CORE: Perdagangan Surplus, Tapi Gara-gara Impornya Terkontraksi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menyatakan, satu-satunya sumber pertumbuhan ekonomi yang positif tahun ini adalah net-ekspor , meskipun relatif rendah. Namun, surplus tahun ini lebih didorong oleh penurunan impor, khususnya bahan baku dan penolong, dan bukan karena pertumbuhan ekspor.
"Contoh, impor bahan baku dan barang modal pada lima bulan pertama 2020 masing-masing terkontraksi -13% dan 19%," ujar Ekonom CORE Indonesia Ina Primiana saat CORE Midyear Review 2020 di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Namun, surplus tersebut diperkirakan akan menurun sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik secara gradual pasca pemberlakuan New Normal.
(Baca Juga: Neraca Perdagangan Juni Surplus USD1,27 Miliar, Wamendag: Tetap Waspada)
Dia menuturkan, tekanan ekspor terjadi karena beberapa negara tujuan utama ekspor, seperti China, Uni Eropa, dan negara-negara ASEAN, belum sepenuhnya pulih. Sejalan dengan masih rendahnya pertumbuhan konsumsi dan ekspor mereka, permintaan ekspor dari negara-negara tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
Selain itu, jelas dia, turunnya pertumbuhan ekspor juga dipengaruhi oleh harga komoditas yang masih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu.
"Beberapa harga ekspor andalan Indonesia, seperti minyak sawit dan batubara, yang masing-masing tumbuh -21% dan 15%, pada bulan Juni 2020 dibandingkan harga pada akhir tahun lalu (ytd)," papar Ina.
"Contoh, impor bahan baku dan barang modal pada lima bulan pertama 2020 masing-masing terkontraksi -13% dan 19%," ujar Ekonom CORE Indonesia Ina Primiana saat CORE Midyear Review 2020 di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Namun, surplus tersebut diperkirakan akan menurun sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik secara gradual pasca pemberlakuan New Normal.
(Baca Juga: Neraca Perdagangan Juni Surplus USD1,27 Miliar, Wamendag: Tetap Waspada)
Dia menuturkan, tekanan ekspor terjadi karena beberapa negara tujuan utama ekspor, seperti China, Uni Eropa, dan negara-negara ASEAN, belum sepenuhnya pulih. Sejalan dengan masih rendahnya pertumbuhan konsumsi dan ekspor mereka, permintaan ekspor dari negara-negara tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan tahun lalu.
Selain itu, jelas dia, turunnya pertumbuhan ekspor juga dipengaruhi oleh harga komoditas yang masih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu.
"Beberapa harga ekspor andalan Indonesia, seperti minyak sawit dan batubara, yang masing-masing tumbuh -21% dan 15%, pada bulan Juni 2020 dibandingkan harga pada akhir tahun lalu (ytd)," papar Ina.
(fai)