Penyaluran Kredit Diproyeksi Naik Jika Inflasi Terjaga
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, jika inflasi bisa terjaga maka dapat meningkatkan kredit di semester II/2015.
Bahkan, jika pemerintah berhasil menggunakan anggaran anggaran belanja modal maka akan meningkatkan penyaluran kredit.
"Kemarin kan ada belanja modal cukup tinggi, jadi kalau itu bisa digunakan dengan pembangunan infrastruktur, swasembada pangan mulai jalan bisa mendorong kredit. Apalagi situasinya itu cenderung mau ekspansi," katanya di Jakarta, Senin (9/3/2015).
Sementara pertumbuhan kredit di Januari tercatat meningkat sebesar 11,4% atau stabil dengan bulan sebelumnya dinilai akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia.
Menurut dia, peningkatan pertumbuhan kredit yang terjadi di Januari dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan dan deflasi serta optimsime konsumen yang cukup tinggi.
"Ada rencana pemerintah yang mencanangkan PE 5,7%, kemudian nilai tukar yang dipatok Rp12.500/USD. Biasanya juga di Januari, dunia usaha sudah memiliki planning (di akhir Desember sebelumnya) untuk tahun depan dan biasanya mereka akan memulai di Januari," tuturnya.
Menurut dia, persiapan yang dilakukan oleh sejumlah pelaku usaha membutuhkan pendanaan, yang salah satunya akan dicari dari perbankan.
Sementara Eko menyebut, pertumbuhan kredit tahun ini akan bergerak di kisaran 15%. Agar proyeksi itu tercapai maka pemerintah dan bank sentral harus menstabilkan nilai tukar rupiah untuk mengakumulasi pertumbuhan.
"Tapi kalau nilai tukar tidak stabil-stabil, saya rasa akan susah capai target karena berpengaruh sekali ke ongkos produksi lantaran banyak sekali komponen impor," tutur dia.
Bahkan, jika pemerintah berhasil menggunakan anggaran anggaran belanja modal maka akan meningkatkan penyaluran kredit.
"Kemarin kan ada belanja modal cukup tinggi, jadi kalau itu bisa digunakan dengan pembangunan infrastruktur, swasembada pangan mulai jalan bisa mendorong kredit. Apalagi situasinya itu cenderung mau ekspansi," katanya di Jakarta, Senin (9/3/2015).
Sementara pertumbuhan kredit di Januari tercatat meningkat sebesar 11,4% atau stabil dengan bulan sebelumnya dinilai akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia.
Menurut dia, peningkatan pertumbuhan kredit yang terjadi di Januari dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan dan deflasi serta optimsime konsumen yang cukup tinggi.
"Ada rencana pemerintah yang mencanangkan PE 5,7%, kemudian nilai tukar yang dipatok Rp12.500/USD. Biasanya juga di Januari, dunia usaha sudah memiliki planning (di akhir Desember sebelumnya) untuk tahun depan dan biasanya mereka akan memulai di Januari," tuturnya.
Menurut dia, persiapan yang dilakukan oleh sejumlah pelaku usaha membutuhkan pendanaan, yang salah satunya akan dicari dari perbankan.
Sementara Eko menyebut, pertumbuhan kredit tahun ini akan bergerak di kisaran 15%. Agar proyeksi itu tercapai maka pemerintah dan bank sentral harus menstabilkan nilai tukar rupiah untuk mengakumulasi pertumbuhan.
"Tapi kalau nilai tukar tidak stabil-stabil, saya rasa akan susah capai target karena berpengaruh sekali ke ongkos produksi lantaran banyak sekali komponen impor," tutur dia.
(rna)