BPS: Februari 2015, Indonesia Deflasi 0,36%
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Februari 2015 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,36%. Untuk inflasi tahun kalender besarannya 0,61%b, inflasi tahun ke tahun mencapai 6,29%.
Deputi statistik bidang Distribusi dan Jasa Sasmito Hadiwibowo mengatakan, untuk inflasi komponen inti Februari 2015 mencapai 0,34% dan inflasi inti tahun ke tahun 4,96%.
"Februari kita deflasi, sementara harga beras naik, ini karena masih turunnya harga BBM. Pada 19 Januari, harga BBM premium turun dari Rp8.600 jadi Rp6.000-an. Kemudian pada Februari masih Rp6.000-an. Sehingga harga rata-rata Januari 2015 masih tinggi dan pada Februari rendah," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Menurutnya, yang menyebabkan terjadi deflasi juga karena harga cabai yang relatif rendah dari bulan-bulan sebelumnya yang sempat menyentuh angka Rp100 ribu per kg.
"Cabai itu pedas tapi harganya kemarin itu rendah, kemudian karena pengaruh Hari Raya Imlek juga dan tarif angkutan kita yang stabil," tutur dia.
Sasmito menjelaskan, untuk deflasi tertinggi terjadi di Bukitinggi sebesar 2,35%, terendah di angka 0,04% terjadi di Jayapura. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tual mencapai 3,20%.
"Kenapa di Tual ini tinggi? Karena di sana harga komoditi laut misalnya ikan harganya naik di sana," ungkapnya.
Secara umum, dia mengatakan, deflasi terjadi terutama karena bahan makanan mengalami penurunan harga salah satunya adalah cabai dan karena faktor harga BBM. "Itu karena bahan pokok turun, kecuali beras yang sempat melambung sampai sekarang," pungkas dia.
Deputi statistik bidang Distribusi dan Jasa Sasmito Hadiwibowo mengatakan, untuk inflasi komponen inti Februari 2015 mencapai 0,34% dan inflasi inti tahun ke tahun 4,96%.
"Februari kita deflasi, sementara harga beras naik, ini karena masih turunnya harga BBM. Pada 19 Januari, harga BBM premium turun dari Rp8.600 jadi Rp6.000-an. Kemudian pada Februari masih Rp6.000-an. Sehingga harga rata-rata Januari 2015 masih tinggi dan pada Februari rendah," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Menurutnya, yang menyebabkan terjadi deflasi juga karena harga cabai yang relatif rendah dari bulan-bulan sebelumnya yang sempat menyentuh angka Rp100 ribu per kg.
"Cabai itu pedas tapi harganya kemarin itu rendah, kemudian karena pengaruh Hari Raya Imlek juga dan tarif angkutan kita yang stabil," tutur dia.
Sasmito menjelaskan, untuk deflasi tertinggi terjadi di Bukitinggi sebesar 2,35%, terendah di angka 0,04% terjadi di Jayapura. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tual mencapai 3,20%.
"Kenapa di Tual ini tinggi? Karena di sana harga komoditi laut misalnya ikan harganya naik di sana," ungkapnya.
Secara umum, dia mengatakan, deflasi terjadi terutama karena bahan makanan mengalami penurunan harga salah satunya adalah cabai dan karena faktor harga BBM. "Itu karena bahan pokok turun, kecuali beras yang sempat melambung sampai sekarang," pungkas dia.
(izz)