BSM Optimistis Tumbuh 16% Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Syariah Mandiri (BSM) optimistis kinerjanya tumbuh di kisaran 14-16% sepanjang tahun ini. Salah satu upaya perseroan demi mencapai target tersebut adalah memperkuat kerja sama dengan induk usaha dalam pembiayaan nasabah korporasi.
Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya menuturkan, upaya lain BSM untuk terus tumbuh dalam tiga tahun ke depan yaitu menjalankan sejumlah strategi bisnis, seperti mengubah fokus bisnis ke sektor ritel. ”Strategi kami untuk memperkuat nasabah korporasi dan ritel. Dalam tiga tahun ke depan kami ingin perkuat segmen ritel syariah yang modern jadi 75%.
Kekuatan kami di jaringan ritel indukyangkuat,” ujarAgussaat berkunjung ke Kantor Redaksi KORANSINDO diJakartakemarin. Pada tahun lalu skema penyaluran fungsi intermediasi perbankan BSM terdiri atas 44% nasabah korporasi dan 56% ritel. Secara bertahap, komposisi tersebut akan diubah menjadi 75% ritel dan 25% korporasi.
”Bank syariah harus didukung induk usaha yang kuat dalam jaringan. Barulah bisa mengejar bank umum yang lebih kuat. Kami cukup beruntung induk usaha yang mendukung,” ujarnya. Dia melanjutkan, terkait nilai pembiayaan tahun ini, BSM menargetkan bisa bertambah Rp8 triliun menjadi Rp57 triliun.
Sementara, dana simpanan diperkirakan tumbuh 10-12% guna mendukung likuiditas. Pembiayaan sebesar itu akan disalurkan untuk segmen korporasi yang menggandeng bisnis induk serta ritel. Di segmen ritel, BSM siap menyasar nasabah yang menggunakan payroll di perseroan. Agus menyampaikan, BSM juga akan menggarap segmen bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) dengan membidik konsumen kelas menengah dengan kisaran harga rumah Rp500 juta-1 miliar.
”KPR kami unik karena bagi hasilnya lebih tinggi dan tidak terpengaruh perubahan suku bunga karena sudah sepakat di awal,” ujarnya. Tahun ini BSM juga menargetkan naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3. Target capaian yang ingin direalisasikan tahun ini tersebut didukung modal inti perseroan yang telah mencapai Rp4,72 triliun dan ekuitas Rp4,9 triliun.
Sesuai regulasi, sebuah bank masuk kategori BUKU 3 apabila memiliki modal Rp5-30 triliun. ”Laba berjalan akan mendukung pendanaan dan dana reserved di Bank Indonesia masih ada Rp10-12 triliun. Likuiditas terjaga sehingga di semester satu tahun ini sudah bisa capai BUKU 3,” ujarnya. Dari segi aset, BSM optimistis mampu tumbuh dengan baik. Demikian juga pangsa pasar, di mana BSM masih menguasai lebih dari 25%, baik dari segi aset maupun pembiayaan dan pendanaannya.
Kembangkan Produk Reksa Dana
Di bagian lain, BSM sedang mengembangkan produk Reksa Dana Pasar Uang Syariah (RDPS). Langkah tersebut merupakan upaya BSM untuk berpartisipasi dalam perkembangan pasar modal berbasis syariah. Senior Executive Vice Presiden (SEVP) BSM Kusman Yandi mengatakan, saat ini peran BSM dalam pasar modal nonkonvensional cukup besar.
”Portofolio BSM pada instrumen pasar modal sekitar Rp1,8 triliun per posisi Januari 2015,” paparnya di Jakarta, kemarin. Dia menambahkan, tahun ini BSM menargetkan peningkatan portofolio di pasar modal syariah sebesar Rp2,7 triliun. Dalam pengembangan RDPS, partisipasi BSM mencapai sekitar Rp1 triliun.
Dia berharap, produk RDPS di pasar semakin beragam sehingga menjadi salah satu instrumen investasi institusi di pasar modal syariah, termasuk sasaran likuiditas bank syariah. ”Peningkatan partisipasi itu merupakan salah satu bentuk dukungan BSM terhadap pencanangan 2015 sebagai Tahun Pasar Modal Syariah Indonesia,” katanya.
