Kemauan vs Kemampuan

Selasa, 17 Februari 2015 - 14:24 WIB
Kemauan vs Kemampuan
Kemauan vs Kemampuan
A A A
Mana yang lebih utama, kemauan atau kemampuan? Skill atau willingness? Motivasi dalam diri atau keahlian? Beberapa pertanyaan tersebut kerap ditanyakan di sela-sela pelatihan yang pernah saya bawakan.

Meski kalau mau jujur, tentu kita berharap seseorang memiliki keduanya sehingga menjadi ideal dan sempurnalah pribadi tersebut khususnya dalam menjalankan sebuah tugas atau tanggung jawab. Sayangnya, realita yang kita temui seharihari terkadang tidaklah seindah apa yang kita bayangkan.

Ada yang baik dari segi kemampuan tapi malas dan tidak memiliki kemauan. Ada yang bagus dalam keahlian tertentu, tapi tidak memiliki motivasi kerja yang positif. Maka itu, saya menjadi tidak heran ketika pertanyaan di atas muncul dan ditanyakan untuk sekadar mendapatkan pandangan apa yang sebaiknya dilakukan oleh organisasi maupun individu.

Menjawab pertanyaan tersebut, saya teringat akan sebuah diskusi singkat dengan salah seorang salesperson yang baru saja beberapa bulan lalu menghadiri sebuah pelatihan teknik menjual. Iamerasakurangpercaya diri dengan profesinya dan lebih tepatnya kebanggaan terhadap pekerjaannya tidak seperti yang dibayangkan.

Ia memang tergolong baru untuk seorang salesperson yang baru terjun di dunia penjualan selama satu tahun. Meskipun sudah mengikuti pelatihan cara berjualan yang efektif yang hampir memakan waktu satu minggu lamanya, tak lantas membuat ia otomatis menjadi yakin dalam menghadapi pelanggan untuk menjual produknya. Mengapa demikian?

Hidden Challenge

Apa yang dialami oleh salesperson tadi bisa juga terjadi pada pribadi yang lain atau profesional kerja lainnya. Hilangnya atau belum adanya kepercayaan diri, tidak memiliki kebanggaan akan profesi yang digeluti, adalah sebagian hal yang membuat seseorang mengalami tekanan yang luar biasa dalam pekerjaannya.

Tekanan tersebut bukan dari luar, melainkan dari dalam dirinya sendiri. Lalu pelatihan ’skill’ yang diberikan pun mungkin bisa jadi salah ”obat” karena yang dideteksi bukanlah masalah keahlian atau kemampuannya yang kurang, melainkan ada faktor internal dalam diri seseorang yang belum bisa ”menyatu” dengan pekerjaan yang digelutinya.

Di sinilah tantangan tersembunyi (hidden challenge) yang bagi sebagian orang tidak terlihat dan melihat segala sesuatunya baik-baik saja dari tampak luar. Dengan begitu, banyak organisasi menghabiskan dana yang cukup fantastis untuk pelatihan bagi karyawan maupun salesperson-nya semata berfokus pada membangun ”skill” dan mengesampingkan membangun motivasi kerja.

Tak heran cukup sering terdengar bahwa mengapa banyak salesperson yang setelah dilatih justru malah mengundurkan diri atau setelah dilatih tetap tidak memberikan kontribusi yang signifikan atau tidak sebanding dengan jumlah investasi yang diberikan untuk pelatihan.

Jangan salah paham, ini bukan berarti menolak membangun ”skill” seorang karyawan ataupun salesperson, tetapi harus ada fondasi lebih dulu yang perlu menjadi prioritas. Sebuah bangunan membutuhkan fondasi yang kuat, sama halnya seorang pribadi dalam bekerja membutuhkanmotivasiataualasanyang kuat untuk mereka berbuat sebaik- baiknya di pekerjaannya.

Menumbuhkan Kemauan

Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh Muhammad Ali: Champions aren’t made in gyms. Champions are made from something they have deep inside them a desire, a dream, a vision. They have to have last-minute stamina, they have to be a little faster, they have to have the skill and the will.

But the will must be stronger than the skill. Kemauan, tekad, dan semangat dari dalam harus lebih besar sebagai titik awal untuk mengembangkan kemampuan. Ketika semangat dalam diri tidak ada/tidak jelas, seseorang menjadi setengah hati dalam mengembangkan ”skill”-nya.

Mungkin pertanyaan refleksi yang perlu kita tanyakan dalam diri kita adalah: Mengapa kita mau melakukan apa yang kita lakukan sekarang? Kalau sekadar materi yang dicari, lalu untuk siapa hasil jerih payah yang kita lakukan? Seberapa besar keinginan kita untuk berhasil atau menapaki puncak karier? Apa yang sebetulnya memotivasi kita setiap harinya untuk mau terus berkarya? Tak ada yang bisa menjawab, kecuali diri kita sendiri.

Kapan terakhir kali kita jujur terhadap diri kita sendiri? Yang membuat seseorang menjadi luar biasa tidak semata-mata karena ”skill” mereka yang bertumbuh, melainkan ada alasan di baliknya mengapa mereka mau menumbuhkan skill tersebut. Alasan yang dibangun itulah yang menjadi kemauan mereka untuk menjadi lebih baik.

Ketika fokus kita atau organisasi hanya tertuju pada membangun ”skill” semata, kita akan merasakan pertumbuhan seseorang tidak diiringi dengan dasar atau fondasi yang kuat. Baik kemauan maupun kemampuan keduanya begitu dirindukan dalam sebuah organisasi, hanya mana yang mau menjadi prioritas kita. Itu pilihan dan pilihan kita akan menentukan ke mana dan sejauh mana kita akan melangkah. Salam sukses!

MUK KUANG
Professional Trainer,
Speaker Author-Messages of Hope,
Amazing Life,
Think and Act Like A Winner
Email : [email protected]
@mukkuang
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0681 seconds (0.1#10.140)