Premi Asuransi Umum Capai Rp55,1 T

Selasa, 10 Maret 2015 - 09:53 WIB
Premi Asuransi Umum...
Premi Asuransi Umum Capai Rp55,1 T
A A A
JAKARTA - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat premi bruto asuransi umum pada 2014 sebesar Rp55,1 triliun atau naik 17,7% dibandingkan tahun sebelumnya Rp46,8 triliun.

Pertumbuhan terbesar dikontribusikan oleh lini usaha asuransi surety bond (penjaminan) sebesar 105%, disusul kenaikan lini usaha asuransi energi sebesar 33,7%. “Namun, secara nominal pertumbuhan terbesar dibukukan oleh lini usaha asuransi properti (harta benda) sebesar Rp3,4 triliun,” kata Direktur Eksekutif AAUI Julian Noor di Jakarta kemarin.

Lini usaha properti kembali mendominasi perolehan premi bruto mengalahkan lini usaha motor yang bertahan selama lima tahun. Rinciannya, lini usaha properti sebesar Rp16 triliun, lini usaha motor sebesar Rp15,8 triliun. Klaim bruto pada 2014 tercatat sebesar Rp23,5 triliun atau naik 28,4% dibandingkan tahun sebelumnyadari Rp18,29triliun.

Menurut Julian, peningkatan klaim tertinggi periode ini terjadi pada lini usaha asuransi surety bond sebesar 417,3%. Premi bruto reasuransi umum tahun lalu tumbuh sebesar 10,49% menjadi Rp3,58 triliun dari Rp3,24 triliun. Dari sisi klaim bruto juga terjadi peningkatan sebesar 30% dari Rp1,36 triliun pada 2013 menjadi Rp1,78 triliun di 2014.“Hasil underwriting mencatatkan peningkatan yang jauh lebih baik dari Rp178,6 miliar pada 2013 menjadi Rp216,8 miliar pada 2014,” ujarnya.

Di samping itu, tiga lini usaha yang mendominasi pangsa pasar perolehan premi bruto masih dicatat oleh lini usaha properti sebesar 29,1%, motor sebesar 28,6%, dan PA & asuransi kesehatan sebesar 10,3%. Di sisi kontribusi pencatatan klaim bruto, ungkap Julian, juga dicatat pada lini usaha yang sama, yakni lini usaha properti 23,8%, motor 31,4%, dan PA & asuransi kesehatan sebesar 16,6%.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, saat ini tren industri asuransi akan semakin positif. Perusahaan asuransi akan bersaing dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabahnya. Secara segmen bisnis dia melihat primadonanya akan dikuasai korporasi dibanding ritel yang membutuhkan jalur distribusi yang kuat.

Sementara mikro masih belum menarik karena baru dimulai. “Mungkin nanti baru menarik dalam 10 tahun ke depan, dengan 50 juta orang. Segmen korporasi masih jadi primadona persaingan daripada ritel karena jalur distribusinya lebih berat,” ungkapnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani menambahkan, OJK akan terus fokus untuk meningkatkan peran industri asuransi di dalam negeri. Untuk meningkatkan peran, industri asuransi dapat difokuskan pada beberapa program, antara lain penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan manajemen risiko pada perusahaan perasuransian.

Selain itu, peningkatan jumlah dan kualitas sumber daya manusia perasuransian. “Penguatan kapasitas finansial perusahaan perasuransian untuk menyerap risiko dan mengembangkan usaha. Juga penyempurnaan infrastruktur usaha seperti standar akuntansi, standar aktuaria, dan teknologi informasi,” paparnya.

Lebih lanjut Firdaus menuturkan, OJK akan terus mendorong produk-produk asuransi mikro agar penetrasi masyarakat terhadap produk asuransi semakin baik. Beberapa produk asuransi mikro yang telah diluncurkan antara lain produk-produk asuransi mikro setop usaha karena gempa bumi, erupsi.

“Peserta asuransi mikro ini nanti akan mendapatkan pertanggungan ketika usaha mereka terpaksa harus berhenti akibat bencana alam,” imbuhnya.

Kunthi fahmar sandy
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0671 seconds (0.1#10.140)