PLN Catat Pendapatan Rp292,7 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sepanjang 2014 membukukan pendapatan usaha sebesar Rp292,7 triliun.
Hal ini menunjukkan pertumbuhan signifikan, yaitu naik Rp30,9 triliun atau 11,8% dibandingkan 2013 sebesar Rp261,8 triliun.
Dalam rilisnya pada Kamis (5/3/2015) dijelaskan, meningkatnya pendapatan usaha tersebut berasal dari kenaikan volume penjualan kilowatt hour (kWh) tenaga listrik menjadi 198,6 terrawatt hour (TWh) atau naik 5,9% dibanding periode yang sama 2013 sebesar 187,5 TWh.
Jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir tahun mencapai 57,49 juta atau naik 6,5% dari tahun sebelumnya.
Subsidi listrik dari pemerintah 2014 sebagai salah satu komponen pendapatan usaha perusahaan Rp99,3 triliun, turun menjadi 98,1% dibandingkan 2013 sebesar Rp101,2 triliun sebagai dampak adanya kenaikan tarif tenaga listrik.
Sejalan dengan pertumbuhan usahanya, beban usaha perusahaan 2014 tercatat sebesar Rp246,9 triliun meningkat 11,8% dibandingkan 2013 sebesar Rp220,9 triliun.
Meningkatnya beban usaha ini terutama disebabkan oleh peningkatan konsumsi bahan bakar terutama gas dan batu bara seiring dengan peningkatan permintaan tenaga listrik pelanggan.
Biaya pemakaian batu bara dan biaya pemakaian gas 2014 masing-masing sebesar Rp44,8 triliun dan Rp47,7 triliun, naik sebesar 20,55% dan 26,14 % dari biaya 2013, yang masing-masing sebesar Rp37,2 triliun dan Rp37,8 triliun.
Sedangkan laba usaha perseroan pada 2014 sebesar Rp45,8 triliun, naik Rp4,9 triliun atau 11,9% dibanding 2013 sebesar Rp40,9 triliun.
Laba bersih PLN tahun 2014 sebesar Rp11,7 triliun, naik sebesar Rp37,98 triliun dibanding dengan pada periode yang sama 2013, di mana perseroan mengalami rugi sebesar Rp26,2 triliun.
Kenaikan laba bersih ini disebabkan kenaikan laba usaha jdan meningkatnya laba selisih kurs.
Perusahaan tahun ini mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp1,3 triliun, lebih baik dibandingkan 2013, yang mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp48,1 triliun yang diakibatkan translasi liabilitas dalam mata uang asing yang didominasi oleh dolar Amerika (USD) dan yen.
Hal ini menunjukkan pertumbuhan signifikan, yaitu naik Rp30,9 triliun atau 11,8% dibandingkan 2013 sebesar Rp261,8 triliun.
Dalam rilisnya pada Kamis (5/3/2015) dijelaskan, meningkatnya pendapatan usaha tersebut berasal dari kenaikan volume penjualan kilowatt hour (kWh) tenaga listrik menjadi 198,6 terrawatt hour (TWh) atau naik 5,9% dibanding periode yang sama 2013 sebesar 187,5 TWh.
Jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir tahun mencapai 57,49 juta atau naik 6,5% dari tahun sebelumnya.
Subsidi listrik dari pemerintah 2014 sebagai salah satu komponen pendapatan usaha perusahaan Rp99,3 triliun, turun menjadi 98,1% dibandingkan 2013 sebesar Rp101,2 triliun sebagai dampak adanya kenaikan tarif tenaga listrik.
Sejalan dengan pertumbuhan usahanya, beban usaha perusahaan 2014 tercatat sebesar Rp246,9 triliun meningkat 11,8% dibandingkan 2013 sebesar Rp220,9 triliun.
Meningkatnya beban usaha ini terutama disebabkan oleh peningkatan konsumsi bahan bakar terutama gas dan batu bara seiring dengan peningkatan permintaan tenaga listrik pelanggan.
Biaya pemakaian batu bara dan biaya pemakaian gas 2014 masing-masing sebesar Rp44,8 triliun dan Rp47,7 triliun, naik sebesar 20,55% dan 26,14 % dari biaya 2013, yang masing-masing sebesar Rp37,2 triliun dan Rp37,8 triliun.
Sedangkan laba usaha perseroan pada 2014 sebesar Rp45,8 triliun, naik Rp4,9 triliun atau 11,9% dibanding 2013 sebesar Rp40,9 triliun.
Laba bersih PLN tahun 2014 sebesar Rp11,7 triliun, naik sebesar Rp37,98 triliun dibanding dengan pada periode yang sama 2013, di mana perseroan mengalami rugi sebesar Rp26,2 triliun.
Kenaikan laba bersih ini disebabkan kenaikan laba usaha jdan meningkatnya laba selisih kurs.
Perusahaan tahun ini mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp1,3 triliun, lebih baik dibandingkan 2013, yang mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp48,1 triliun yang diakibatkan translasi liabilitas dalam mata uang asing yang didominasi oleh dolar Amerika (USD) dan yen.
(rna)