Produktivitas Bukan Sekadar Aktivitas
A
A
A
Faktor pembeda antara aktivitas dan produktivitas adalah hasil akhir, the end justifies the mean. Ada orang yang begitu keras bekerja namun tetap saja hasilnya begitubegitu saja.
Sebaliknya ada orang yang sepertinya bekerja biasa-biasa saja, tidak ngotot, namun hasilnya jauh lebih banyak dan ia terus berkembang dalam kariernya. Orang yang pertama fokus pada kegiatan dan proses-tidak pada hasil, sedangkan orang yang kedua fokus pada hasilbukan pada kegiatan dan proses, walau itu sama-sama dijalaninya.
Yang mana lebih berguna dan dibutuhkan oleh perusahaan tentu sudah dapat ditebak. Dari kenyataan yang ada, lebih banyak karyawan yang berada pada zona ”aktivitas” dibanding yang berada di zona ”produktivitas.” Kita tidak memasukkan mereka yang bekerja pura-pura atau sok sibuk, karena mereka sudah pasti berada di bawah produktivitas bahkan aktivitas sekalipun.
Walau terasa sakit namun harus kita akui bahwa di dunia Barat, China, Korea dan Jepang tingkat produktivitas lebih tinggi dibanding dengan kita yang lebih banyak berada di zona aktivitas. Sebelum kita coba untuk meningkatkan aktivitas menjadi produktivitas mari kita menyoroti terlebih dahulu beberapa pemikiran salah kaprah tentang produktivitas: a.
Saya bekerja lebih produktif dalam tekanan. Biasanya itu menjadi alasan bagi mereka yang suka menunda-nunda pekerjaan (procastinators), karena rasa enggan dan malas. b . Saya bawa pekerjaan ke rumah agar lebih tenang mengerjakannya. Di rumah adalah tempat untuk santai bersama keluarga, agar timbul gairah dan semangat kembali setelah bekerja keras di kantor. c. Membuat daftar ”to do” akan menolong untuk lebih produktif.
Pada satu pihak ada benarnya, namun tidak semua yang ada di daftar ”to do” kita penting. Justru memilih yang mana harus terlebih dahulu dikerjakan, menentukan prioritas itu lebih penting. d. Rapat-rapat harus diadakan di pagi hari agar otak masih segar. Ada benarnya, hanya saja tidak selamanya persoalan dapat menunggu esok hari, jika siang atau sore pada hari itu harus diputuskan maka rapat harus diadakan.
e.Tunggu sampai betul-betul rusak barulah perbaiki. Sebagian mengatakan jangan sampai sudah rusak baru diperbaiki. Di samping itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah mampu memelihara aset atau alat produksi agar bisa terus produktif. Berikut ini adalah beberapa cara agar kita dapat mengubah aktivitas menjadi produktivitas? Pertama, berpikir positif.
Orang yang berpikir positif cenderung mencari segi baik dari persoalan, dan karenanya bergairah untuk mengerjakan yang dipandang baik olehnya. Orang berpikiran negatif cenderung mencari-cari pembenaran untuk tidak melakukan. Kedua, pandai memilih prioritas. Prioritaskan yang paling penting dan berdampak paling besar atau luas dan jangka panjang, jangan hanya hanya memecahkan persoalan untuk sementara.
Ketiga, melakukan sinergi dengan kawan sekerja atau bawahan untuk kepentingan bersama. Sinergi membuat produktif oleh karena satu dengan satu bukan dua melainkan tiga karena gabungan pemikiran dan usaha bersama; menghasilkan lebih banyak. Keempat, melakukan sinkronisasi.
Apa yang kita kerjakan selaras dengan yang orang lain kerjakan, tidak bertentangan sebaliknya saling mengisi. Kelima, Jika itu bersifat operasional harus berani melakukan enforcement (mewajibkan, mengharuskan, memaksakan, menekan) sebab tanpa itu orang yang seharusnya bertanggung- jawab tidak merasakan urgensi. Tentu dilakukan dengan tegas dalam diplomasi yang elegan tidak menyakitkan hati.
Keenam, Jika anda berada pada bagian pendukung (supporting). Anda perlu menyadari bahwa ada orang lain yang bergantung kepada Anda. Bagaimana Anda memberikan orang di bagian operasional dengan masukan, saran dan bantuan yang membuat mereka dapat meningkatkan dan menggandakan usaha mereka yang pada akhirnya akan membawa kebaikan bagi Anda dan secara bersama memperoleh manfaat.
Ketujuh, manfaatkan perlengkapan atau peralatan yang membantu mempercepat proses atau memperoleh informasi seketika, seperti laptop, smartphone dan gadget lainnya.
