. Properti yang dikembangkan oleh PT Metropolitan Land Tbk ini terletak di jalur strategis yakni berada di Cibubur. Bicara mengenai desain sebuah rumah tinggal dewasa ini, sebaiknya mengacu kepada konsep ramah lingkungan.
Satu hal yang patut disadari bahwa pembangunan sebuah rumah tinggal menghasilkan karbondioksida terbesar, yang dampaknya terlihat langsung pada kasus global warming serta climate exchange. Pemakaian energi pada sebuah proyek pembangunan pun dinilai terlampau besar, sementara ketersediaan bahan bakar minyak maupun listrik sedang dalam kondisi penghematan.
Oleh karena itu menjadi sebuah keharusan untuk mendesain sebuah bangunan berkonsep ramah lingkungan. Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Melalui konsep rumah tinggal ramah lingkungan diharapkan mampu memberi kontribusi secara langsung dalam menahan laju pemanasan global.
Tidak hanya sampai disitu, penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan menjadi poin utama yang terus dibahas dalam sebuah konsep rumah ramah lingkungan, sehingga masalah kelestarian lingkungan hijau mampu terselesaikan dengan baik. Bangunan yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan ternyata lebih memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini semakin membuktikan akan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.
Karenanya edukasi mengenai tersedianya rumah tinggal yang ramah lingkungan dirasa semakin penting dilakukan demi tujuan mengurangi risiko global warming serta climate exchange. Dalam mendirikan sebuah bangunan banyak hal yang mesti diperhatikan, diantaranya adalah aspek-aspek bahan material, ketersediaan ruangan hijau, hingga instalasi air dan listrik yang optimal namun tetap efisien.
Aprilia s andyna
(ftr)