Garuda Pangkas Utang Obligasi Rp2,5 T
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berencana menekan jumlah utang obligasi sebesar USD200 juta atau setara Rp2,5 triliun (Rp12.500/USD) dalam dua tahun mendatang.
Direktur Keuangan, Risiko, dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan, total utang obligasi perseroan hingga saat ini mencapai USD980 juta. Utang tersebut terdiri dari emisi obligasi dalam mata uang dolar sebesar USD500 juta, mata uang rupiah Rp2 triliun, dan sisanya campuran USD dan rupiah USD300 juta.
“Kami akan menurunkan besaran utang obligasi USD200 juta dalam dua tahun, sehingga debtkita dari USD980 juta menjadi USD780-800 juta,” kata Ari kepada sejumlah media di Jakarta kemarin. Diamengungkapkan, pengurangan jumlah utang tersebut akan dibayarkan Garuda dengan menggunakan kas internal perseroan. Pemangkasan utang sebagaisalahsatuupayaemitenpenerbanganpelatmerahiniuntuk menggenjot laba bersih.
Rugi bersih Garuda mencapai USD219,5 juta atau setara dengan Rp2,74 triliun pada kuartal III/2014, melonjak tajam 1.362,62% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu USD15,01 juta. Sedangkan, pendapatan Garuda mencapai USD2,8 miliar, naik 4,28% dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD2,68 miliar. Ari menjelaskan, perseroan juga akan memperpanjang reprofiling tenor utang agar kas keuangan bisa terjaga.
Sementara, utang jatuh tempo Garuda pada tahun ini mencapai USD 350 juta. Sumber pendanaan refinancing (pembayaran) utang tersebut, Garuda berencana menerbitkan global sukuk USD500 juta. “Rencananya kita terbitkan global sukuk USD500 juta pada April, jika pasar tidak kondusif, ada dua bank asing yang siap memberi pinjaman maksimal USD400 juta,” paparnya.
Perseroan, lanjut dia, memang telah menandatangani komitmen awal rencana penerimaan fasilitas bridging financing saria sebesar USD400 juta atau setara Rp5 triliun dengan National of Abu Dhabi (NBAD) dan Dubai Islamic Bank PSJC (DIB) pada 18 Februari 2015. Lebih lanjut dia memaparkan, pinjaman tersebut bertenor 12 bulan. Perseroan membidik pasar investor di wilayah Timur Tengah, Asia dan Eropa.
Bertindak sebagai penjamin emisi (underwriter) aksi korporasi tersebut yaitu NBAD, DIB, dan empat sekuritas lain yang masih dalam penjajakan. Ari menyebut, Garuda akan melakukan restrukturisasi cost driver. Garuda akan melakukan penataan dan restrukturisasi biaya sehingga dapat dicapai efisiensi yang tinggi, tanpa mengurangikualitaspelayananyang diberikan.
“HinggaJanuari2015, efisiensi di cost sudah USD148 juta, ini di luar fuel. Kita selama ini menggunakan AC selama menunggu pesawat take offitu pakai mesin pesawat, sekarang pakai GPU (generator power unit). Ini lebih efisien,” katanya. GIAA juga melakukan kegiatan reprofiling melalui berbagai langkah dan strategi menyangkut aspek keuangan, sehingga kondisi finansial perusahaan terjaga.
Garuda akan melakukan fuel hedge 50% tahun ini, naik dari tahun lalu sebesar 10%. Sebelumnya Garuda telah menandatangani kerja sama lindung nilai (hedging) melalui transaksi cross currency swap bersama tiga bank, di antaranya PT BNI Tbk, PT CIMB Niaga Tbk, serta PT Standard Chartered Bank dengan nilai total Rp1 triliun. “Perjanjian kerja sama tersebut, akan dilakukan dalam waktu 3,5 tahun,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo belum lama ini.
Heru febrianto
Direktur Keuangan, Risiko, dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan, total utang obligasi perseroan hingga saat ini mencapai USD980 juta. Utang tersebut terdiri dari emisi obligasi dalam mata uang dolar sebesar USD500 juta, mata uang rupiah Rp2 triliun, dan sisanya campuran USD dan rupiah USD300 juta.
“Kami akan menurunkan besaran utang obligasi USD200 juta dalam dua tahun, sehingga debtkita dari USD980 juta menjadi USD780-800 juta,” kata Ari kepada sejumlah media di Jakarta kemarin. Diamengungkapkan, pengurangan jumlah utang tersebut akan dibayarkan Garuda dengan menggunakan kas internal perseroan. Pemangkasan utang sebagaisalahsatuupayaemitenpenerbanganpelatmerahiniuntuk menggenjot laba bersih.
Rugi bersih Garuda mencapai USD219,5 juta atau setara dengan Rp2,74 triliun pada kuartal III/2014, melonjak tajam 1.362,62% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu USD15,01 juta. Sedangkan, pendapatan Garuda mencapai USD2,8 miliar, naik 4,28% dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD2,68 miliar. Ari menjelaskan, perseroan juga akan memperpanjang reprofiling tenor utang agar kas keuangan bisa terjaga.
Sementara, utang jatuh tempo Garuda pada tahun ini mencapai USD 350 juta. Sumber pendanaan refinancing (pembayaran) utang tersebut, Garuda berencana menerbitkan global sukuk USD500 juta. “Rencananya kita terbitkan global sukuk USD500 juta pada April, jika pasar tidak kondusif, ada dua bank asing yang siap memberi pinjaman maksimal USD400 juta,” paparnya.
Perseroan, lanjut dia, memang telah menandatangani komitmen awal rencana penerimaan fasilitas bridging financing saria sebesar USD400 juta atau setara Rp5 triliun dengan National of Abu Dhabi (NBAD) dan Dubai Islamic Bank PSJC (DIB) pada 18 Februari 2015. Lebih lanjut dia memaparkan, pinjaman tersebut bertenor 12 bulan. Perseroan membidik pasar investor di wilayah Timur Tengah, Asia dan Eropa.
Bertindak sebagai penjamin emisi (underwriter) aksi korporasi tersebut yaitu NBAD, DIB, dan empat sekuritas lain yang masih dalam penjajakan. Ari menyebut, Garuda akan melakukan restrukturisasi cost driver. Garuda akan melakukan penataan dan restrukturisasi biaya sehingga dapat dicapai efisiensi yang tinggi, tanpa mengurangikualitaspelayananyang diberikan.
“HinggaJanuari2015, efisiensi di cost sudah USD148 juta, ini di luar fuel. Kita selama ini menggunakan AC selama menunggu pesawat take offitu pakai mesin pesawat, sekarang pakai GPU (generator power unit). Ini lebih efisien,” katanya. GIAA juga melakukan kegiatan reprofiling melalui berbagai langkah dan strategi menyangkut aspek keuangan, sehingga kondisi finansial perusahaan terjaga.
Garuda akan melakukan fuel hedge 50% tahun ini, naik dari tahun lalu sebesar 10%. Sebelumnya Garuda telah menandatangani kerja sama lindung nilai (hedging) melalui transaksi cross currency swap bersama tiga bank, di antaranya PT BNI Tbk, PT CIMB Niaga Tbk, serta PT Standard Chartered Bank dengan nilai total Rp1 triliun. “Perjanjian kerja sama tersebut, akan dilakukan dalam waktu 3,5 tahun,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo belum lama ini.
Heru febrianto
(bbg)