DR ELIEZER H HARDJO PHD, CM
Ketua Dewan Juri Rekor Bisnis (ReBi) &
Ketua Institute Certified Professional Managers (ICPM)
Sebaliknya ada orang yang sepertinya bekerja biasa-biasa saja, tidak ngotot, namun hasilnya jauh lebih banyak dan ia terus berkembang dalam kariernya. Orang yang pertama fokus pada kegiatan dan proses-tidak pada hasil, sedangkan orang yang kedua fokus pada hasilbukan pada kegiatan dan proses, walau itu sama-sama dijalaninya.
Yang mana lebih berguna dan dibutuhkan oleh perusahaan tentu sudah dapat ditebak. Dari kenyataan yang ada, lebih banyak karyawan yang berada pada zona ”aktivitas” dibanding yang berada di zona ”produktivitas.” Kita tidak memasukkan mereka yang bekerja pura-pura atau sok sibuk, karena mereka sudah pasti berada di bawah produktivitas bahkan aktivitas sekalipun.
Walau terasa sakit namun harus kita akui bahwa di dunia Barat, China, Korea dan Jepang tingkat produktivitas lebih tinggi dibanding dengan kita yang lebih banyak berada di zona aktivitas. Sebelum kita coba untuk meningkatkan aktivitas menjadi produktivitas mari kita menyoroti terlebih dahulu beberapa pemikiran salah kaprah tentang produktivitas: a.
Saya bekerja lebih produktif dalam tekanan. Biasanya itu menjadi alasan bagi mereka yang suka menunda-nunda pekerjaan (procastinators), karena rasa enggan dan malas. b . Saya bawa pekerjaan ke rumah agar lebih tenang mengerjakannya. Di rumah adalah tempat untuk santai bersama keluarga, agar timbul gairah dan semangat kembali setelah bekerja keras di kantor. c. Membuat daftar ”to do” akan menolong untuk lebih produktif.
Pada satu pihak ada benarnya, namun tidak semua yang ada di daftar ”to do” kita penting. Justru memilih yang mana harus terlebih dahulu dikerjakan, menentukan prioritas itu lebih penting. d. Rapat-rapat harus diadakan di pagi hari agar otak masih segar. Ada benarnya, hanya saja tidak selamanya persoalan dapat menunggu esok hari, jika siang atau sore pada hari itu harus diputuskan maka rapat harus diadakan.
e.Tunggu sampai betul-betul rusak barulah perbaiki. Sebagian mengatakan jangan sampai sudah rusak baru diperbaiki. Di samping itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah mampu memelihara aset atau alat produksi agar bisa terus produktif. Berikut ini adalah beberapa cara agar kita dapat mengubah aktivitas menjadi produktivitas? Pertama, berpikir positif.
Orang yang berpikir positif cenderung mencari segi baik dari persoalan, dan karenanya bergairah untuk mengerjakan yang dipandang baik olehnya. Orang berpikiran negatif cenderung mencari-cari pembenaran untuk tidak melakukan. Kedua, pandai memilih prioritas. Prioritaskan yang paling penting dan berdampak paling besar atau luas dan jangka panjang, jangan hanya hanya memecahkan persoalan untuk sementara.
Ketiga, melakukan sinergi dengan kawan sekerja atau bawahan untuk kepentingan bersama. Sinergi membuat produktif oleh karena satu dengan satu bukan dua melainkan tiga karena gabungan pemikiran dan usaha bersama; menghasilkan lebih banyak. Keempat, melakukan sinkronisasi.
Apa yang kita kerjakan selaras dengan yang orang lain kerjakan, tidak bertentangan sebaliknya saling mengisi. Kelima, Jika itu bersifat operasional harus berani melakukan enforcement (mewajibkan, mengharuskan, memaksakan, menekan) sebab tanpa itu orang yang seharusnya bertanggung- jawab tidak merasakan urgensi. Tentu dilakukan dengan tegas dalam diplomasi yang elegan tidak menyakitkan hati.
Keenam, Jika anda berada pada bagian pendukung (supporting). Anda perlu menyadari bahwa ada orang lain yang bergantung kepada Anda. Bagaimana Anda memberikan orang di bagian operasional dengan masukan, saran dan bantuan yang membuat mereka dapat meningkatkan dan menggandakan usaha mereka yang pada akhirnya akan membawa kebaikan bagi Anda dan secara bersama memperoleh manfaat.
Ketujuh, manfaatkan perlengkapan atau peralatan yang membantu mempercepat proses atau memperoleh informasi seketika, seperti laptop, smartphone dan gadget lainnya.
DR ELIEZER H HARDJO PHD, CM
Ketua Dewan Juri Rekor Bisnis (ReBi) &
Ketua Institute Certified Professional Managers (ICPM)
(bbg)