Pasokan Listrik di Batam Bakal Bertambah
A
A
A
BATAM - Pasokan listrik di Kota Batam, Kepulauan Riau bakal bertambah sekitar 155 MW pada tahun ini. Hal tersebut menyusul diperolehkannya pasokan gas untuk PLTG Tanjunguncang melalui swap gas dari Blok Jabung Sumatera Selatan untuk 30 bulan ke depan.
Tambahan itu didapat setelah Kementerian ESDM memberikan kepastian persoalan pasokan gas untuk dua PLTG Tanjunguncang melalui swap gas dari Blok Jabung Sumatera Selatan. Sesuai kesepakatan, pasokan gas yang dikelola PetroChina tersebut akan mengalir paling lambat Juni 2015.
Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan pasokan gas dari Blok Jabung yang dikelola Petrochina rencananya berkapasitas awal 10 MMscfd dan maksimal bisa mencapai 17 MMscfd. Pasokan gas akan mengalir selama 30 bulan untuk menunggu pipa dari West Natuna ke Pulau Pemping rampung dibangun.
"Gas dari Lapangan Jabung PetroChina sebesar 10-17 mmscfd sudah dialokasikan untuk PLN Batam," ujarnya, melalui pesan singkat, kemarin.
Kemudian, lanjut dia, jika pasokan masih kurang, pemerintah akan menambah pasokan dari Grissik yang dikelola ConoccoPhillips ke PGN melalui pipa Panaran ke Tanjunguncang yang belum sepenuhnya terserap sekitar 7,5 hingga 10 MMscfd.
Menurut Widhyawan, dengan solusi ini, Kementerian ESDM akhirnya berhasil mengurai persoalan pasokan gas untuk kebutuhan gas PLTG 2x30 MW oleh UBE dan PLTGU 2x40 MW oleh PLN Batam yang berlokasi di Tanjunguncang.
Awalnya, jelas Widhyawan, pasokan gas untuk dua PLTGU di Tanjunguncang akan diambil dari Blok Gajah Baru sebanyak 40 MMscfd.
Namun hingga saat ini pipa dari West Natuna ke Pemping belum juga dibangun. Padahal, kedua PLTG bisa mulai dioperasikan pada Mei 2015. Tetapi kejelasan pembangunan pipa ruas I dipastikan bisa terealisasi jika Premier Oil dan PT PLN Batam menemukan kesepakatan harga dalam dua bulan ke depan.
"Rapat kemarin adalah rapat yang ke-129 kali sejak 2011.Tetapi garis besar yang penting isu gas suplai ke PLTG PLN Batam dan IPP di Tanjunguncang sudah diputuskan," jelasnya.
Atas keputusan itu, Widhyawan menilai yang terpenting adanya keputusan jangka panjang dan jangka pendek sebagai solusi permanen agar PLTG Tanjunguncang bisa menerima pasokan gas. "Keputusan itu bisa diambil karena semua pimpinan institusi yang terlibat di Batam pekan kemarin," ujarnya.
Sebagai gambaran, dua pembangkit listrik di Tanjunguncang sudah siap beroperasi sejak tahun lalu. Bahkan jaringan pipa domsetik ruas II Pemping-Tanjunguncang yang dibangun konsorsium PLN Batam dan PT UBE juga sudah selesai.
Menurut Direktur Bisnis dan Pengembangan Usaha PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam Ardian Cholid pihaknya membangun pipa tersebut dari titik serah operator Gajah Baru yaitu Premier Oil. Titik serah pipa bawah laut tersebut sepanjang 4,5 km.
"Yang kami bangun dari titik serah Premier di bawah laut menuju Pemping baru ke Tanjunguncang 14,5 km. Itu sudah selesai, April beroperasi," ujarnya.
Pipa transmisi itu akan mengalirkan gas dari Gajah Baru ke pembangkit listrik di Tanjunguncang. Jika pasokan ini sudah mengalir, kata Ardian, Batam bisa menjadi lumbung energi di Indonesia bagian barat seiring juga rencana strategis PLN Batam membangun sejumlah proyek pembangkit.
