Pelemahan Rupiah Tekan Bisnis Valas
A
A
A
JAKARTA - Rupiah yang terus melemah menekan bisnis pedagang valuta asing alias valas. Sejak menyentuh level Rp13.000 per USD, volume transaksi valas menurun hingga 7%.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA), Muhammad Idrus mengatakan, depresiasi rupiah membuat modal berdagang semakin besar. Sehingga menyulitkan mereka menyuplai USD. Bahkan, tren di masyarakat cenderung menahan USD dan berharap nilai rupiah bisa mencapai Rp15.000.
"Semuanya sudah menahan dolar (USD) dan menunggu. Dengan kebijakan yang tidak substansial seperti sekarang bukan tidak mungkin nilai tukar semakin tinggi," ujar Idrus, Minggu (15/3/2015).
Dia khawatir pemerintah sengaja menginginkan kondisi ini. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya niat meninjau kembali UU 24 tahun 1999 tentang Devisa Bebas saat ekonomi stabil. Selain itu, juga harus ada revisi UU No 7 tahun 2011 tentang mata uang.
(Baca: Pemerintah Dinilai Lambat Sikapi Rupiah)
Pelaku pasar tidak tahu apa rencana pemerintah saat ini. Bahkan dalam 8 kebijakan yang baru dikeluarkan pemerintah juga masih meragukan. "Kita lihat saja minggu ini dampaknya. Sejauh ini tidak ada action plan yang jelas. Bahkan, rencana redenominasi dulu tidak jadi dan penahapannya tidak dilakukan," tandasnya.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA), Muhammad Idrus mengatakan, depresiasi rupiah membuat modal berdagang semakin besar. Sehingga menyulitkan mereka menyuplai USD. Bahkan, tren di masyarakat cenderung menahan USD dan berharap nilai rupiah bisa mencapai Rp15.000.
"Semuanya sudah menahan dolar (USD) dan menunggu. Dengan kebijakan yang tidak substansial seperti sekarang bukan tidak mungkin nilai tukar semakin tinggi," ujar Idrus, Minggu (15/3/2015).
Dia khawatir pemerintah sengaja menginginkan kondisi ini. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya niat meninjau kembali UU 24 tahun 1999 tentang Devisa Bebas saat ekonomi stabil. Selain itu, juga harus ada revisi UU No 7 tahun 2011 tentang mata uang.
(Baca: Pemerintah Dinilai Lambat Sikapi Rupiah)
Pelaku pasar tidak tahu apa rencana pemerintah saat ini. Bahkan dalam 8 kebijakan yang baru dikeluarkan pemerintah juga masih meragukan. "Kita lihat saja minggu ini dampaknya. Sejauh ini tidak ada action plan yang jelas. Bahkan, rencana redenominasi dulu tidak jadi dan penahapannya tidak dilakukan," tandasnya.
(dmd)