Di samping itu, BSM ingin membantu pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan dalam hal penyerapan dan penyaluran SBSN kepada investor lainnya, terutama institusi syariah. ”BSM turut menjadi peserta lelang, dengan bekerja sama dengan induk perusahaan,” ujarnya.
Selain membentuk RDPS, BSM akan mengajukan sebagai bank peserta lelang dan meningkatkan peran dalam perdagangan SBSN di pasar sekunder. Dengan menjadi peserta lelang, BSM bisa langsung berpartisipasi dalam perdagangan SBSN di pasar perdana (primer). Selama ini, kata dia, BSM berpartisipasi aktif dalam perdagangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) maupun obligasi syariah (sukuk) korporasi yang diterbitkan emiten di pasar modal syariah Indonesia.
Saat SBSN pertama terbit 2008, BSM membeli IFR 001 senilai Rp 250 miliar. BSM juga dipercaya sebagai salah satu agen penjual sukuk ritel (SR) sejak pemerintah menerbitkannya pertama kali pada 2009, yakni SR-001 hingga SR-007 yang diterbitkan 2015. ”Selama ini, BSM mampu menjual sukuk ritel rata-rata 89% dari total kuota yang diberikan pemerintah.
Selain di pasar primer, BSM aktif berperan dalam perdagangan sukuk ritel di pasar sekunder,” katanya. Dengan meningkatkan partisipasi di pasar modal syariah, BSM berharap bisa meningkatkan pangsa pasar (market share ) bank syariah di pasar modal syariah, khususnya SBSN. Market share bank syariah di pasar sukuk pemerintah baru sekitar 6,01%, sedangkan bank konvensional menyerap sekitar 27,55%.
Sementara, Senior Vice President Treasury BSM Syukri mengatakan, penerbitan produk baru dalam bentuk reksa dana syariah dinilai akan menarik minat pasar. ”Untuk RDPS akan menarik. Jika ditempatkan di sini, selain membantu bank syariah yang lain, yield-nya juga tinggi karena kan ditempatkan di deposito bank,” ucapnya.
Hafid fuad/Arsy ani s
Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya menuturkan, upaya lain BSM untuk terus tumbuh dalam tiga tahun ke depan yaitu menjalankan sejumlah strategi bisnis, seperti mengubah fokus bisnis ke sektor ritel. ”Strategi kami untuk memperkuat nasabah korporasi dan ritel. Dalam tiga tahun ke depan kami ingin perkuat segmen ritel syariah yang modern jadi 75%.
Kekuatan kami di jaringan ritel indukyangkuat,” ujarAgussaat berkunjung ke Kantor Redaksi KORANSINDO diJakartakemarin. Pada tahun lalu skema penyaluran fungsi intermediasi perbankan BSM terdiri atas 44% nasabah korporasi dan 56% ritel. Secara bertahap, komposisi tersebut akan diubah menjadi 75% ritel dan 25% korporasi.
”Bank syariah harus didukung induk usaha yang kuat dalam jaringan. Barulah bisa mengejar bank umum yang lebih kuat. Kami cukup beruntung induk usaha yang mendukung,” ujarnya. Dia melanjutkan, terkait nilai pembiayaan tahun ini, BSM menargetkan bisa bertambah Rp8 triliun menjadi Rp57 triliun.
Sementara, dana simpanan diperkirakan tumbuh 10-12% guna mendukung likuiditas. Pembiayaan sebesar itu akan disalurkan untuk segmen korporasi yang menggandeng bisnis induk serta ritel. Di segmen ritel, BSM siap menyasar nasabah yang menggunakan payroll di perseroan. Agus menyampaikan, BSM juga akan menggarap segmen bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) dengan membidik konsumen kelas menengah dengan kisaran harga rumah Rp500 juta-1 miliar.
”KPR kami unik karena bagi hasilnya lebih tinggi dan tidak terpengaruh perubahan suku bunga karena sudah sepakat di awal,” ujarnya. Tahun ini BSM juga menargetkan naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3. Target capaian yang ingin direalisasikan tahun ini tersebut didukung modal inti perseroan yang telah mencapai Rp4,72 triliun dan ekuitas Rp4,9 triliun.
