Elpiji 12 Kg Makin Ditinggalkan Masyarakat
A
A
A
KULONPROGO - Bahan bakar elpiji ukuran 12 kilogram (kg) semakin ditinggalkan masyarakat di Tanah Air. Salah satunya di Kulonprogo, Yogyakarta. Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gas tersebut membuat konsumen beralih ke ukuran 3 kg.
Pemilik pangkalan Wahyu Kurniawati mengatakan, pemberitahuan kenaikan harga elpiji 12 kg baru diketahui pada awal bulan kemarin. Harga pokok sebelumnya Rp130 ribu, dan naik menjadi Rp135 ribu. Kenaikan ini dipastikan akan berpengaruh terhadap penjualan. Sebab pada kenaikan sebelumnya banyak yang beralih ke gas melon. “Sudah ada beberapa yang minta ganti kiriman ke 3 kg,” jelas Wahyu, Senin (2/3/2015).
Wahyu menuturkan, sebelum ada kenaikan gas 12 kg, satu bulan bisa menjual sekitar 50-60 tabung. Namun, setelah ada kenaikan penjualan turun hanya menjadi 30 tabung per bulan. Atas kenaikan tersebut dipastikan konsumen akan kembali turun.
Sejumlah pedagang eceran, kata dia, sudah mulai minta penambahan untuk gas 3 kg. Satu pedagang yang biasanya mengambil 6 tabung sudah ada yang minta 8-10 tabung. "Hal ini dipastikan akan membuat stok 3 kg kian menipis. Apalagi ketika pasokan datang akan langsung diserbu pembeli," katanya.
Pedagang pengecer Suryanti mengaku ada beberapa konsumennya yang ancang-ancang untuk pindah ke 3 kilogram. Ada beberapa konsumen yang memiliki dua jenis tabung. Namun dengan harga yang terus naik, dipastikan akan beralih ke 3 kilogram. “Biasanya yang 12 hanya untuk cadangan saat kosong,” jelasnya.
Dia mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kg dipastikan tidak akan berdampak di masyarakat. Sebab hanya sebagian kecil konsumen yang menggunakan jenis ini. Asalkan pasokan gas melon normal dan tidak ada pengurangan. “Yang penting pasokan gas melon normal, tidak akan ada masalah,” ujarnya.
Selama ini, gas 12 kg banyak dimanfaatkan konsumen untuk kepentingan bisnis. Jarang rumah tangga yang memanfaatkan gas ukuran tersebut.
Pemilik pangkalan Wahyu Kurniawati mengatakan, pemberitahuan kenaikan harga elpiji 12 kg baru diketahui pada awal bulan kemarin. Harga pokok sebelumnya Rp130 ribu, dan naik menjadi Rp135 ribu. Kenaikan ini dipastikan akan berpengaruh terhadap penjualan. Sebab pada kenaikan sebelumnya banyak yang beralih ke gas melon. “Sudah ada beberapa yang minta ganti kiriman ke 3 kg,” jelas Wahyu, Senin (2/3/2015).
Wahyu menuturkan, sebelum ada kenaikan gas 12 kg, satu bulan bisa menjual sekitar 50-60 tabung. Namun, setelah ada kenaikan penjualan turun hanya menjadi 30 tabung per bulan. Atas kenaikan tersebut dipastikan konsumen akan kembali turun.
Sejumlah pedagang eceran, kata dia, sudah mulai minta penambahan untuk gas 3 kg. Satu pedagang yang biasanya mengambil 6 tabung sudah ada yang minta 8-10 tabung. "Hal ini dipastikan akan membuat stok 3 kg kian menipis. Apalagi ketika pasokan datang akan langsung diserbu pembeli," katanya.
Pedagang pengecer Suryanti mengaku ada beberapa konsumennya yang ancang-ancang untuk pindah ke 3 kilogram. Ada beberapa konsumen yang memiliki dua jenis tabung. Namun dengan harga yang terus naik, dipastikan akan beralih ke 3 kilogram. “Biasanya yang 12 hanya untuk cadangan saat kosong,” jelasnya.
Dia mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kg dipastikan tidak akan berdampak di masyarakat. Sebab hanya sebagian kecil konsumen yang menggunakan jenis ini. Asalkan pasokan gas melon normal dan tidak ada pengurangan. “Yang penting pasokan gas melon normal, tidak akan ada masalah,” ujarnya.
Selama ini, gas 12 kg banyak dimanfaatkan konsumen untuk kepentingan bisnis. Jarang rumah tangga yang memanfaatkan gas ukuran tersebut.
(dmd)