Memaknai Kehilangan
A
A
A
Dalam perjalanan hidup ini, kita semua pasti pernah mengalami kehilangan orang yang kita kasihi. Baru saja seminggu yang lalu, awal Februari ini, saya merasakan hal yang sama ketika harus kehilangan seorang oma yang sudah saya kenal sejak saya masih kecil.
Beliau menyelesaikan perjalanan hidup ini dan menutupnya pada usia 90 tahun. Sebuah perjalanan yang terbilang panjang dengan banyak suka dan duka yang sudah dilaluinya. Banyak kenangan yang dialami bersamanya, dan banyak juga wejangan hidup berarti yang sudah disampaikan olehnya sepanjang masa hidup di dunia ini.
Meski semangatnya untuk tetap hidup masih begitu besar, apa daya ketika Yang Mahakuasa memanggilnya pulang. Beliau akhirnya harus mengakhiri perjalanan ini dan menutup usia dengan tenang. Perasaan amat bercampur aduk ketika harus menerima kenyataan ini, namun tetap berusaha tegar dan meyakinkan diri sendiri bahwa memang sudah saatnya beliau kembali ke Sang Pencipta.
Di dalam keheningan, saya berhenti dan berpikir sejenak berusaha memaknai kehilangan ini, dan ada beberapa hal yang terbesit dalam hati yang ingin saya bagikan kepada Anda pada artikel kali ini. Salah satu ketakutan terbesar dalam hidup kita adalah kehilangan orang yang kita kasihi.
Kita seringkali menangis dan merasa sedih ketika orang yang kita kasihi harus meninggalkan kita untuk selama-lamanya, apa pun itu penyebabnya. Kehilangan selalu bertalian dengan kesedihan. Ada kegelisahan dan rasa tidak nyaman membayangi pikiran. Semua ingatan akan orang yang kita kasihi tersebut seolah berputar kembali di kepala kita dan berjalan begitu cepat sembari kita menanyakan mengapa mesti sekarang atau bahkan seandainya ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya.
Kita juga mungkin berpikir ke mana orang yang kita kasihi tersebut pergi setelah ini. Pertanyaan yang kita sendiri mungkin sulit menjawabnya karena hanya Tuhan yang tahu persis. Ungkapan berikut selalu menguatkan saya ketika berhadapan dengan kehilangan: We are sad because they leave us.
We are happy because we know where they go. Mungkin kita sedih karena mereka meninggalkan kita, namun kita merasa bahagia karena kita tahu ke mana mereka pergi dan satu saat akan ada perjumpaan lagi. Ketika kita selalu menabur kebaikan dan kebenaran dalam hidup ini, kita tidak perlu khawatir karena Tuhan punya rencana yang baik pula untuk kita.
Seumpama seorang anak kecil yang berjalan bersama orang tuanya, ketika berada di tengah keramaian anak ini kehilangan orang tuanya dan tidak dapat melihat keberadaan orang tuanya, denganserta-mertaanakini merasa gelisah dan akhirnya menangis. Namun, situasinya akan berbeda, ketika si anak tahu persis di mana orang tuanya berada, dia tetap saja akan merasa nyaman di tengah keramaian bahkan sambil bermain dengan gembira.
Pada titik inilah, sebagaimana saya juga menuliskannya awal tahun, saya meyakini bahwa kita perlu membangun hubungan vertikal yang lebih baik lagi kepada Tuhan dan membawa orang-orang terdekat kita mengenal keberadaan-Nya lebih baik lagi sehingga ketika saatnya tiba akan menghadap Dia, kita semua tahu ke mana kita dan orang terdekat kita menuju sehingga kita tetap dapat tersenyum dalam duka.
Sebuah makna lain lagi yang saya rasakan ketika mengalami kehilangan adalah tentang keterikatan. Ada sebuah keterikatan emosional yang dalam dengan orang yang kita kasihi sehingga kita tidak dapat begitu saja melupakannya. Sesuatu yang lumrah dan sangat dapat dimengerti karena memang kita memilih dan membentuk keterikatan emosi tersebut dengan orang-orang yang kita kasihi.
Kendati demikian, dari perspektif yang sama, keadaan yang serupa juga berlaku untuk ihwal yang terhadapnya kita memiliki keterikatan. Ketika Anda memiliki keterikatan yang dalam dengan uang misalnya, ketika Anda kehilangan, Anda bisa jadi merasa sangat sedih, bahkan tidak sedikit yang merasa tertekan sampai-sampai ada yang mengakhiri hidupnya karena tekanan tersebut.
Kesimpulan saya adalah orang tersebut sangat terikat dengan uang sehingga dia tidak bisa hidup ketika kehilangan uang. Karena itu, berhati-hatilah dengan apa yang Anda ikat dengan diri Anda semasa hidup Anda karena hal tersebut akan terus melekat dengan Anda dan sulit untuk melupakannya. Bukan itu saja, hal tersebut juga sangat mungkin menguasai Anda ketika keterikatan Anda begitu dalam.
Pesan saya sederhana, pilihlah keterikatan Anda dengan bijaksana. Ketika Anda mengikat diri untuk ihwal yang baik, positif, dan bernilai, Anda akan melihat pertumbuhan diri Anda dilengkapi dengan kematangan atau kedewasaan diri menghadapi pelbagai situasi hidup, bahkan kehilangan sekalipun. Selamat memaknai kehilangan! SalamGoTo TheNext Level!
