Tarif Wisata ke Luar Negeri Naik 5%
A
A
A
JAKARTA - Terpuruknya rupiah hingga menyentuh Rp13.000 per dolar AS memaksa agen perjalanan wisata melakukan penyesuaian tarif paket perjalanan wisata ke luar negeri.
Ketua Umum Association of the Indonesian Tour & Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar mengatakan, pelemahan rupiah menguntungkan bagi wisata inbound (dari luar ke dalam negeri), tapi merugikan bagi wisata outbound (dari dalam ke luar negeri). Menurutnya, untuk paketpaket wisata outbound yang sudah deal dengan tarif sekian dolar AS, agen perjalanan harus menanggung risiko kerugian akibat perubahan kurs itu. “Kita enggak bisa renegosiasi karena sudah sepakat harga paketnya segitu,” ujarnya kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Asnawi berharap kerugian di sisi outbound bisa terkompensasi oleh keuntungan di sisi inbound. Namun, melihat posisi rupiah yang terus tertekan hingga ke level Rp13.022 per dolar AS pada Kamis (5/3) lalu, pengusaha travel mulai melakukan penyesuaian tarif guna menghindari kerugian lebih lanjut. Menurut Asnawi, umumnya agen perjalanan juga memiliki kesepakatan kontrak rate dengan hotel-hotel yang berlaku per tahun. Jika terjadi perubahan mendasar dalam kurs seperti saat ini harus segera diantisipasi.
“Kawan-kawan pengusaha sudah menyesuaikan harga-harga paket karena enggak mungkin bisa dipertahankan kalau kurs sudah di atas Rp13.000 per dolar AS. Semua pemain outbound saya rasa hari ini sudah menaikkan tarif,” tandasnya. Menurut Asnawi, besaran kenaikan tarif disesuaikan dengan level penurunan rupiah itu sendiri. Ia mencontohkan, jika depresiasi rupiah sebesar 5%, tarif paket wisata kemungkinan naik sekitar 6%.
Sebagai catatan, dibandingkan posisi awal tahun sebesar Rp12.474 per dolar AS, posisi rupiah hingga Kamis (5/3) melemah hingga 4,39%.“Jadi kemungkinan kita tidak akan naikkan (tarif) terlalu tinggi, maksimum 5% dan hanya untuk paket outbound ,” tandasnya. World Product Manager Pacto Ade Rachmadi mengatakan, kendati pelemahan rupiah menguntungkan bagi bisnis inbound seperti yang dilakukan Pacto, terdapat faktor lain yang bisa menyebabkan wisatawan mancanegara (wisman) terutama asal Eropa berhitung ulang untuk berwisata ke luar negeri.
“Kita lihat mata uang Euro pun melemah terhadap dolar sehingga daya beli orang Eropa untuk berkunjung ke Indonesia atau Asia lebihmahal. Penguatandolar AS terhadapEuro mencapai20%- 30% sehingga turis Eropa harus membayar lebih besar,” tuturnya.
Inda susanti
Ketua Umum Association of the Indonesian Tour & Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar mengatakan, pelemahan rupiah menguntungkan bagi wisata inbound (dari luar ke dalam negeri), tapi merugikan bagi wisata outbound (dari dalam ke luar negeri). Menurutnya, untuk paketpaket wisata outbound yang sudah deal dengan tarif sekian dolar AS, agen perjalanan harus menanggung risiko kerugian akibat perubahan kurs itu. “Kita enggak bisa renegosiasi karena sudah sepakat harga paketnya segitu,” ujarnya kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Asnawi berharap kerugian di sisi outbound bisa terkompensasi oleh keuntungan di sisi inbound. Namun, melihat posisi rupiah yang terus tertekan hingga ke level Rp13.022 per dolar AS pada Kamis (5/3) lalu, pengusaha travel mulai melakukan penyesuaian tarif guna menghindari kerugian lebih lanjut. Menurut Asnawi, umumnya agen perjalanan juga memiliki kesepakatan kontrak rate dengan hotel-hotel yang berlaku per tahun. Jika terjadi perubahan mendasar dalam kurs seperti saat ini harus segera diantisipasi.
“Kawan-kawan pengusaha sudah menyesuaikan harga-harga paket karena enggak mungkin bisa dipertahankan kalau kurs sudah di atas Rp13.000 per dolar AS. Semua pemain outbound saya rasa hari ini sudah menaikkan tarif,” tandasnya. Menurut Asnawi, besaran kenaikan tarif disesuaikan dengan level penurunan rupiah itu sendiri. Ia mencontohkan, jika depresiasi rupiah sebesar 5%, tarif paket wisata kemungkinan naik sekitar 6%.
Sebagai catatan, dibandingkan posisi awal tahun sebesar Rp12.474 per dolar AS, posisi rupiah hingga Kamis (5/3) melemah hingga 4,39%.“Jadi kemungkinan kita tidak akan naikkan (tarif) terlalu tinggi, maksimum 5% dan hanya untuk paket outbound ,” tandasnya. World Product Manager Pacto Ade Rachmadi mengatakan, kendati pelemahan rupiah menguntungkan bagi bisnis inbound seperti yang dilakukan Pacto, terdapat faktor lain yang bisa menyebabkan wisatawan mancanegara (wisman) terutama asal Eropa berhitung ulang untuk berwisata ke luar negeri.
“Kita lihat mata uang Euro pun melemah terhadap dolar sehingga daya beli orang Eropa untuk berkunjung ke Indonesia atau Asia lebihmahal. Penguatandolar AS terhadapEuro mencapai20%- 30% sehingga turis Eropa harus membayar lebih besar,” tuturnya.
Inda susanti
(ars)