Giliran Kedelai Naik, Pengusaha Tahu-Tempe Menjerit
A
A
A
BATAM - Harga kedelai yang terus naik akibat penguatan dolar Amerika Serikat (USD) membuat pelaku industri kecil tahu-tempe di sejumlah daerah menjerit. Pemerintah didesak segera melakukan intervensi untuk mengendalikan kedelai di tengah kenaikan harga kebutuhan lainnya.
Ketua Umum Koperasi Produsen Makanan Minuman Tahu Tempe Kota Batam, Obos Bastaman menyebutkan, pelemahan rupiah atas mata uang asing sangat berdampak terhadap pelaku usaha. Di mana bahan baku kedelai yang merupakan impor melonjak. Kondisi tersebut diperparah pasokan kedelai pasca Imlek menurun.
Dia menuturkan, saat libur Imlek para eksportir kedelai berhenti memasok kebutuhan untuk Batam sehingga komoditas ditimbun di Malaysia menyebabkan kualitas buruk.
"Sangat berdampak, sekarang dolar Singapura dan USD naik, belum lagi dengan liburan Imlek. Harga dan kacangnya amburadul karena mungkin banyak penimbunan di Pasar Gudang (Malaysia)," ungkapnya, Rabu (11/3/2015).
Menurutnya, untuk menyiasati pasokan kedelai para perajin mengambil dari Pekanbaru yang merupakan pasokan dari Amerika Serikat dengan harga Rp385 ribu per 50 kilogram untuk pembelian minimal 5 ton. Namun, harga itu juga dianggap terlalu mahal lantaran dari distributor di Batam komoditas dijual dengan kisaran Rp400 ribu hingga Rp450 ribu untuk pembelian per karung.
Deviasi perbedaan harga ini disinyalir sebagai bentuk permainan kartel kedelai di Batam yang selalu menyulitkan perajin tahu dan tempe sejak lama. Dugaan kartel ini juga rencananya akan disampaikan ke Kementerian Koperasi dan UKM.
Menurut Obos, gejolak harga kedelai selama ini terus menekan industri kecil menengah (IKM) lantaran harga kedelai dipatok lebih murah untuk pembelian 5 ton sampai 10 ton. Obos sendiri menilai fluktuasi harga kedelai akibat kenaikan dolar merupakan masalah klasik yang belum diselesaikan.
"Gonjang ganjing harga kedelai membuat kami khawatir meski ini penyakit lama. Seharusnya kedelai harus ada standar harga jangan sampai naik turun karena tidak ada kontrol. Kalau gini terus IKM yang kecil makin sulit," ujarnya.
Berdasarkan perhitungan Koperasi Produsen Makanan Minuman Tahu Tempe, harga ideal kedelai yang bisa diterima perajin berkisar Rp285 ribu hingga Rp300 ribu. Melalui harga itu perajin bisa menjual harga tahu dan tempe dengan harga kompetitif.
"Jangan sampai ke Rp400 ribu sampa Rp450 ribu. Gimana IKM mau hidup, enggak mungkin jadi usaha tambah ban. Hancurlah kami kalau tidak ada campur tangan pemerintah," tandas Obos.
Ketua Umum Koperasi Produsen Makanan Minuman Tahu Tempe Kota Batam, Obos Bastaman menyebutkan, pelemahan rupiah atas mata uang asing sangat berdampak terhadap pelaku usaha. Di mana bahan baku kedelai yang merupakan impor melonjak. Kondisi tersebut diperparah pasokan kedelai pasca Imlek menurun.
Dia menuturkan, saat libur Imlek para eksportir kedelai berhenti memasok kebutuhan untuk Batam sehingga komoditas ditimbun di Malaysia menyebabkan kualitas buruk.
"Sangat berdampak, sekarang dolar Singapura dan USD naik, belum lagi dengan liburan Imlek. Harga dan kacangnya amburadul karena mungkin banyak penimbunan di Pasar Gudang (Malaysia)," ungkapnya, Rabu (11/3/2015).
Menurutnya, untuk menyiasati pasokan kedelai para perajin mengambil dari Pekanbaru yang merupakan pasokan dari Amerika Serikat dengan harga Rp385 ribu per 50 kilogram untuk pembelian minimal 5 ton. Namun, harga itu juga dianggap terlalu mahal lantaran dari distributor di Batam komoditas dijual dengan kisaran Rp400 ribu hingga Rp450 ribu untuk pembelian per karung.
Deviasi perbedaan harga ini disinyalir sebagai bentuk permainan kartel kedelai di Batam yang selalu menyulitkan perajin tahu dan tempe sejak lama. Dugaan kartel ini juga rencananya akan disampaikan ke Kementerian Koperasi dan UKM.
Menurut Obos, gejolak harga kedelai selama ini terus menekan industri kecil menengah (IKM) lantaran harga kedelai dipatok lebih murah untuk pembelian 5 ton sampai 10 ton. Obos sendiri menilai fluktuasi harga kedelai akibat kenaikan dolar merupakan masalah klasik yang belum diselesaikan.
"Gonjang ganjing harga kedelai membuat kami khawatir meski ini penyakit lama. Seharusnya kedelai harus ada standar harga jangan sampai naik turun karena tidak ada kontrol. Kalau gini terus IKM yang kecil makin sulit," ujarnya.
Berdasarkan perhitungan Koperasi Produsen Makanan Minuman Tahu Tempe, harga ideal kedelai yang bisa diterima perajin berkisar Rp285 ribu hingga Rp300 ribu. Melalui harga itu perajin bisa menjual harga tahu dan tempe dengan harga kompetitif.
"Jangan sampai ke Rp400 ribu sampa Rp450 ribu. Gimana IKM mau hidup, enggak mungkin jadi usaha tambah ban. Hancurlah kami kalau tidak ada campur tangan pemerintah," tandas Obos.
(dmd)