MEN JUNG, MM
Author – Go To The Next Level!
[email protected]
@menjung
Beliau menyelesaikan perjalanan hidup ini dan menutupnya pada usia 90 tahun. Sebuah perjalanan yang terbilang panjang dengan banyak suka dan duka yang sudah dilaluinya. Banyak kenangan yang dialami bersamanya, dan banyak juga wejangan hidup berarti yang sudah disampaikan olehnya sepanjang masa hidup di dunia ini.
Meski semangatnya untuk tetap hidup masih begitu besar, apa daya ketika Yang Mahakuasa memanggilnya pulang. Beliau akhirnya harus mengakhiri perjalanan ini dan menutup usia dengan tenang. Perasaan amat bercampur aduk ketika harus menerima kenyataan ini, namun tetap berusaha tegar dan meyakinkan diri sendiri bahwa memang sudah saatnya beliau kembali ke Sang Pencipta.
Di dalam keheningan, saya berhenti dan berpikir sejenak berusaha memaknai kehilangan ini, dan ada beberapa hal yang terbesit dalam hati yang ingin saya bagikan kepada Anda pada artikel kali ini. Salah satu ketakutan terbesar dalam hidup kita adalah kehilangan orang yang kita kasihi.
Kita seringkali menangis dan merasa sedih ketika orang yang kita kasihi harus meninggalkan kita untuk selama-lamanya, apa pun itu penyebabnya. Kehilangan selalu bertalian dengan kesedihan. Ada kegelisahan dan rasa tidak nyaman membayangi pikiran. Semua ingatan akan orang yang kita kasihi tersebut seolah berputar kembali di kepala kita dan berjalan begitu cepat sembari kita menanyakan mengapa mesti sekarang atau bahkan seandainya ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya.
Kita juga mungkin berpikir ke mana orang yang kita kasihi tersebut pergi setelah ini. Pertanyaan yang kita sendiri mungkin sulit menjawabnya karena hanya Tuhan yang tahu persis. Ungkapan berikut selalu menguatkan saya ketika berhadapan dengan kehilangan: We are sad because they leave us.
We are happy because we know where they go. Mungkin kita sedih karena mereka meninggalkan kita, namun kita merasa bahagia karena kita tahu ke mana mereka pergi dan satu saat akan ada perjumpaan lagi. Ketika kita selalu menabur kebaikan dan kebenaran dalam hidup ini, kita tidak perlu khawatir karena Tuhan punya rencana yang baik pula untuk kita.
Seumpama seorang anak kecil yang berjalan bersama orang tuanya, ketika berada di tengah keramaian anak ini kehilangan orang tuanya dan tidak dapat melihat keberadaan orang tuanya, denganserta-mertaanakini merasa gelisah dan akhirnya menangis. Namun, situasinya akan berbeda, ketika si anak tahu persis di mana orang tuanya berada, dia tetap saja akan merasa nyaman di tengah keramaian bahkan sambil bermain dengan gembira.
Pada titik inilah, sebagaimana saya juga menuliskannya awal tahun, saya meyakini bahwa kita perlu membangun hubungan vertikal yang lebih baik lagi kepada Tuhan dan membawa orang-orang terdekat kita mengenal keberadaan-Nya lebih baik lagi sehingga ketika saatnya tiba akan menghadap Dia, kita semua tahu ke mana kita dan orang terdekat kita menuju sehingga kita tetap dapat tersenyum dalam duka.
Sebuah makna lain lagi yang saya rasakan ketika mengalami kehilangan adalah tentang keterikatan. Ada sebuah keterikatan emosional yang dalam dengan orang yang kita kasihi sehingga kita tidak dapat begitu saja melupakannya. Sesuatu yang lumrah dan sangat dapat dimengerti karena memang kita memilih dan membentuk keterikatan emosi tersebut dengan orang-orang yang kita kasihi.
Kendati demikian, dari perspektif yang sama, keadaan yang serupa juga berlaku untuk ihwal yang terhadapnya kita memiliki keterikatan. Ketika Anda memiliki keterikatan yang dalam dengan uang misalnya, ketika Anda kehilangan, Anda bisa jadi merasa sangat sedih, bahkan tidak sedikit yang merasa tertekan sampai-sampai ada yang mengakhiri hidupnya karena tekanan tersebut.
Kesimpulan saya adalah orang tersebut sangat terikat dengan uang sehingga dia tidak bisa hidup ketika kehilangan uang. Karena itu, berhati-hatilah dengan apa yang Anda ikat dengan diri Anda semasa hidup Anda karena hal tersebut akan terus melekat dengan Anda dan sulit untuk melupakannya. Bukan itu saja, hal tersebut juga sangat mungkin menguasai Anda ketika keterikatan Anda begitu dalam.
Pesan saya sederhana, pilihlah keterikatan Anda dengan bijaksana. Ketika Anda mengikat diri untuk ihwal yang baik, positif, dan bernilai, Anda akan melihat pertumbuhan diri Anda dilengkapi dengan kematangan atau kedewasaan diri menghadapi pelbagai situasi hidup, bahkan kehilangan sekalipun. Selamat memaknai kehilangan! SalamGoTo TheNext Level!
MEN JUNG, MM
Author – Go To The Next Level!
[email protected]
@menjung
(bbg)