Dia juga menambahkan pada tahun ini PLN Batam akan menambah pasokan listrik sekitar 136 megawatt yang membuat kapasitas cadangan atau reserve margin menjadi 30% dari margin sekarang 15%.
Selain itu, terealisasinya sistem interkoneksi Batam-Bintan juga akan membantu kelistrikan di Kepri. Melalui sistem itu, PLN Batam memastikan mulai Juni 2015 pihaknya akan menyalurkan listrik untuk Tanjungpinang pada malam hari. Sementara Tanjungpinang akan memasok Batam pada siang hari.
"PLN ikut mewujudkan Kepri sebagai lumbung energi Indonesia barat. Kita penghasil gas kenapa tidak kita manfaatkan. Apalagi Batam satu-satunnya pulau yang dilewati dua pipa gas," kata dia.
Ardian juga menambahkan untuk memasok energi ke pulau-pulau terluar seperti Natuna dan Anambas, PLN Batam sudah memiliki CNG Marine atau virtual pipeline. Gas kompres itu diantar dengan landing craft tank ke pulau terpencil dari Panaran.
Sebagai gambaran, sumber gas dari Lapangan Gajah Baru Pipa dialirkan ke pembeli di Singapura. Sedangkan gas Lapangan Gajah Baru juga akan dialirkan ke Batam dan domestik melalui seksi II dari pipa transmisi Pulau Pemping ke pembangkit di Tanjunguncang.
Adapun pipa gas seksi I dari pipa bawah laut (Subsea) Tie In West Natuna Transportation System (WNTS) dibangun dari selatan Singapura yakni Pulau Pemping melalui sambungan atau tie in di pulau tersebut sepanjang 6,07 kilometer. Adapun pasokan gas dari Gajah Baru untuk pembangkit listrik di Batam sebesar 40-55 mmcsfd.
Ardian juga menambahkan tidak seluruh kebutuhan gas pembangkit listrik bisa dipenuhi. Selain gas alam dari Kepri diprioritaskan untuk ekspor, ada persoalan harga yang mungkin belum memenuhi nilai keekonomian jika PT PLN Batam ikut harga sesuai pasar. "Harga di Batam lebih murah 40%-60% dibanding nasional," tandasnya.
Tambahan itu didapat setelah Kementerian ESDM memberikan kepastian persoalan pasokan gas untuk dua PLTG Tanjunguncang melalui swap gas dari Blok Jabung Sumatera Selatan. Sesuai kesepakatan, pasokan gas yang dikelola PetroChina tersebut akan mengalir paling lambat Juni 2015.
Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan pasokan gas dari Blok Jabung yang dikelola Petrochina rencananya berkapasitas awal 10 MMscfd dan maksimal bisa mencapai 17 MMscfd. Pasokan gas akan mengalir selama 30 bulan untuk menunggu pipa dari West Natuna ke Pulau Pemping rampung dibangun.
"Gas dari Lapangan Jabung PetroChina sebesar 10-17 mmscfd sudah dialokasikan untuk PLN Batam," ujarnya, melalui pesan singkat, kemarin.
Kemudian, lanjut dia, jika pasokan masih kurang, pemerintah akan menambah pasokan dari Grissik yang dikelola ConoccoPhillips ke PGN melalui pipa Panaran ke Tanjunguncang yang belum sepenuhnya terserap sekitar 7,5 hingga 10 MMscfd.
Menurut Widhyawan, dengan solusi ini, Kementerian ESDM akhirnya berhasil mengurai persoalan pasokan gas untuk kebutuhan gas PLTG 2x30 MW oleh UBE dan PLTGU 2x40 MW oleh PLN Batam yang berlokasi di Tanjunguncang.
Awalnya, jelas Widhyawan, pasokan gas untuk dua PLTGU di Tanjunguncang akan diambil dari Blok Gajah Baru sebanyak 40 MMscfd.
Namun hingga saat ini pipa dari West Natuna ke Pemping belum juga dibangun. Padahal, kedua PLTG bisa mulai dioperasikan pada Mei 2015. Tetapi kejelasan pembangunan pipa ruas I dipastikan bisa terealisasi jika Premier Oil dan PT PLN Batam menemukan kesepakatan harga dalam dua bulan ke depan.
