Menteri ESDM Mendadak Bantah Tarif Listrik April Naik
A
A
A
LHOKSEUMAWE - Menanggapi rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk golongan rumah tangga pada April 2015, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said membantahnya. Padahal sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengumumkan pelanggan dengan daya 1.300 dan 2.200 VA akan mengalami kenaikan tarif listrik (tariff adjustment).
Menurut Sudirman, pemerintah masih menghitung faktor yang memengaruhi kenaikan tarif tersebut, di antaranya inflasi, harga minyak dunia, dan pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar AS. "Tarif rumah tangga belum ada keputusan. Belum akan diberlakukan April," ujarnya, di sela-sela peresmian Terminal Penerimaan dan Regasifikasi Arun, Lhokseumawe, Aceh Senin (9/3/2015).
Di sisi lain, Sudirman menyambut baik instruksi presiden untuk tidak menaikan tarif listrik bagi golongan industri. Sebab, industri harus didorong agar terus berkembang. (Baca: Jokowi Pilih Turunkan Tarif Listrik Industri)
"Biasanya memang untuk industri lebih rendah dari rumah tangga. Sehingga, diarahkan adalah ada efisiensi dari pembangkit BBM menggunakan gas dan dari batu bara ke gas. Itu yang dipakai sehingga tarif tidak perlu naik," katanya.
Dia mengatakan, listrik menjadi pendorong industri untuk menggerakkan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi. "Logikanya semakin maju industri maka semakin murah energi," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Wakil DPR Komisi VII DPR Satya W Yudha menuturkan, efisiensi PLN dihitung tidak hanya berdasarkan serapan gas untuk pembangkit. Namun, pemerintah juga harus melihat pengaruh lain dari biaya pokok produksi (bpp) PLN.
"Kalau konsumsi pembangkit BBM terus didorong diturunkan, tapi biaya sewa ke swasta tinggi maka tidak ada efisiensi," katanya.
Satya beranggapan, efisiensi yang dilakukan pemerintah terhadap penggunaan gas untuk pembangkit belum optimal. "Kita mesti melihat kenyataan pemanfaatan gas belum optimal. Percepatan pembangkit 10.000 megawatt (MW) tahap pertama saja masih 70% jadi butuh effort," pungkasnya.
(Baca: Tarif Listrik April Naik)
Menurut Sudirman, pemerintah masih menghitung faktor yang memengaruhi kenaikan tarif tersebut, di antaranya inflasi, harga minyak dunia, dan pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar AS. "Tarif rumah tangga belum ada keputusan. Belum akan diberlakukan April," ujarnya, di sela-sela peresmian Terminal Penerimaan dan Regasifikasi Arun, Lhokseumawe, Aceh Senin (9/3/2015).
Di sisi lain, Sudirman menyambut baik instruksi presiden untuk tidak menaikan tarif listrik bagi golongan industri. Sebab, industri harus didorong agar terus berkembang. (Baca: Jokowi Pilih Turunkan Tarif Listrik Industri)
"Biasanya memang untuk industri lebih rendah dari rumah tangga. Sehingga, diarahkan adalah ada efisiensi dari pembangkit BBM menggunakan gas dan dari batu bara ke gas. Itu yang dipakai sehingga tarif tidak perlu naik," katanya.
Dia mengatakan, listrik menjadi pendorong industri untuk menggerakkan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi. "Logikanya semakin maju industri maka semakin murah energi," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Wakil DPR Komisi VII DPR Satya W Yudha menuturkan, efisiensi PLN dihitung tidak hanya berdasarkan serapan gas untuk pembangkit. Namun, pemerintah juga harus melihat pengaruh lain dari biaya pokok produksi (bpp) PLN.
"Kalau konsumsi pembangkit BBM terus didorong diturunkan, tapi biaya sewa ke swasta tinggi maka tidak ada efisiensi," katanya.
Satya beranggapan, efisiensi yang dilakukan pemerintah terhadap penggunaan gas untuk pembangkit belum optimal. "Kita mesti melihat kenyataan pemanfaatan gas belum optimal. Percepatan pembangkit 10.000 megawatt (MW) tahap pertama saja masih 70% jadi butuh effort," pungkasnya.
(Baca: Tarif Listrik April Naik)
(dmd)