Kuota Impor Hortikultura di Batam Menurun
A
A
A
BATAM - Kuota impor hortikultura pada semester I/2015 untuk FTZ Batam yang disetujui Kementerian Perdagangan (Kemendag) menurun jika dibandingkan kuota semester II/2014.
Untuk paruh pertama 2015 ini, jumlah surat persetujuan impor (SPI) yang diterbitkan BP Batam berkuota sebanyak 2.272 ton. Komposisi SPI yang diterbitkan BP Batam itu terdiri atas delapan importir terdaftar (IT). Jumlah IT bertambah empat jika dibanding paruh kedua 2014.
Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam Ilham Eka Hartawan menyebutkan, produk yang bakal diimpor pada kurun waktu Januari hingga Juni 2015 ini terdiri atas sembilan jenis. Antara lain wortel, apel, jeruk mandarin, lengkeng, kentang, bawang bombay, jeruk, anggur dan pomelo.
Adapun, asal negara produk itu pada 2015, yaitu China, Thailand, Bangladesh, New Zealand, Belanda dan Afrika Selatan. Sementara, Amerika Serikat yang mengekspor anggur segar pada 2014, pada semester ini berhenti memasok.
"Ada 10 jenis produk yang diimpor delapan IT dari enam negara asal di paruh pertama 2015. Tahun lalu ada empat importir dengan tujuh negara asal," ujarnya, Jumat (6/3/2015).
Pada semester II/2014, Kemdag telah menyetujui izin impor produk hortikultura untuk Batam kepada empat importir dengan volume mencapai 3.720 ton. Artinya terjadi penurunan volume hingga 40%. Dari sisi jenis produk tidak ada perubahan, namun terjadi penurunan drastis di kisaran di atas 50% untuk beberapa produk seperti wortel, orange segar, anggur segar, kentang segar, bawang bombay dan lengkeng.
Secara detil, jumlah kuota untuk masing-masing jenis produk yakni, wortel asal China sebesar 709 ton, apel China sebanyak 437 ton, Jeruk Mandarin China mencapai 750 ton, Lengkeng asal Thailand sebesar 75 ton, kentang segar asal Bangladesh mencapai 104 ton.
Kemudian, bawang bombay segar untuk konsumsi asal New Zealand sebesar 105 ton, bawang bombay asal Belanda sebesar 52 ton, jeruk segar asal China mencapai 20 ton, jeruk dan pomelo asal China sebanyak 5 ton dan anggur segar asal Afrika Selatan mencapai 15 ton.
Menurut Ilham, penurunan ini tidak lain karena Kemendag mewajibkan importasi paling sedikit terealisasi 80% dari persetujuan impor yang diberikan. Di samping itu penurunan juga terpengaruh kondisi pasar. "Penurunan sangat dipengaruhi pasar," pungkasnya.
Untuk paruh pertama 2015 ini, jumlah surat persetujuan impor (SPI) yang diterbitkan BP Batam berkuota sebanyak 2.272 ton. Komposisi SPI yang diterbitkan BP Batam itu terdiri atas delapan importir terdaftar (IT). Jumlah IT bertambah empat jika dibanding paruh kedua 2014.
Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam Ilham Eka Hartawan menyebutkan, produk yang bakal diimpor pada kurun waktu Januari hingga Juni 2015 ini terdiri atas sembilan jenis. Antara lain wortel, apel, jeruk mandarin, lengkeng, kentang, bawang bombay, jeruk, anggur dan pomelo.
Adapun, asal negara produk itu pada 2015, yaitu China, Thailand, Bangladesh, New Zealand, Belanda dan Afrika Selatan. Sementara, Amerika Serikat yang mengekspor anggur segar pada 2014, pada semester ini berhenti memasok.
"Ada 10 jenis produk yang diimpor delapan IT dari enam negara asal di paruh pertama 2015. Tahun lalu ada empat importir dengan tujuh negara asal," ujarnya, Jumat (6/3/2015).
Pada semester II/2014, Kemdag telah menyetujui izin impor produk hortikultura untuk Batam kepada empat importir dengan volume mencapai 3.720 ton. Artinya terjadi penurunan volume hingga 40%. Dari sisi jenis produk tidak ada perubahan, namun terjadi penurunan drastis di kisaran di atas 50% untuk beberapa produk seperti wortel, orange segar, anggur segar, kentang segar, bawang bombay dan lengkeng.
Secara detil, jumlah kuota untuk masing-masing jenis produk yakni, wortel asal China sebesar 709 ton, apel China sebanyak 437 ton, Jeruk Mandarin China mencapai 750 ton, Lengkeng asal Thailand sebesar 75 ton, kentang segar asal Bangladesh mencapai 104 ton.
Kemudian, bawang bombay segar untuk konsumsi asal New Zealand sebesar 105 ton, bawang bombay asal Belanda sebesar 52 ton, jeruk segar asal China mencapai 20 ton, jeruk dan pomelo asal China sebanyak 5 ton dan anggur segar asal Afrika Selatan mencapai 15 ton.
Menurut Ilham, penurunan ini tidak lain karena Kemendag mewajibkan importasi paling sedikit terealisasi 80% dari persetujuan impor yang diberikan. Di samping itu penurunan juga terpengaruh kondisi pasar. "Penurunan sangat dipengaruhi pasar," pungkasnya.
(izz)