Monsanto Tingkatkan Pendapatan Petani Jagung
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan bibit pertanian Monsanto Indonesia membantu meningkatkan pendapatan petani jagung di Lampung Selatan dengan dukungan sanggar belajar tani pada awal masa tanam.
“Program ini adalah bagian dari komitmen kami untuk mendukung pembangunan sektor pertanian yang lebih produktif, efisien, efektif, dan berkelanjutan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun,” kata Corporate Affairs Lead Monsanto Herry Kristanto dalam keterangan tertulisnya barubaru ini.
Menurut Herry, Monsanto dalam menjaga mutu hasil benihnya terus melakukan pendampingan secara terus-menerus kepada petani agar benih jagung hibrida yang telah dibeli dan ditanam oleh petani dapat memberikan hasil yang maksimal. “Dengan benih jagung hibrida produksi Monsanto yang memerlukan perawatan yang berbeda dari jagung konvensional, namun lebih mudah,” tambah Herry.
Sebagai salah satu daerah penghasil jagung di Indonesia, Lampung memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi jagungnya, sehingga diharapkan sanggar belajar ini dapat membantu pencapaian tersebut. Program pendampingan bagi para petani jagung tersebut di dikenal sebagai DKLC atau DeKalb Learning Center yang dimulai pada 2012.
Tujuan DKLC, kata dia, agar petani yakin dengan menggunakan benih berkualitas diiringi budi daya yang baik akan memberikan hasil panen yang optimal dan menguntungkan. Ia menambahkan, Monsanto selalu mencari, meneliti, dan memproduksi benih yang menghasilkan lebih banyak agar taraf hidup petani meningkat. “Itu yang paling penting,” ujarnya.
Kenneth C Schneeberger PhD, Assistant Dean for Special Programs College of Agriculture, Food and Natural Resources University of Missouri menjelaskan, penggunaan benih jagung bioteknologi diyakini bisa meningkatkan produksi jagung sebesar 10–15%. Peningkatan tersebut diperoleh dari tambahan potensi kehilangan hasil akibat hama atau penyakit, Sebab dengan menggunakan benih jagung bioteknologi.
“Teknologi penggunaan benih ini diperlukan sebagai upaya meningkatkan produksi dengan membuka wawasan petani tentang cara budi daya yang tepat dan efisien serta berorientasi bisnis,” kata Kenneth. Mas Tundung, petani jagung di Desa Sri Rejeki, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan, mengatakan program DKLC memberinya banyak manfaat. Apalagi dirinya memperoleh pendampingan penuh. “Saya biasanya panen jagung sekitar 7,1 ton per hektare, tapi sekarang sudah bisa meningkat menjadi 8,2 ton,” ujarnya.
Sudarsono
“Program ini adalah bagian dari komitmen kami untuk mendukung pembangunan sektor pertanian yang lebih produktif, efisien, efektif, dan berkelanjutan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun,” kata Corporate Affairs Lead Monsanto Herry Kristanto dalam keterangan tertulisnya barubaru ini.
Menurut Herry, Monsanto dalam menjaga mutu hasil benihnya terus melakukan pendampingan secara terus-menerus kepada petani agar benih jagung hibrida yang telah dibeli dan ditanam oleh petani dapat memberikan hasil yang maksimal. “Dengan benih jagung hibrida produksi Monsanto yang memerlukan perawatan yang berbeda dari jagung konvensional, namun lebih mudah,” tambah Herry.
Sebagai salah satu daerah penghasil jagung di Indonesia, Lampung memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi jagungnya, sehingga diharapkan sanggar belajar ini dapat membantu pencapaian tersebut. Program pendampingan bagi para petani jagung tersebut di dikenal sebagai DKLC atau DeKalb Learning Center yang dimulai pada 2012.
Tujuan DKLC, kata dia, agar petani yakin dengan menggunakan benih berkualitas diiringi budi daya yang baik akan memberikan hasil panen yang optimal dan menguntungkan. Ia menambahkan, Monsanto selalu mencari, meneliti, dan memproduksi benih yang menghasilkan lebih banyak agar taraf hidup petani meningkat. “Itu yang paling penting,” ujarnya.
Kenneth C Schneeberger PhD, Assistant Dean for Special Programs College of Agriculture, Food and Natural Resources University of Missouri menjelaskan, penggunaan benih jagung bioteknologi diyakini bisa meningkatkan produksi jagung sebesar 10–15%. Peningkatan tersebut diperoleh dari tambahan potensi kehilangan hasil akibat hama atau penyakit, Sebab dengan menggunakan benih jagung bioteknologi.
“Teknologi penggunaan benih ini diperlukan sebagai upaya meningkatkan produksi dengan membuka wawasan petani tentang cara budi daya yang tepat dan efisien serta berorientasi bisnis,” kata Kenneth. Mas Tundung, petani jagung di Desa Sri Rejeki, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan, mengatakan program DKLC memberinya banyak manfaat. Apalagi dirinya memperoleh pendampingan penuh. “Saya biasanya panen jagung sekitar 7,1 ton per hektare, tapi sekarang sudah bisa meningkat menjadi 8,2 ton,” ujarnya.
Sudarsono
(bbg)