"Rapat kemarin adalah rapat yang ke-129 kali sejak 2011.Tetapi garis besar yang penting isu gas suplai ke PLTG PLN Batam dan IPP di Tanjunguncang sudah diputuskan," jelasnya.
Atas keputusan itu, Widhyawan menilai yang terpenting adanya keputusan jangka panjang dan jangka pendek sebagai solusi permanen agar PLTG Tanjunguncang bisa menerima pasokan gas. "Keputusan itu bisa diambil karena semua pimpinan institusi yang terlibat di Batam pekan kemarin," ujarnya.
Sebagai gambaran, dua pembangkit listrik di Tanjunguncang sudah siap beroperasi sejak tahun lalu. Bahkan jaringan pipa domsetik ruas II Pemping-Tanjunguncang yang dibangun konsorsium PLN Batam dan PT UBE juga sudah selesai.
Menurut Direktur Bisnis dan Pengembangan Usaha PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam Ardian Cholid pihaknya membangun pipa tersebut dari titik serah operator Gajah Baru yaitu Premier Oil. Titik serah pipa bawah laut tersebut sepanjang 4,5 km.
"Yang kami bangun dari titik serah Premier di bawah laut menuju Pemping baru ke Tanjunguncang 14,5 km. Itu sudah selesai, April beroperasi," ujarnya.
Pipa transmisi itu akan mengalirkan gas dari Gajah Baru ke pembangkit listrik di Tanjunguncang. Jika pasokan ini sudah mengalir, kata Ardian, Batam bisa menjadi lumbung energi di Indonesia bagian barat seiring juga rencana strategis PLN Batam membangun sejumlah proyek pembangkit.
Dia juga menambahkan pada tahun ini PLN Batam akan menambah pasokan listrik sekitar 136 megawatt yang membuat kapasitas cadangan atau reserve margin menjadi 30% dari margin sekarang 15%.
Selain itu, terealisasinya sistem interkoneksi Batam-Bintan juga akan membantu kelistrikan di Kepri. Melalui sistem itu, PLN Batam memastikan mulai Juni 2015 pihaknya akan menyalurkan listrik untuk Tanjungpinang pada malam hari. Sementara Tanjungpinang akan memasok Batam pada siang hari.
"PLN ikut mewujudkan Kepri sebagai lumbung energi Indonesia barat. Kita penghasil gas kenapa tidak kita manfaatkan. Apalagi Batam satu-satunnya pulau yang dilewati dua pipa gas," kata dia.
Ardian juga menambahkan untuk memasok energi ke pulau-pulau terluar seperti Natuna dan Anambas, PLN Batam sudah memiliki CNG Marine atau virtual pipeline. Gas kompres itu diantar dengan landing craft tank ke pulau terpencil dari Panaran.
Sebagai gambaran, sumber gas dari Lapangan Gajah Baru Pipa dialirkan ke pembeli di Singapura. Sedangkan gas Lapangan Gajah Baru juga akan dialirkan ke Batam dan domestik melalui seksi II dari pipa transmisi Pulau Pemping ke pembangkit di Tanjunguncang.
Adapun pipa gas seksi I dari pipa bawah laut (Subsea) Tie In West Natuna Transportation System (WNTS) dibangun dari selatan Singapura yakni Pulau Pemping melalui sambungan atau tie in di pulau tersebut sepanjang 6,07 kilometer. Adapun pasokan gas dari Gajah Baru untuk pembangkit listrik di Batam sebesar 40-55 mmcsfd.
Ardian juga menambahkan tidak seluruh kebutuhan gas pembangkit listrik bisa dipenuhi. Selain gas alam dari Kepri diprioritaskan untuk ekspor, ada persoalan harga yang mungkin belum memenuhi nilai keekonomian jika PT PLN Batam ikut harga sesuai pasar. "Harga di Batam lebih murah 40%-60% dibanding nasional," tandasnya.
(dmd)