Devisa Wisata Bahari Ditarget USD4M

Rabu, 11 Maret 2015 - 09:15 WIB
Devisa Wisata Bahari Ditarget USD4M
Devisa Wisata Bahari Ditarget USD4M
A A A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan untuk menarik 4 juta wisatawan mancanegara (wisman) di sektor wisata bahari hingga 2019, dengan perolehan devisa sebesar USD4 miliar.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, tahun lalu jumlah wisman yang berwisata bahari di Indonesia baru sekitar 1 juta wisman dengan sumbangan devisa sekitar USD1 miliar. Untuk tahun ini diharapkan terjadi peningkatan menjadi 1,3 juta wisman wisata bahari.

“Untuk mencapai target 4 juta wisman itu, kita fokus ke pembangunan akses. Antara lain 100 marina, 10 pelabuhan dan 25 titik kawasan strategis pariwisata nasional yang akan dikembangkan untuk menunjang wisata bahari,” ujar Menpar di sela-sela seminar bertema Peningkatan Konektivitas Pulau-Pulau di Indonesia untuk Pengembangan Wisata Bahari di Jakarta, kemarin.

Menurut Arief, Indonesia dengan panjang pantai hampir 100.000 km perolehan wisman sektor baharinya masih jauh dari potensi yang ada. Sebagai catatan prosentase wisata bahari di Indonesia baru 35% dari keseluruhan wisata alam di indonesia. Sebagai perbandingan, kontribusi wisata bahari di Malaysia mencapai 40%, sementara Maladewa hampir 100%. “Queensland di Australia dengan panjang pantai 2.100 Km saja bisa meraup devisa dari wisata bahari USD3 miliar pada 2012. Harusnya kita lebih dari itu,” tandasnya.

Arief menambahkan, pada tahap pertama di tahun ini pihaknya akan mengembangkan 8 kawasan strategis pariwisata nasional khusus bahari. Sebanyak 25 destinasi wisata selam juga akan dikembangkan sampai akhir tahun disamping pembangunan marina di sejumlah daerah yang memungkinkan 750 kapal untuk bersandar, serta 400 call untuk cruise port.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) Wiryanti Sukamdani mengatakan, upaya meningkatkan kontribusi wisata bahari sebesar 20% hingga 2019 sangat realistis. Namun, harus ditunjang dengan kesiapan produk pariwisatanya.

“Contohnya wisata ke pulau Komodo itu karena tidak bisa massal, maka kalau ada turis datang dengan kapal pesiar kan tidak bisa masuk semua. Jadi, harus dicarikan alternatif berwisata ke daerah sekitarnya,” tuturnya.

Wiryanti juga menekankan pentingnya wisata crossborder seperti halnya antara Batam dengan Singapura atau Malaysia. Salah satu penunjang adalah pembukaan pelabuhan baru yaitu Tanjung Berakit yang bisa menghubungkan Batam dengan Johor.

“Dengan keberadaan lima pelabuhan di Batam dan tiga pelabuhan di Bintan, maka akan mendukung wisata di perbatasan ini. Kita juga akan siapkan ajangajang untuk menarik kunjungan turis disana,” paparnya.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Junaedy menambahkan, pelaku usaha wisata bahari lebih optimistis akan potensi peningkatan wisman di sektor wisata bahari, dengan catatan pemerintah memperbaiki aksesibilitas. Ia menyebutkan beberapa operator tour dari China dan Singapura yang berminat mengeksplorasi Anambas di Kepulauan Riau namun terkendala aksesibilitas.

“Lihat saja pesawat ke Anambas masih hidup-mati. Padahal mereka katakan tahun ini sekitar 2000 akan masuk ke Anambas,” ungkapnya. Didin mengungkapkan, banyak wisman asal China yang datang ke Singapura. Keberadaan mereka seharusnya bisa ditarik juga untuk datang ke Batam dan Bintan, terlebih Indonesia dan China sudah hampir menyepakati fasilitas bebas visa.

Sementara itu, Direktur Komersial Garuda Indonesia Handayani mengatakan, akhir 2014 lalu Garuda menempatkan Bali dan Makassar sebagai hub untuk penerbangan lanjutan ke kawasan timur Indonesia. Tambahan armada 18 pesawat baru juga disiapkan tahun ini, sehingga total terdapat 150 pesawat.

“Banyak juga kota-kota yang baru diterbangi, yang terbaru itu ke Sabang. Sehingga, dalam hal ini Garuda sudah terbang dari Sabang sampai Merauke,” bebernya.

Inda susanti
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6922 seconds (0.1#10.140)