Neraca Pembayaran Surplus USD2,4 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV tahun 2014 mengalami surplus USD2,4 miliar. Hal ini didukung defisit transaksi berjalan yang menurun (2,81% PDB) dan surplus transaksi modal dan finansial (TMF) yang cukup besar.
Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Hendy Sulistyowati mengatakan, secara keseluruhan kinerja NPI tahun 2014 membaik seiring kebijakan stabilisasi yang dilakukan secara konsisten di tengah dinamika perekonomian global. Tercatat, NPI 2014 surplus USD15,2 miliar, atau kebalikan dari defisit USD7,3 miliar pada tahun 2013.
Menurut Hendy, hal ini ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang menurun dan surplus pada TMF yang meningkat signifikan. ”Surplus NPI itu pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari USD99,4 miliar pada akhir 2013 menjadi USD111,9 miliar di akhir tahun 2014,” ujar Hendy saat diskusi bareng media di Jakarta akhir pekan lalu.
Pada kuartal IV 2014 defisit transaksi berjalan menurun menjadi 2,81% PDB dibanding 2,99% PDB pada kuartal III 2014. Penurunan ini, menurut Hendy, terutama didukung oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang seiring naiknya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menurunnya defisit neraca perdagangan migas.
Hendy menjelaskan, surplus neraca perdagangan barang pada kuartal IV 2014 menurun dibandingkan kuartal IV 2013 yang mencapai surplus USD4,7 miliar, terutama dipengaruhi oleh turunnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Untuk keseluruhan 2014, surplus neraca perdagangan barang (USD6,9 miliar) lebih besar dibandingkan surplus pada 2013, sebesar USD5,8 miliar.
Kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas kuartal IV tahun 2014 dipengaruhi oleh peningkatan ekspor yang melampaui kenaikan impor. ”Ekspor nonmigas meningkat (1,4%,qtq) ditopang oleh kenaikan permintaan, khususnya minyak nabati dan produk manufaktur, disaat tren penurunan harga komoditas masih berlanjut,” tambah Hendy.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, selama kuartal IV 2014 dan sepanjang 2014, total ekspor nonmigas ke 10 negara tujuan utama terkontraksi lebih dalam, terutama karena penurunan ekspor ke China, Jepang, India, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Belanda. Namun, ekspor ke Amerika Serikat dan Singapura serta Australia tercatat meningkat.
Sementara itu, impor nonmigas kuartal IV 2014 secara tahunan masih menurun seiring penurunan volume impor pada kelompok barang konsumsi dan barang modal mengikuti moderasi permintaan do-mestik. Untuk keseluruhan 2014, kontraksi impor sejalan dengan kebijakan stabilisasi ekonomi terjadi pada impor seluruh kelompok barang.
Ekonom A Prasetyantoko mengatakan, neraca pembayaran mengalami surplus pada kuartal IV 2014 dikarenakan portofolio investasi yang besar. Adapun defisit neraca transaksi berjalan disebabkan oleh faktor impor yang mengecil dan ekspor sedikit membaik.
”Kuartal IV tahun 2014 kan defisit transaksi berjalan turun menjadi 2,81% PDB dibanding 2,99% PDB pada kuartal III tahun 2014. Kalau kuartal 3 ke kuartal 4 defisitnya lebih kecil, itu artinya kinerjanya membaik,” ujar Pras kepada KORAN SINDO kemarin.
Kunthi Fahmar Sandy
Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Hendy Sulistyowati mengatakan, secara keseluruhan kinerja NPI tahun 2014 membaik seiring kebijakan stabilisasi yang dilakukan secara konsisten di tengah dinamika perekonomian global. Tercatat, NPI 2014 surplus USD15,2 miliar, atau kebalikan dari defisit USD7,3 miliar pada tahun 2013.
Menurut Hendy, hal ini ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang menurun dan surplus pada TMF yang meningkat signifikan. ”Surplus NPI itu pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari USD99,4 miliar pada akhir 2013 menjadi USD111,9 miliar di akhir tahun 2014,” ujar Hendy saat diskusi bareng media di Jakarta akhir pekan lalu.
Pada kuartal IV 2014 defisit transaksi berjalan menurun menjadi 2,81% PDB dibanding 2,99% PDB pada kuartal III 2014. Penurunan ini, menurut Hendy, terutama didukung oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang seiring naiknya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menurunnya defisit neraca perdagangan migas.
Hendy menjelaskan, surplus neraca perdagangan barang pada kuartal IV 2014 menurun dibandingkan kuartal IV 2013 yang mencapai surplus USD4,7 miliar, terutama dipengaruhi oleh turunnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Untuk keseluruhan 2014, surplus neraca perdagangan barang (USD6,9 miliar) lebih besar dibandingkan surplus pada 2013, sebesar USD5,8 miliar.
Kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas kuartal IV tahun 2014 dipengaruhi oleh peningkatan ekspor yang melampaui kenaikan impor. ”Ekspor nonmigas meningkat (1,4%,qtq) ditopang oleh kenaikan permintaan, khususnya minyak nabati dan produk manufaktur, disaat tren penurunan harga komoditas masih berlanjut,” tambah Hendy.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, selama kuartal IV 2014 dan sepanjang 2014, total ekspor nonmigas ke 10 negara tujuan utama terkontraksi lebih dalam, terutama karena penurunan ekspor ke China, Jepang, India, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Belanda. Namun, ekspor ke Amerika Serikat dan Singapura serta Australia tercatat meningkat.
Sementara itu, impor nonmigas kuartal IV 2014 secara tahunan masih menurun seiring penurunan volume impor pada kelompok barang konsumsi dan barang modal mengikuti moderasi permintaan do-mestik. Untuk keseluruhan 2014, kontraksi impor sejalan dengan kebijakan stabilisasi ekonomi terjadi pada impor seluruh kelompok barang.
Ekonom A Prasetyantoko mengatakan, neraca pembayaran mengalami surplus pada kuartal IV 2014 dikarenakan portofolio investasi yang besar. Adapun defisit neraca transaksi berjalan disebabkan oleh faktor impor yang mengecil dan ekspor sedikit membaik.
”Kuartal IV tahun 2014 kan defisit transaksi berjalan turun menjadi 2,81% PDB dibanding 2,99% PDB pada kuartal III tahun 2014. Kalau kuartal 3 ke kuartal 4 defisitnya lebih kecil, itu artinya kinerjanya membaik,” ujar Pras kepada KORAN SINDO kemarin.
Kunthi Fahmar Sandy
(ftr)