Sesuai regulasi, sebuah bank masuk kategori BUKU 3 apabila memiliki modal Rp5-30 triliun. ”Laba berjalan akan mendukung pendanaan dan dana reserved di Bank Indonesia masih ada Rp10-12 triliun. Likuiditas terjaga sehingga di semester satu tahun ini sudah bisa capai BUKU 3,” ujarnya. Dari segi aset, BSM optimistis mampu tumbuh dengan baik. Demikian juga pangsa pasar, di mana BSM masih menguasai lebih dari 25%, baik dari segi aset maupun pembiayaan dan pendanaannya.
Kembangkan Produk Reksa Dana
Di bagian lain, BSM sedang mengembangkan produk Reksa Dana Pasar Uang Syariah (RDPS). Langkah tersebut merupakan upaya BSM untuk berpartisipasi dalam perkembangan pasar modal berbasis syariah. Senior Executive Vice Presiden (SEVP) BSM Kusman Yandi mengatakan, saat ini peran BSM dalam pasar modal nonkonvensional cukup besar.
”Portofolio BSM pada instrumen pasar modal sekitar Rp1,8 triliun per posisi Januari 2015,” paparnya di Jakarta, kemarin. Dia menambahkan, tahun ini BSM menargetkan peningkatan portofolio di pasar modal syariah sebesar Rp2,7 triliun. Dalam pengembangan RDPS, partisipasi BSM mencapai sekitar Rp1 triliun.
Dia berharap, produk RDPS di pasar semakin beragam sehingga menjadi salah satu instrumen investasi institusi di pasar modal syariah, termasuk sasaran likuiditas bank syariah. ”Peningkatan partisipasi itu merupakan salah satu bentuk dukungan BSM terhadap pencanangan 2015 sebagai Tahun Pasar Modal Syariah Indonesia,” katanya.
Di samping itu, BSM ingin membantu pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan dalam hal penyerapan dan penyaluran SBSN kepada investor lainnya, terutama institusi syariah. ”BSM turut menjadi peserta lelang, dengan bekerja sama dengan induk perusahaan,” ujarnya.
Selain membentuk RDPS, BSM akan mengajukan sebagai bank peserta lelang dan meningkatkan peran dalam perdagangan SBSN di pasar sekunder. Dengan menjadi peserta lelang, BSM bisa langsung berpartisipasi dalam perdagangan SBSN di pasar perdana (primer). Selama ini, kata dia, BSM berpartisipasi aktif dalam perdagangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) maupun obligasi syariah (sukuk) korporasi yang diterbitkan emiten di pasar modal syariah Indonesia.
Saat SBSN pertama terbit 2008, BSM membeli IFR 001 senilai Rp 250 miliar. BSM juga dipercaya sebagai salah satu agen penjual sukuk ritel (SR) sejak pemerintah menerbitkannya pertama kali pada 2009, yakni SR-001 hingga SR-007 yang diterbitkan 2015. ”Selama ini, BSM mampu menjual sukuk ritel rata-rata 89% dari total kuota yang diberikan pemerintah.
Selain di pasar primer, BSM aktif berperan dalam perdagangan sukuk ritel di pasar sekunder,” katanya. Dengan meningkatkan partisipasi di pasar modal syariah, BSM berharap bisa meningkatkan pangsa pasar (market share ) bank syariah di pasar modal syariah, khususnya SBSN. Market share bank syariah di pasar sukuk pemerintah baru sekitar 6,01%, sedangkan bank konvensional menyerap sekitar 27,55%.
Sementara, Senior Vice President Treasury BSM Syukri mengatakan, penerbitan produk baru dalam bentuk reksa dana syariah dinilai akan menarik minat pasar. ”Untuk RDPS akan menarik. Jika ditempatkan di sini, selain membantu bank syariah yang lain, yield-nya juga tinggi karena kan ditempatkan di deposito bank,” ucapnya.
Hafid fuad/Arsy ani s
(bbg)