Jualan e-Cash, Mandiri Tiru Teknik Dagang Unilever
A
A
A
JAKARTA - Bank Mandiri akan menggunakan sarana toko-toko tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memasarkan Mandiri e-cash. Teknik pemasaran ini meniru Unilever sebagai perusahaan yang lebih berpengalaman.
"Kalau lihat di Indonesia, toko-toko seperti ini jangkauan paling besar. Ya sudah kita buat kayak Unilever saja, toko-toko mereka kita bisa jual selain jual terigu dan minyak goreng, mereka bisa buka jasa perbankan," kata Group CEO Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin di Kelurahan Tugu Selatan, Jakarta, Jumat (20/2/2015).
Menurutnya, teknik pemasaran e-cash akan dilakukan dengan menggunakan jasa pertokoan, baik agen strategis maupun agen-agen individu. Agen-agen strategis akan digandeng melalui kerja sama dengan perusahaan ritel seperti Indomaret dan Alfamart, sementara teknik individu akan menyasar toko-toko masyarakat yang merupakan agen terbesar.
Kelemahan transaksi perbankan terletak pada jumlah unit pemasaran. Jika dibandingkan dengan hanphone, pemasaran produk-produk perbankan tertinggal. "Misalnya, hp bisa sampai 200 juta pengguna, sementara bank cuma 70 juta nasabah. Itu karena cabang cuma 20-30 ribu se-Indonesia," imbuh Budi.
Selain itu, dengan menjual produk-produk perbankan seperti e-cash ini, para agen juga akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan pembagian keuntungan Margin 80:20. Yakni, 80% keuntungan margin akan diberikan ke para agen, sisanya disetor ke Bank Mandiri.
"Tadi saya tanya, itu terigu margin berapa, mereka bilang sekitar Rp1.000 atau Rp15.000, kalau dia layani transaksi perbankan, mereka bisa dapat lebih gede," tandasnya.
"Kalau lihat di Indonesia, toko-toko seperti ini jangkauan paling besar. Ya sudah kita buat kayak Unilever saja, toko-toko mereka kita bisa jual selain jual terigu dan minyak goreng, mereka bisa buka jasa perbankan," kata Group CEO Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin di Kelurahan Tugu Selatan, Jakarta, Jumat (20/2/2015).
Menurutnya, teknik pemasaran e-cash akan dilakukan dengan menggunakan jasa pertokoan, baik agen strategis maupun agen-agen individu. Agen-agen strategis akan digandeng melalui kerja sama dengan perusahaan ritel seperti Indomaret dan Alfamart, sementara teknik individu akan menyasar toko-toko masyarakat yang merupakan agen terbesar.
Kelemahan transaksi perbankan terletak pada jumlah unit pemasaran. Jika dibandingkan dengan hanphone, pemasaran produk-produk perbankan tertinggal. "Misalnya, hp bisa sampai 200 juta pengguna, sementara bank cuma 70 juta nasabah. Itu karena cabang cuma 20-30 ribu se-Indonesia," imbuh Budi.
Selain itu, dengan menjual produk-produk perbankan seperti e-cash ini, para agen juga akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan pembagian keuntungan Margin 80:20. Yakni, 80% keuntungan margin akan diberikan ke para agen, sisanya disetor ke Bank Mandiri.
"Tadi saya tanya, itu terigu margin berapa, mereka bilang sekitar Rp1.000 atau Rp15.000, kalau dia layani transaksi perbankan, mereka bisa dapat lebih gede," tandasnya.
(izz)